Mengenal Seluk-Beluk Jual-Beli Motor Bekas MotoGP

Tri Cahyo Nugroho

Editor: Tri Cahyo Nugroho

Marc Marquez, Francesco Bagnaia, dan Jorge Martin saat bersaing di sebuah race MotoGP 2024. Biasanya, 7 atau 8 tahun kemudian, sebagian kecil dari motor-motor mereka akan dilelang. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)
Marc Marquez, Francesco Bagnaia, dan Jorge Martin saat bersaing di sebuah race MotoGP 2024. Biasanya, 7 atau 8 tahun kemudian, sebagian kecil dari motor-motor mereka akan dilelang. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id)

SKOR.id – Pada 25 Agustus 2024 lalu, Iconic Auctioneers, sebuah rumah lelang kelas dunia yang mengkhususkan diri pada mobil, sepeda motor, dan barang koleksi otomotif yang sebelumnya dikenal sebagai Silverstone Auctions, melelang dua sepeda motor bersejarah Ducati di Kejuaraan Dunia MotoGP.

Sejumlah kolektor barang mewah sepertinya kecolongan karena dua unit Ducati itu belum lama ini sudah terjual ke dua pembeli berbeda. Ducati Desmosedici GP3, motor andalan Ducati saat turun perdana di MotoGP 2003 dengan pembalap Loris Capirossi, terjual 237.500 euro (sekira Rp4,06 miliar). 

Sementara, motor andalan Casey Stoner saat memberikan gelar perdana di MotoGP (tiga sekaligus: pembalap, konstruktor, dan tim) untuk Ducati pada 2007, Desmosedici GP7, terjual dengan harga 475 ribu euro (Rp8,12 miliar). 

Bagaimana seseorang bisa memiliki motor eks MotoGP? Apakah motor-motor yang dijual itu benar-benar memakai komponen asli seperti saat masih dipakai sang pembalap? 

Skor.id akan coba mengulasnya dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.). 

Ke Mana Motor MotoGP Setelah Tidak Dipakai Lagi

Dulu, material mauun komponen resmi musim sebelumnya biasanya didaur ulang, dijual, atau disewakan ke tim privat. Di lain waktu, sepeda motor yang sudah tidak terpakai lagi menjadi model pamer di pameran sepeda motor.

Di era kelas tertinggi bernama MotoGP (mulai 2002), motor-motor prototipe bekas balapan digunakan untuk berbagai keperluan. Karena pengembangan motor tidak lepas dari inovasi teknologi musim sebelumnya. 

Jadi, karena alasan basis riset dan sebagainya, motor-motor lama tidak dilepas. Sedangkan jika sudah tidak diperlukan lagi, motor-motor itu juga tidak langsung dilepas ke publik. 

Pertanyaannya, ketika masa pakai sepeda motor sudah habis, apa yang terjadi dengan sepeda motor tersebut?

Honda mengirim motor bekas MotoGP-nya ke Jepang untuk berbagai acara atau dikirim ke para sponsor, seperti Repsol, yang kantor pusat utamanya di Madrid menawarkan koleksi sepeda motor juara dari Kejuaraan Dunia 500cc dan MotoGP.

Suzuki berbeda lagi. Usai mundur pada akhir musim MotoGP 2022, beberapa unit Suzuki GSX-RR disimpan di sejumlah museum dan lainnya dihancurkan. 

Saat masih menjaadi Manajer Teknis Suzuki di MotoGP, Ken Kawauchi mengatakan: “Beberapa di antaranya menjadi motor tim penguji, ada yang ditujukan untuk dyno, dan ada pula yang menjadi motor show.” Pada akhirnya, semuanya dimanfaatkan semaksimal mungkin. 

Di Ducati, mereka memanfaatkan banyak material untuk mempersiapkan motor musim berikutnya. Seperti yang bisa Anda lihat, masa pakai sepeda motor dapat dengan mudah diperpanjang hingga dua atau bahkan tiga musim, tergantung pada kebutuhan pabrikan dan komitmennya terhadap tim-tim satelitnya.

Namun ada saatnya sepeda motor berhenti digunakan. Lalu apa yang terjadi pada mereka? “Itu tergantung pada kontrak sewa dengan tim independen,” kata Ducati. “Beberapa sepeda motor di-upgrade dan digunakan kembali untuk musim berikutnya, yang lain dijual ke kolektor, dan satu selalu disimpan di Museum Ducati.”

Di pengujung tahun 2018, KTM memiliki inisiatif menarik: menjual dua unit RC16, motor MotoGP-nya. Ini pertama kalinya sebuah pabrikan menjual dua sepeda motor asli MotoGP ke publik. 

