SKOR.id – Francesco Bagnaia tampil luar biasa di MotoGP Austria, saat mendominasi balapan grand prix yang berlangsung di Sirkuit Re Bull Ring, Spielberg, Minggu (18/8/2024) kemarin.
Start dari grid kedua, pembalap Tim Ducati Lenovo itu praktis hanya mendapatkan perlawanan sengit di lap pertama, saat pesaing terberatnya yang merebut pole position Jorge Martin (Prima Prama Racing-Ducati), memimpin lomba.
Namun sejak lap kedua, Bagnaia tidak lagi terbendung untuk memimpin. Pembalap Italia itu akhirnya menyelesaikan lomba 28 lap itu dengan gap hingga 3,232 detik atas Martin. Posisi ketiga ditempati rekan setim Bagnaia, Enea Bastianini.
Bagi Bagnaia, ini kemenangan ketujuh dari 11 balapan yang sudah digelar musim ini. Jumlah kemenangan itu (tujuh) menyamai rekor kemenangan terbanyak Bagnaia dalam semusim, yang ia buat saat merebut gelar juara dunia MotoGP 2022 dan 2023.
Kendati saat ini hanya unggul 5 poin di puncak klasemen usai menggeser Martin di Red Bull Ring, sepertinya makin sulit bagi pembalap lain untuk mengimbangi Bagnaia, utamanya di balapan utama (grand prix) yang digelar Minggu.
Mengapa para pembalap terlihat makin sulit mengimbangi Bagnaia? Apa saja faktor yang membuatnya dominan? Apa yang harus dilakukan lawan-lawannya di sembilan grand prix tersisa?
Skor.id akan coba mengulasnya dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Ada beberapa faktor yang membuat Bagnaia dan Ducati begitu kuat sampai separuh musim ini berjalan. Skor.id coba menguraikannya.
Motor yang Superior
Sejak tes musim dingin, Ducati Desmosedici GP24 sudah menunjukkan tanda-tanda bakal menjadi motor yang sangat kuat di MotoGP 2024. Motor ini selangkah lebih maju dari segala sisi dibanding pendahulunya, Desmosedici GP23.
“Model baru ini (GP24) jauh lebih superior dibanding model tahun lalu (GP23). Langkah besar ini akan makin menyulitkan para rival untuk merebut podium, kemenangan, dan bahkan gelar,” ucap legenda MotoGP Giacomo Agostini kepada Corriere della Sera, menjelang musim 2024 dimulai.
Performa Desmosedici GP24 milik tim pabrikan Ducati Lenovo kian menggila karena mereka juga mendapatkan data dari tim-tim yang mereka pasok, utamanya dari Prima Pramac Racing dan Gresini Racing, sebagai bagian dari kontrak kerja sama. Dengan sudah unggul dari sisi motor, Bagnaia paling tidak sudah menang selangkah.
Strategi dan Taktik Bagnaia
Karena sudah unggul dari sisi motor, Bagnaia praktis tinggal menyempurnakannya dengan teknik, skill, dan mentalitasnya.
Untuk yang satu ini, Agostini sejak awal sudah yakin bila Bagnaia sudah lebih kuat, mengacu pengalamannya merebut dua gelar. Motivasi untuk merebut gelar MotoGP kali ketiga (dan beruntun) bakal makin menyulitkan lawan-lawannya.
“Bagnaia memiliki segalanya untuk membuktikan siapa dirinya. Ia kini lebih baik, konkret, serius, dan profesional. Ia sudah mendapatkan banyak pengalaman, makin solid. Bagnaia tinggal menyesuaikan dirinya dengan Desmosedici GP24 untuk mendapatkan performa maksimum motor,” ucap juara dunia 15 kali itu.
Salah satu taktik brilian menghadapi lomba ditunjukkan Bagnaia di GP Austria. Ia menyebut selalu mengisi penuh tangki bahan bakar Ducati Desmosedici GP24 setiap menjelang start balapan utama.
“Saya bekerja keras untuk mendapatkan feeling seperti ini, start dengan tangki bahan bakar penuh,” kata Bagnaia usai grand prix.
“Kami selalu berkendara dengan tangki bahan bakar penuh dan terkadang lebih buruk, namun terkadang membantu karena dalam balapan kami sudah siap.
