SKOR.id – Perekrutan Direktur Teknis Aprilia MotoGP Romano Albesiano oleh Honda, menunjukkan keseriusan pabrikan asal Jepang itu untuk memulihkan reputasi masa lalunya di kelas utama. Hal itu diungkapkan legenda Honda yang kini menggeber Ducati milik Gresini Racing Marc Marquez.
Albesiano memang bukan pria sembarangan. Teknisi asal Italia itu sudah tiga dekade lebih berkarier di balap dan produksi membuatnya dipercaya menjabat Direktur Teknis Honda MotoGP pertama yang berasal dari luar Jepang, mulai musim 2025 nanti.
Kepergian Albesiano membuat Aprilia bergerak cepat dengan menarik Fabiano Sterlacchini dari KTM, untuk menggantikan posisi kompatriotnya itu di divisi balap pabrikan asal Noale, Italia, itu. Sterlacchini juga kenyang pengalaman di balap motor, utamanya di Ducati.
Sebenarnya, seberapa krusial pergantian direktur teknis oleh sebuah tim atau pabrikan di MotoGP? Apa saja pengaruhnya?
Skor.id akan coba mengulasnya dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Albesiano Piawai Membangun Motor dan Konfigurasi Mesin
“Kamu bisa menggunakan pisau untuk bermain ping-pong!” ujar Romano Albesiano di depan wartawan. Direktur Teknis MotoGP Aprilia itu berbicara tentang spoiler yang dipasang di lengan ayun yang dipasang di motor MotoGP dengan penjelasan bahwa itu adalah perangkat “pendingin ban”.
Referensi ping-pong adalah cara Albesiano mengatakan bahwa apa pun sebutannya, spoiler-lah yang menghasilkan downforce.
Berita yang hampir bersamaan pada hari Jumat pekan lalu bahwa Albesiano pindah dari Aprilia ke Honda, dan Fabiano Sterlacchini dari KTM untuk menggantikan Albesiano di Aprilia, menggambarkan bahwa Honda dan Aprilia memiliki gagasan yang jelas tentang apa yang menjadi kekurangan mereka dan bagaimana memperbaiki masalah itu secepat mungkin.
Kedua teknisi senior itu diyakini memiliki keahlian yang sangat spesifik yang sesuai untuk mengatasi kelemahan Honda RC213V dan Aprilia RS-GP.
Albesiano mampu melihat sesuatu sebagaimana adanya secara menyeluruh. Jika Anda dapat melihat apa yang terjadi, Anda mempunyai peluang untuk memperbaikinya.
Publik mungkin masih ingat saat para pembalap Moto2 menolak tawaran dari Aprilia untuk membalap mesin MotoGP mereka. Itu sangat buruk.
Di bawah arahan Albesiano, perusahaan menelan harga dirinya dan meninggalkan mesin V-4 72° (derajat) yang telah dikembangkannya dan meniru konfigurasi 90° yang digunakan oleh Ducati dan Honda.
Lebih dari itu, Albesiano tidak ketinggalan jauh dari Luigi “Gigi” Dall’Igna dari Ducati dalam menyadari pentingnya aerodinamika. Secara historis, sebagian besar pekerjaan pada sepeda motor balap berfokus pada aliran gas melalui mesin. Namun, pemanfaatan gas yang mengalir di sekitar sepeda motor juga menjadi hal yang sama pentingnya.
Aprilia RS-GP terbaru buatan Albesiano telah mendorong keunggulan aerodinamis untuk mesin MotoGP. Tim menyempurnakan “fairing gemuk” yang menciptakan daya isap di bawah motor saat dalam kondisi miring penuh, sehingga menekan ban ke aspal.
Para insinyur Aprilia bereksperimen dengan sayap yang dipasang di garpu, saluran NACA – desain saluran masuk udara tarikan rendah, yang awalnya dikembangkan oleh Komite Penasihat Nasional untuk Aeronautika Amerika Serikat (National Advisory Committee for Aeronautics/NACA) – di fairing atas, bagian ekor “sayap kelelawar” (bat wing), dan bit aero di mana pun peraturan mengizinkannya.