Dulu, Ducati sudah lebih dulu menyediakan beberapa motornya untuk dikoleksi, namun KTM memberikan dimensi baru dalam menjual motor balapnya ke publik dan terbuka bagi siapa saja yang mampu membelinya. Dan bukan sembarang motor, tidak lain adalah motor MotoGP

Tawaran tersebut juga mencakup satu set perlengkapan lengkap yang ditandatangani oleh pengendara (helm, jas, sarung tangan, dan sepatu bot) dan kesempatan untuk berbagi Grand Prix dengan tim di kotak yang sama. Dan semua itu “hanya” 250 ribu euro (sekira Rp4,27 miliar dengan kurs saat ini. 

Kisaran Harga dan Spesifikasi

Ducati Desmosedici GP3 tunggangan Loris Capirossi di MotoGP 2003 bukan hanya sarat sejarah namun benar-benar motor yang membawa Capirossi memberikan kemenangan pertamanya di MotoGP (di GP Catalunya) pada musim perdana pabrikan asal Borgo Panigale, Italia, itu. 

Didesain oleh Filippo Preziosi, motor geberan Capirex dan Troy Bayliss pada MotoGP 2003 itu sangat bertenaga. Mesin 4-tak V4 berpenggerak katup desmodromic, berpendingin cairan berkapasitas 989cc itu mampu mengeluarkan tenaga maksimum 200 dk (pada 16.000 rpm). 

Dengan bobot kosong hanya 145 kg, top speed Ducati Desmosedici GP3 mampu menembus 320 km/jam. Motor tersebut laku terjual di lelang Iconic Auctioneers dengan harga 237.500 euro (Rp4,06 miliar). Adapun motor serupa milik Baylis yang dilelang pada Mei 2024 lalu dibanderol 350 ribu pounds (Rp7,10 miliar).

Yang lebih mengesankan lagi tentu Ducati Desmosedici GP7. Pasalnya, motor yang dilelang ini adalah motor sebenarnya yang dikendarai Casey Stoner ketika ia meraih gelar Kejuaraan Dunia MotoGP pertamanya. 

Sepeda motor ini direstorasi secara cermat dengan suku cadang asli Ducati oleh spesialis Dave Allenby, dan menawarkan mesin V4 799cc dengan lebih dari 220 tenaga kuda dan berat kosong hanya 148 kg. Motor ini terjual hingga Rp8,12 miliar.

Pada 2012 silam, balai lelang Sotheby’s juga berhasil melepas dua unit Ducati Desmosedici, GP10 800cc milik Stoner di MotoGP 2010 dan GP12 1.000cc geberan Valentino Rossi di MotoGP 2012 dengan harga masing-masing Rp4,30 miliar dan Rp4,20 miliar (dengan kurs saat ini).

Saat menjual dua KTM RC16 versi 2019 geberan Pol Espargaro pada akhir Juli 2020 silam, KTM tidak menjelaskan secara spesifik sepeda mana yang dijual yang digunakan dalam balapan mana, dan calon pembeli tidak akan mendapatkan pilihan mesin. 

Sebaliknya, mereka yang saat itu bersedia membayar harga yang diminta sebesar 340 ribu dolar AS (Rp5,25 miliar dengan kurs saat ini) akan dimasukkan ke dalam daftar pembeli dan KTM akan membuat keputusan akhir mengenai tujuan kedua sepeda balap tersebut setelah daftar tersebut diselesaikan. 

Untuk motor-motor kelas MotoGP, tampaknya Anda harus menyiapkan uang antara Rp5 miliar hingga Rp10 miliar. Adapun motor-motor bekas kelas Moto3 seperti Honda NSF250RW 2017 diyakini lebih “murah”.

Boks Skor Special Motor MotoGP dijual - Rahmat Ari Hidayat Skor.id.jfif
Anda perlu siapkan uang miliaran rupiah untuk bisa memiliki unit motor bekas MotoGP yang otentik. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id) 

Pilihan Koleksi

Bagi para penggemar dan kolektor sepeda motor, keputusan antara memiliki sepeda motor bekas pabrikan MotoGP dan sepeda motor pensiunan MotoGP menghadirkan dilema yang menarik. Setiap jenis sepeda memiliki sejarah, karakteristik performa, dan nilai uniknya masing-masing, sehingga sangat diidamkan di dunia balap.

1. Pengertian Motor MotoGP Bekas Pabrikan. Motor MotoGP bekas pabrikan adalah mesin yang berasal langsung dari unit produksi pabrikan. Motor-motor ini seringkali merupakan model terbaru, dilengkapi dengan teknologi mutakhir dan inovasi langsung dari sirkuit MotoGP

Pemilik sepeda motor bekas pabrik menikmati manfaat teknik canggih, termasuk performa unggul, elektronik canggih, dan desain aerodinamika terkini.