“Awalnya pasti tidak mudah, selalu sangat sulit untuk menyalip di trek ini karena jika Anda meleset titik mengerem satu meter saja, Anda pasti akan melebar. Jadi, sangat penting untuk bersikap tenang dan tidak melakukan manuver bodoh.”
Bagnaia Tidak Memiliki Kelemahan
Legenda MotoGP lainnya Valentino Rossi juga mengamati benar persaingan di MotoGP 2024 yang terjadi antara anak didiknya Bagnaia dengan Martin. Juara dunia sembilan kali asal Italia itu juga telah mencermati penampilan Bagnaia dan Martin, yang sekali lagi terbukti memiliki kelas yang berbeda daripada yang lain.
Mantan pembalap berusia 45 tahun itu memuji Martin karena mampu meningkatkan permainan dan keahliannya di setiap area. Namun menurut Rossi, mengalahkan Bagnaia akan sulit karena ia tidak memiliki titik lemah.
“Martin selalu ada di sana, selalu mampu memberikan perlawanan. Dia sangat tenang, berkendara dengan baik dan luar biasa cepat. Dia telah banyak berkembang dalam segala aspek, namun saat ini Bagnaia tidak memiliki titik lemah,” kata Rossi kepada Sky Sport Italia.
Bagnaia, menurut Rossi, kini memiliki kecepatan untuk membuat waktu lap kompetitif. Rider asal Italia itu juga makin bagus saat start dan itu hal yang sangat penting. Itu adalah sesuatu yang dilakukan juara seperti Max Verstappen di Formula 1.
“Selalu memulai dengan baik bukanlah hal yang mudah, sesekali Anda pasti membuat kesalahan. Namun, Bagnaia selalu mampu memperbaikinya dengan sangat cepat,” ucap Roosi.
“Akhir-akhir ini, di bawah tekanan dia memberikan yang terbaik. Inilah kekuatan Bagnaia menurut saya: dia agresif, tapi tidak kotor. Dia bersih, tapi tidak manis juga. Itu perpaduan yang tepat antara ‘kejahatan’ dan agresivitas.
“Dia mengendarai Ducati dengan oversteer saat pengereman, tapi juga mempertimbangkan jarak tempuh (pada ban) dan tidak membuat kesalahan. Sekarang sulit untuk mengalahkan Bagnaia. Tetapi saya yakin Martin akan selalu di sana.”
Pabrikan Lain Tidak Berkembang Signifikan, Utamanya Honda dan Yamaha
Hingga 11 balapan yang sudah digelar di MotoGP musim ini, 10 di antaranya direbut para pemakai Ducati. Pabrikan asal Borgo Panigale, Bologna, Italia, itu baru kecolongan di Amerika Serikat setelah pembalap Aprilia Racing Maverick Vinales.
Namun setelah itu, Aprilia seolah tenggelam. Problem-problem pada Aprilia RS-GP seperti masalah aerodinamika dan pengereman, terkesan belum tuntas benar.
Bagaimana dengan KTM? Pabrikan asal Austria itu juga terkesan jalan di tempat. Para pembalap mereka: Brad Binder, Jack Miller hingga rookie Pedro Acosta – yang menggeber GasGas yang identik dengan KTM RC16 – seolah hampir putus asa untuk mengeluarkan potensi maksimum motor.
Di sisi lain, reputasi Honda RC213V saat ini sangat buruk. Motor ini “tidak bisa berbelok”, tidak bisa berakselerasi, dan berbahaya bagi pengendaranya saat “diminta kencang”.
Sepertinya saat ini hanya ada dua cara untuk mengendarainya, seperti duo Tim Repsol Honda: pelan-pelan seperti Luca Marini atau berusaha kencang namun dengan risiko tabrakan seperti Joan Mir.
Segalanya di Yamaha sedikit lebih baik, tapi tidak banyak. Yamaha YZR-M1 bukan hanya tidak mampu membuat pengendaranya kencang, akibat kurangnya tenaga, tetapi juga telah kehilangan banyak rahasia yang pernah menjadikannya motor paling mudah dikendarai di grid MotoGP.
Bukan lagi mesin yang memiliki penanganan yang baik, kini kelemahan terbesar Yamaha YZR-M1 adalah kekuatan, setelah sebelumnya mereka juga kehilangan kecepatan di tikungan saat berbelok.