Jika semuanya baik-baik saja, Aprilia RS-GP akan setara dengan mesin Ducati Desmosedici GP yang dominan milik Dall'Igna.
Maverick Vinales menjadi yang terbaik di Circuit of The Americas (COTA) pada awal musim ini. Di Barcelona tahun lalu, tiga Aprilia RS-GP memimpin balapan Grand Prix, dan dua mesin pabrikan berhasil finis 1-2.
Pengetahuan Albesiano secara keseluruhan tentang cara mengonfigurasi mesin pemenang MotoGP adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan Honda yang sedang kesulitan. Honda Racing Corporation (HRC) tidak punya memiliki waktu untuk mempelajari semua yang sudah diketahui Albesiano.
Honda RC213V saat ini merupakan motor paling lambat di lintasan dan para pengendaranya mengatakan bahwa motor ini memiliki banyak kekurangan di mana-mana.
Membangun sepeda motor yang lebih baik di semua jenis lintasan sekaligus adalah tantangan yang sulit untuk didaki. Perekrutan Albesiano adalah jalan pintas. Dia sudah mengetahui bagaimana seluruh komponen motor pemenang bekerja sama.
Jika diberi kebebasan, Albesiano tahu bagaimana membuat motor yang terkadang bisa mengalahkan yang terbaik di MotoGP. Dan itu jauh lebih baik daripada yang bisa diimpikan oleh HRC saat ini.
Sterlacchini Diharapkan Bisa Bikin Aprilia Lebih Konsisten
Perjuangan Aprilia adalah konsistensi. Tim bisa berada di level yang berbeda di satu akhir pekan tetapi sama sekali tidak berada di level mana pun pada akhir pekan berikutnya. Itulah mengapa perekrutan Sterlacchini oleh Aprilia adalah langkah yang brilian.
Ia menghabiskan 17 tahun di Ducati, membantu membangun struktur dan proses yang memungkinkan pengendara Desmosedici GP untuk mengendarai motornya ketika waktu balapan tiba dengan mengetahui bahwa motornya sudah sesempurna mungkin.
Salah satu kekuatan Ducati adalah kemampuannya memproses data dan menggunakannya untuk menyempurnakan motornya.
Namun, ada hal lain yang menunjukkan kekuatan Ducati yang lebih besar, yakni prosedur perusahaan yang meminimalkan masalah mekanis dan pengaturan serta memaksimalkan potensi motor pada hari tertentu.
Jika diatur dengan sempurna, Aprilia RS-GP akan setara dengan Ducati Desmosedici. Namun, para teknisi Ducati jauh lebih sering membuat motor mereka sempurna, atau mendekati sempurna, dibanding koleganya di Aprilia.
Masa tugas Sterlacchini yang relatif singkat di KTM – hanya dari tahun 2021 hingga 2024 – tidak akan mengurangi kemampuannya dalam menerapkan proses yang diharapkan dapat menghilangkan penampilan skuad Aprilia yang tidak menentu. KTM bagus dan meningkat. Tapi Aprilia-lah yang menunjukkan performa terbaik di lintasan, selain Ducati.
Dengan didatangkannya Jorge Martin dan Marco Bezzecchi untuk musim depan, teka-teki pembalap sudah selesai. Aprilia berharap Sterlacchini dapat membantu menempatkan motor kompetitif di bawah pimpinan Martin, minggu demi minggu. Jika bisa, mungkin balapan Kejuaraan MotoGP musim depan tidak akan hanya melibatkan Ducati.
Perlu dicatat jika saat membela Ducati, Sterlacchini pernah bekerja sama dengan sederet pembalap top, yakni Andrea Dovizioso, Danillo Petrucci, hingga Jorge Lorenzo.