2. Pesona Sepeda Motor Legenda Balap. Sepeda motor pensiunan MotoGP memiliki sejarah balap yang kaya. Mereka adalah sepeda sebenarnya yang dikendarai oleh pembalap profesional di musim sebelumnya dan sering dikaitkan dengan pembalap tertentu dan balapan yang berkesan.

Daya tarik utama dari sepeda motor pensiunan MotoGP terletak pada kisah masa lalu mereka. Kolektor dan penggemar sering mencari motor ini karena makna sejarahnya dan hubungan emosionalnya dengan legenda balap yang mengendarainya.

3. Pertimbangan Performa. Pemilik sepeda motor MotoGP bekas pabrikan mendapatkan manfaat dari performa puncak. Motor-motor ini disetel dengan baik untuk kecepatan dan pengendalian yang optimal, menawarkan pengalaman yang sedekat mungkin dengan standar balap MotoGP saat ini. 

Sementara, sepeda motor pensiunan/legenda MotoGP mampu mempertahankan warisan. Meskipun sepeda motor legenda mungkin tidak membanggakan teknologi terkini, mereka menawarkan pengalaman berkendara yang unik. Mereka membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang mekanika dan sejarahnya agar dapat dipelihara dan dikendarai dengan benar.

Keputusan antara motor bekas pabrikan atau motor legenda MotoGP pada akhirnya tergantung pada preferensi pribadi. Apakah Anda mencari sensasi memiliki teknologi balap terkini atau keinginan untuk memiliki sepotong sejarah MotoGP, pilihan Anda harus selaras dengan hasrat Anda terhadap olahraga tersebut dan mengumpulkan tujuan.

Hal-hal Lain yang Patut Diperhatikan

1. Pahami Sejarah Asal Motor dan Silsilah. Daya tarik sebuah motor MotoGP tidak hanya terletak pada performanya tetapi juga pada ceritanya. Mengetahui sejarah sepeda, termasuk balapan, prestasi, dan pengendaranya, menambah nilai dan kepuasan yang tak terukur. Saat mempertimbangkan penjualan sepeda motor MotoGP bekas, tanyakan tentang dokumentasi yang memverifikasi asal usulnya.

2. Catatan Perawatan dan Overhaul. Sifat mesin MotoGP yang sangat tegang berarti perawatan yang cermat sangat penting. Catatan servis yang terperinci menunjukkan sepeda yang dirawat dengan baik, memberikan wawasan tentang perbaikan yang pernah dilakukan, penggantian suku cadang, dan perawatan rutin. Informasi ini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi sepeda saat ini dan potensi kebutuhannya di masa depan.

3. Menilai Kondisi dan Keaslian. Sepeda motor MotoGP dirancang untuk kondisi ekstrim balap profesional, yang menyebabkan keausan signifikan pada komponen. Periksa sepeda apakah ada tanda-tanda keausan atau kerusakan yang berlebihan, terutama di area kritis seperti rangka, suspensi, dan mesin. Suku cadang pengganti pada mesin ini bisa mahal dan, dalam beberapa kasus, sulit ditemukan.

4. Pemeriksaan Keaslian. Di pasar khusus seperti memorabilia MotoGP, memastikan keaslian pembelian potensial Anda adalah hal yang terpenting. Komponen asli, merek pabrikan, dan bahkan modifikasi khusus balapan berkontribusi terhadap keaslian sepeda dan, lebih jauh lagi, nilainya. Verifikasi oleh ahli atau langsung dari tim dapat memberikan ketenangan pikiran.

5. Pertimbangan Hukum dan Legalitas Jalanan. Meskipun sebagian besar pembeli memilih untuk mempertahankan sepeda motor MotoGP mereka dalam bentuk balap aslinya, beberapa mungkin ingin menjajaki agar sepeda motor tersebut legal di jalanan. Proses ini bisa jadi rumit dan sangat bervariasi menurut wilayah. Memahami sejauh mana modifikasi yang diperlukan untuk mematuhi undang-undang jalan raya setempat sangat penting sebelum melakukan pembelian.

6. Dokumen Kepemilikan dan Pemindahan. Memiliki sepotong sejarah MotoGP adalah satu hal; membuktikan itu adalah hal lain. Pastikan penjualan mencakup semua dokumen hukum yang diperlukan, termasuk riwayat kepemilikan dan sertifikat keaslian. Dokumen-dokumen ini tidak hanya penting untuk potensi penjualan kembali di masa depan tetapi mungkin juga diperlukan untuk tujuan asuransi.

7. Cari Penjual atau Balai Lelang Motor MotoGP Terpercaya. Anda harus mencari balai lelang ataupun toko sepeda motor balap terpercaya jika ingin memiliki motor bekas MotoGP untuk menjamin orisinalitas motor dan dokumen-dokumen penting terkait motor tersebut.

