SKOR.id – Beberapa petenis mengakui bahwa petenis kidal memiliki keuntungan tersendiri saat berlaga di lapangan.
Alhasil, banyak petenis yang menggunakan tangan kanan harus melakukan persiapan khusus saat menghadapi petenis kidal.
Memperingati Hari Kidal Internasional yang jatuh pada Selasa (13/8/2024), Skor Special edisi kali ini akan membahas alasan petenis kidal sering membuat repot dan tidak disukai lawannya.
Skor Special merupakan artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya, dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.
Apa sebenernya keistimewaan petenis kidal? Simak artikel Skor Special kali ini selengkapnya.
Berkaca pada Rafael Nadal
Saat masih kecil, Rafael Nadal, salah satu petenis legendaris bertangan kidal, memukul dengan dua tangan dari kedua sisi.
Nadal kemudian diminta untuk memilih satu sisi sehingga ia akan melakukan pukulan forehand dengan satu tangan.
Meskipun anak laki-laki itu melakukan sebagian besar hal dengan tangan kanan, ia secara naluriah mulai bermain tenis sebagai petenis kidal.
Dengan bakat dan kegigihannya, Nadal ketika itu diprediksi menjadi petenis hebat sepanjang masa, apa pun yang terjadi.
Apalagi menjadi kidal bisa memberinya keunggulan. Terutama, servisnya yang memantul tinggi ke backhand petenis tangan kanan. Itu terbukti sangat menantang bagi rivalnya, Roger Federer.
Kemenangan di Roland Garros pada Prancis Terbuka 2022 memberikan Nadal 22 Grand Slam, satu gelar lebih banyak daripada rival abadinya, Federer.
Nadal juga telah memenangkan Prancis Terbuka 14 kali, sebuah rekor yang sulit dilewati maupun disamakan petenis lainnya.
Menjadi kidal merupakan keuntungan bagi seorang petenis. Petenis kidal secara alami memukul dengan sedikit putaran samping.
Ia dapat melakukan servis melebar ke backhand petenis bertangan kanan di kotak servis pada titik-titik yang paling penting.
Petenis bertangan kanan tiba-tiba merasa perlu menyesuaikan taktik mereka dalam reli setelah berhari-hari atau berminggu-minggu hanya bermain dengan lawan yang mengandalkan tangan kanan.
"Harus berganti taktik selama turnamen membuat petenis kidal sangat menyebalkan untuk dihadapi," kata petenis Italia, Matteo Berrettini.
Bahkan Petra Kvitova, juara Wimbledon dua kali dan petenis putri kidal terbaik saat ini, pun mengaku tidak suka bertemu sesama petenis kidal.
“Semua orang tidak suka bermain dengan petenis kidal karena butuh lebih banyak pemikiran,” ujar Kvitova,
Ia juga merasa kewalahan saat menghadapi sesama petenis kidal. “Agak aneh, karena Anda ingin memukul dengan backhand dan tiba-tiba forehand mereka sudah ada di sana,” katanya.
Sedangkan petenis putra Serbia, Filip Krajinovic, mengatakan, dirinya menghadapi petenis kidal sekali tiap satu atau dua bulan dan selalu mengalami kesulitan dalam penyesuaian.
“Lebih sulit bermain melawan petenis kidal,” kata Krajinovic. “Mereka memiliki gaya permainan yang berbeda.”
“Sedikit lebih sulit bagi saya saat mereka memainkan forehand lintas lapangan dengan posisi tinggi ke backhand saya.”
“Jadi saya harus lebih fokus pada sisi itu dan benar-benar memukulnya dengan dalam lintas lapangan,” Krajinovic menambahkan.
Tapi ada pengecualian, seperti dikatakan Cristian Garin, petenis Cile. "Saya sangat suka bermain dengan petenis kidal. Saya pikir servis saya lebih baik saat melawan mereka," ujar Garin.
Kebetulan pelatih Garin adalah mantan petenis bertangan kidal, sehingga membantunya berlatih pengembalian servis.
Sulit untuk membuktikan secara statistik apakah pemain kidal benar-benar diuntungkan. Kebanyakan petenis kidal akan kalah dari Nadal memang karena Nadal lebih baik.
