- 10 pembalap besar di MotoGP yang pernah salah memilih tim.
- Ekspektasi yang terlalu tinggi ketika pindah menjadi faktor terbesar mereka gagal di tim baru.
- Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo termasuk pembalap yang pernah blunder dalam memilih tim.
SKOR.id – Kejuaraan Dunia Balap Motor bukan hanya menuntut para pembalap (rider) untuk piawai dalam berkendara. Mereka juga dituntut untuk pandai memilih tim.
Khususnya untuk kelas MotoGP. Ini ajang paling bergengsi dan tujuan karier semua rider. Otomatis persaingan bisa berada di tim dan mendapatkan motor terbaik semakin ketat.
Berdasarkan ulasan motorsport.com, Skor.id merangkum daftar 10 pembalap besar yang salah dalam memilih tim.
Alex Barros – Tech3 Yamaha (2003)
Ada harapan besar saat Alex Barros pindah ke tim satelit Yamaha dari Pons Honda pada 2003. Bersama Honda, ia menyelesaikan musim di posisi keempat dalam tiga tahun terakhir.
Tetapi, Alex Barros justru gagal mengulang prestasinya bersama Yamaha. Pembalap asal Brasil itu mengalami kesulitan untuk tampil maksimal dengan motor YZR-M1.
Berita MotoGP Lain: Duo Yamaha Tak Ingin MotoGP Gelar Balapan Ganda di Trek yang Sama
Alex Barros pun hanya finis di urutan kesembilan dalam klasemen akhir MotoGP 2003 dan hanya meraih satu podium. Tahun berikutnya, ia memutuskan kembali ke Honda.
Max Biaggi – Repsol Honda (2005)
Reuni Max Biaggi dengan teknisi legendaris Erv Kanemoto dalam tim pabrikan, Repsol Honda pada 2005 melahirkan ekspektasi tinggi.
Ini mengingat kerja sama keduanya musim 1998, nyaris berujung juara dunia. Sayang, di era MotoGP, Biaggi kesulitan mengendarai motor Honda yang sudah banyak berubah.
Ia hanya bisa finis di posisi kelima klasemen akhir. Karne performa yang mengecewakan musim itu, Max Biaggi memutuskan pensiun dari MotoGP.
Sete Gibernau – Ducati (2006)
Sete Gibernau adalah rival terkuat Valentino Rossi periode 2003-2004, sebelum mengalami insiden besar pada 2005. Tahun berikutnya, ia pindah dari Honda untuk merapat ke Ducati.
Bukannya hasil positif, Gibernau kembali mengalami kecelakaan di Sirkuit Barcelona, Katalunya dan di Sirkuit Estoril, Portugal. Itu membuatnya absen di beberapa perlombaan.
Pada akhir musim, posisinya digantikan oleh Casey Stoner. Sete Gibernau kemudian memilih untuk menyudahi kariernya di MotoGP. Ia sempat kembali pada 2009.
Marco Melandri – Ducati (2008)
Upaya Marco Melandri menaklukkan motor Ducati, Desmosedici gagal total. Pada tahun pertama bersama pabrikan asal Italia itu, ia mengakhiri musim di urutan ke-17.
Berita MotoGP Lain: Valentino Rossi: Yamaha Harus Turunkan 5 Motor di MotoGP
Itu menjadi yang terburuk dalam karier mantan rider Honda Gresini tersebut. Penderitaan Melandri diperparah dengan kesuksesan rekan setimnya, Casey Stoner.
Stoner sedang berada di puncak kariernya pada saat itu dengan berada di urutan kedua di belakang Valentino Rossi yang memenangi gelar.
James Toseland – Tech3 Yamaha (2008-2009)
James Toseland merupakan pembalap besar yang sukses memenangkan dua gelar di Kejuaraan Dunia Superbike (WorldSBK).
Mencoba peruntungan di MotoGP bersama Tech3 Yamaha dan modal di WorldSBK, wajar bila Toseland memiliki harapan besar.
Meski menjanjikan saat melakoni debut, Toseland gagal menembus lima besar selama dua musim di MotoGP. Posisinya digantikan juara dunia WorldSBK lainnya, Ben Spies, pada 2010.
Valentino Rossi – Ducati (2011-2012)
Banyak pihak terkejut dengan kepindahan Valentino Rossi dari Yamaha ke Ducati pada 2011. Namun, itu memberikan asa bagi Ducati untuk bisa kembali meraih kemenangan.
Tetapi, Rossi gagal meniru apa yang dilakukan Casey Stoner bersama Ducati pada 2007. Pembalap berjuluk The Doctor itu tak mampu menembus lima besar dalam dua musim.
Hasil buruk tersebut menjadi yang pertama dalam kariernya di kelas tertinggi sejak 2000. Itu membuat Valentino Rossi memutuskan kembali ke Yamaha pada 2013.
Ben Spies – Yamaha (2011-2012)
Yamaha memutuskan untuk mengangkat Ben Spies ke tim pabrikan ketika Valentino Rossi memutuskan untuk pindah ke Ducati.
Pada 2011, Spies melakukan pekerjaan dengan baik, finis di posisi kelima dengan torehan 176 poin. Tetapi, ia gagal pada tahun keduanya di Yamaha.
Ben Spies harus rela digantikan Rossi yang kembali pada 2013. Terdepak dari Yamaha, ia bergabung dengan Pramac Ducati, sebelum pensiun dari MotoGP lantaran cedera serius.
Andrea Iannone – Suzuki (2017-2018)
Ducati lebih memilih mempertahankan Andrea Dovizioso sebagai rekan setim Jorge Lorenzo pada 2017. Itu membuat Andrea Iannone memutuskan bergabung dengan Suzuki.
Berniat balas dendam ke Ducati dengan performa mengesankan bersama Suzuki, Iannone malah mengacau. Ia mendorong tim melakukan pengembangan ke arah yang salah.
Rider asal Italia itu juga tak mampu mengatasi kecepatan rekan setimnya, Alex Rins. Alhasil, Andrea Iannone akhirnya didepak Suzuki dan digantikan oleh Joan Mir pada 2019.
Jorge Lorenzo – Repsol Honda (2019)
Bergabungnya Jorge Lorenzo dari Ducati seharusnya membuat Repsol Honda semakin kuat karena bersama Marc Marquez, mereka akan menciptakan skuad terbaik di MotoGP.
Berita MotoGP Lain: Jorge Lorenzo Sebut Valentino Rossi sebagai Rival Terbesar di MotoGP
Yang terjadi sebaliknya, Lorenzo mengakhiri kontrak lebih cepat karena ingin pensiun. Ia melakukan itu karena mengalami banyak cedera dan sangat tertekan.
Namun, awal 2020 Jorge Lorenzo membuat kejutan karena menerima pinangan Yamaha sebagai pembalap penguji. Ini memunculkan isu ia akan kembali bersaing di MotoGP 2021.
Johann Zarco – KTM (2019)
Johann Zarco punya kisah yang mirip dengan Jorge Lorenzo. Pada MotoGP 2019, ia kesulitan menaklukkan motor KTM, RC16. Padahal, kinerjanya mengesankan bersama Tech3 Yamaha.
Rasa frustrasi membuat Zarco memutus kontrak bersama KTM di pertengahan musim. Meski dijanjikan bertahan hingga akhir tahun, ia dikeluarkan dari tim dengan enam lomba tersisa.
Johann Zarco sempat jadi pengganti Takaaki Nakagami di LCR Honda pada tiga perlombaan terakhir 2019. Tahun ini, ia dikontrak Ducati dan berlomba bersama Reale Avintia Racing.