RELATED STORIES

Mengapa Francesco Bagnaia Makin Sulit Diredam di MotoGP 2024

Mengapa Francesco Bagnaia Makin Sulit Diredam di MotoGP 2024

Francesco Bagnaia dan Ducati kian tangguh di MotoGP 2024.

Direktur KTM Janjikan Persaingan Internal Adil dalam MotoGP 2025, 4 Rider Punya Kans Sama

Pit Beirer menyebut KTM tak akan memprioritaskan salah satu tim maupun rider-nya pada kompetisi MotoGP 2025.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Sepatu kets yang dicetak one-piece 3D dan bisa bernapas ekstrem, Adidas Climamog, diyakini akan segera diperkenalkan di Amerika Serikat. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Culture

Adidas Segera Luncurkan Sepatu Cetak 3D Futuristik

Desain dan teknologi Adidas Climamog dinilai sebuah lompatan besar.

Tri Cahyo Nugroho | 16 Sep, 22:10

Koleksi Adidas Originals LFSTLR Real Madrid musim 2024-2025 menambah pilihan fesyen bagi penggemarnya. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Culture

Real Madrid Tim Terkini yang Dapatkan Koleksi Adidas LFSTLR

Real Madrid menjadi tim terbaru yang menerima koleksi LFSTLR dari Adidas Originals untuk melengkapi seragam ketiganya musim ini.

Tri Cahyo Nugroho | 16 Sep, 21:58

Sundulan bek tengah Gabriel Magalhaes memanfaatkan sepak pojok Bukayo Saka antar Arsenal menang 1-0 atas Tottenham Hotspur di pekan keempat Liga Inggris 2024-2025. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Liga Inggris

Statistik Kontras Arsenal dan Tottenham soal Set-Piece

Arsenal sekali lagi menunjukkan kepada Tottenham mengapa efisiensi bola mati sangat penting.

Tri Cahyo Nugroho | 16 Sep, 17:33

Sprinter Indonesia Lalu Muhammad Zohri

Other Sports

Lalu Muhammad Zohri Sukses Sabet Medali Emas dan Pecah Rekor PON

Sprinter NTB Lalu Muhammad Zohri borong medali emas nomor 100 meter serta 200 meter putra di PON 2024 Aceh-Sumut.

I Gede Ardy Estrada | 16 Sep, 17:10

Striker Inter Milan asal Argentina Lautaro Martinez belum juga mencetak gol hingga pekan keempat Liga Italia 2024-2025. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Liga Italia

Mengapa Lautaro Martinez Belum Mampu Cetak Gol untuk Inter

Sejak Mei lalu, Lautaro Martinez baru mencetak satu gol di Liga Italia untuk Inter Milan.

Tri Cahyo Nugroho | 16 Sep, 16:50

Cristiano Ronaldo sudah mencetak 900 gol lebih dalam karier yang dibuatnya di usia 39 tahun. (Hendy Andika S/Skor.id)

SKOR SPECIAL

Rahasia Cristiano Ronaldo Tetap Fit dan Populer di Usia 39 Tahun

Bagaimana Cristiano Ronaldo menjaga kondisi tubuhnya tetap fit di usia 39 tahun, menarik perhatian publik.

Tri Cahyo Nugroho | 16 Sep, 16:20

Kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Indonesia, Liga 1 2024-2025. (Hendy Andika/Skor.id)

Liga 1

Liga 1 2024-2025: Jadwal, Hasil, Klasemen, dan Profil Klub Lengkap

Jadwal, hasil, dan klasemen Liga 1 2024-2025 yang terus diperbarui seiring berjalannya kompetisi, plus profil tim peserta.

Skor Indonesia | 16 Sep, 14:02

Azzahra Permatahani-Olimpiade 2024

Other Sports

Perenang Azzahra Permatahani Lanjutkan Tradisi Emas di PON 2024

Perenang Azzahra Permatahani sukses merebut medali emas nomor 400 meter gaya ganti perorangan putri PON 2024 untuk Sulawesi Tengah.

Arin Nabila | 16 Sep, 13:16

Stadion Nasional Bahrain. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id)

Timnas Indonesia

Profil Stadion Nasional Bahrain, Venue Menyakitkan untuk Timnas Indonesia

Timnas Indonesia akan kembali bermain lagi ke Stadion Nasional Bahrain, setelah terakhir kali pada 2012 silam.

Rais Adnan | 16 Sep, 13:08

Pelatih asal Uruguay, Marcelo Suarez. (Foto: Dok. Marcelo Suarez/Grafis: Dede Sopatal Mauladi/Skor.id)

Liga 1

Marcelo Suarez, Pelatih yang Pernah Juara Liga Uruguay Tertarik Melatih Klub Indonesia

Marcelo Suarez tertarik melatih klub Indonesia, setelah melihat perkembangan pesat Timnas Indonesia.

Rais Adnan | 16 Sep, 11:58

Load More Articles