Dan kebanyakan petenis kidal juga akan mengalami nasib yang sama saat melawan Federer maupun Novak Djokovic.
Namun, petenis kidal memang meraih kesuksesan yang tidak proporsional, terutama pada tur putra di mana servis merupakan senjata yang sangat penting.
Meskipun petenis kidal berjumlah sekitar 10 persen dari populasi dunia, tiga dari 10 pemenang Grand Slam Teratas di Era Terbuka adalah pria (Nadal, Jimmy Connors, dan John McEnroe).
Itu belum termasuk Rod Laver, yang memenangkan empat final dari 11 turnamen major-nya dalam Era Terbuka.
Pada nomor ganda, keempat tim putra dengan kemenangan Grand Slam terbanyak di era Terbuka semuanya memiliki satu petenis kidal.
Pada ATP Tour saat ini, ada 15 petenis kidal dalam Top 100 dan tujuh di Top 50. Dua juara Grand Slam terhebat di kalangan wanita — Martina Navratilova dan Monica Seles — adalah petenis kidal.
Tetapi 10 petenis kidal di WTA Top 100 seimbang dengan demografi keseluruhan.
Tentu saja, kebanyakan petenis kidal tidak sehebat Nadal, tapi menghadapi petenis kidal tetap membutuhkan sedikit tambahan strategi.
"Anda harus merencanakan pertandingan dengan cara yang berbeda. Ada putaran dan sudut yang berbeda yang harus Anda mainkan," kata petenis putri Ukraina, Elena Svitolina, berbagi resep.
Ia pernah mengalahkan petenis kidal Angelique Kerber dan Kvitova secara berturut-turut di Stuttgart, Jerman, tapi kemudian dikalahkan petenis kidal lainnya, Jil Teichmann, di Madrid.
Svitolina mengatakan masalah utama sebelum menghadapi petenis kidal adalah berlatih pengembalian servis.
Sedangkan petenis putra Jerman, Jan-Lennard Struff, jika tidak bermain di turnamen, selalu berlatih melawan petenis kidal seminggu sekali.
Wimbledon Ramah bagi Petenis Kidal
Berapa banyak petenis kidal yang berlaga di turnamen Grand Slam bergengsi, Wimbledon? Hanya 10% dari dunia yang kidal.
Namun sejak Era Terbuka dimulai, sebanyak 23% gelar tunggal Wimbledon dimenangkan oleh petenis-petenis bertangan kidal.
Berikut daftar petenis kidal yang berhasil menjadi juara Wimbledon sejak 1961:
Petenis kidal telah berhasil mendominasi lebih dari sekadar bagian yang wajar dari turnamen Wimbledon.
Ada ratusan turnamen nomor tunggal di Wimbledon dari tahun 1968 hingga sekarang.
Dengan jumlah orang kidal mencapai 10% dari populasi umum, jika mereka memiliki kesempatan sama, orang kidal diperkirakan telah memenangkan sekitar sembilan gelar. Faktanya, petenis kidal telah memenangkan 24 gelar.
Kekuatan Petenis Kidal Mulai Terbaca
Mantan petenis kidal asal Inggris, Greg Rusedski, memberikan pendapatnya mengenai performa para petenis kidal saat ini.
“Ketika masih junior, tiga pahlawan kidal saya adalah Martina Navratilova, Jimmy Connors, dan John McEnroe. Mereka mendominasi Wimbledon,” ujar Rusedski, dikutip dari BBC.
“Namun sejak pencapaian gemilang itu, hanya enam gelar tunggal yang diraih oleh petenis kidal. Mungkin ini hanya jeda sebelum petenis kidal kembali mendominasi.”
“Petenis tangan kanan mungkin secara bertahap memperkecil ketertinggalan, dengan peningkatan dalam persiapan pertandingan,” Rusedski menambahkan.
“Petenis elite dan tim pelatih mereka kini memiliki analisis video dan statistik performa di ujung jari mereka yang dapat mengamati setiap detail permainan lawan mereka.”
“Namun, memanfaatkan pengetahuan ini adalah hal lain. Saat petenis tangan kanan menghadapi petenis kidal, mereka tidak bisa bermain dengan autopilot.”
“Diperlukan banyak trik dan banyak latihan untuk dapat menyesuaikan strategi Anda,” ujar Rusedski.