SKOR.id – Atlet-atlet Korea Selatan masih melanjutkan dominasi mereka di pentas panahan dunia, termasuk Olimpiade.
Terakhir, mereka berhasil memborong medali emas dalam kelima nomor cabang panahan di Olimpiade 2024 Paris.
Mereka meraih lima emas, satu perak, dan satu perunggu, sehingga totalnya jadi tujuh medali dari cabang panahan. Ini adalah tim panahan Korsel tersukses dalam sejarah Olimpiade.
Para wanita bertanding terlebih dahulu. Lim Si-hyeon, Nam Su-hyeon, dan Jeon Hun-young mengalahkan tim Cina, sehingga tetap tak terkalahkan selama 10 Olimpiade berturut-turut.
Para atlet wanita dari tim panahan Korsel belum pernah melepaskan posisi podium teratas sejak Olimpiade 1988 di Seoul, termasuk cabang olahraga beregu.
Tahun ini di Olimpiade 2024 Paris semua atlet panahan wanita Korsel bermain dalam Olimpiade pertama mereka.
Para skeptis pun khawatir tentang kurangnya pengalaman mereka. Ternyata kekhawatiran ini sama sekali tidak berdasar.
Tim putra Korsel kemudian membangun momentum dari sukses tim wanita. Kim Woo-jin, Lee Woo-seok, dan Kim Je-deok menunjukkan kemampuan memanah terbaiknya.
Ketiga pemanah ini tetap tidak terkalahkan dalam nomor beregu untuk Olimpiade ketiga mereka berturut-turut.
Kim Woo-jin sebelumnya muncul sebagai pemenang di Olimpiade Rio 2016 bersama rekan setimnya Ku Bon-chan dan Lee Seung-yun.
Ia kemudian meraih emas Olimpiade 2020 Tokyo bersama rekan setimnya Oh Jin-hyek dan Kim Je-deok.
Lee Woo-seok sempat menceritakan perjuangannya karena gagal mendapatkan kesempatan berlaga di Olimpiade 2020 Tokyo.
Meskipun terpilih untuk tim panahan Korsel, penundaan satu tahun Olimpiade yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 menyebabkan Lee kehilangan kesempatan.
Kim Woo-jin dan Lim Si-hyeon juga meraih emas nomor campuran, yang diperkenalkan dalam Olimpiade 2020 di Tokyo, di mana An San dan Kim Je-deok meraih emas.
Nomor perorangan putri berubah menjadi kontes di antara para atlet Korsel. Lim Si-hyeon berhadapan dengan Nam Su-hyeon.
Setelah memenangkan satu emas dan satu perak di nomor lain, Lim menjaga reputasinya dengan meraih satu emas tambahan.
Mengapa Korea Selatan selalu bisa melahirkan jago-jago panahan dunia? Inilah yang akan dibahas dalam Skor Special edisi kali ini.
Skor Special merupakan artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya, dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.
Dominasi Putri Korsel Sejak 1984
Sejak Seo Hyang-soon memenangkan medali emas Olimpiade Los Angeles 1984, atlet Korsel mendominasi semua nomor panahan perorangan putri, kecuali di Olimpiade 2008 Beijing.
Jika nomor campuran disertakan, putri Korsel telah menempati posisi teratas dalam 22 dari 23 nomor Olimpiade sebelumnya. Mereka benar-benar yang terbaik di dunia.
Pada sektor putra, Kim Woo-jin dan Lee Woo-seok tampil sebagai penutup di Olimpiade 2024. Kim meraih emas pertama untuk cabang olahraga panahan Individual.
Kim sebelumnya sudah meraih emas nomor beregu bersama Ku Bon-chan delapan tahun lalu di Rio. Ku juga memenangkan emas perorangan di Rio.
Lee Woo-seok tersingkir pada babak empat besar Olimpiade 2024 oleh Kim Woo-jin. Lee kemudian meraih perunggu.
Itu adalah pertama kalinya dua atlet putra Korsel berdiri di podium Olimpiade pada saat yang sama dalam cabang olahraga perorangan. Begitulah hebatnya tim Negeri Ginseng untuk Olimpiade 2024 di Paris.
Seleksi Ketat, Peraih 3 Emas Olimpiade 2020 Jadi Korban
Para atlet panahan Korea Selatan telah menjalani proses seleksi yang “brutal” untuk lolos ke tim nasional yang akan berlaga di Olimpiade 2024 Paris.
Bahkan mereka yang telah memenangkan medali emas di Olimpiade sebelumnya tidak dikecualikan dari seleksi.
An San, peraih tiga medali emas Olimpiade 2020 di Tokyo, tidak dapat masuk ke dalam tim Olimpiade tahun ini.
Proses penilaian atlet hanya berdasarkan kemampuan mereka saat ini, bukan penampilan mereka pada masa lalu.
Inilah salah satu faktor yang memungkinkan Korsel mempertahankan status sebagai pusat kekuatan panahan dunia selama hampir 40 tahun.
Dapat dikatakan bahwa keadilan dan transparansi membuat tim panahan Korea yang kita saksikan begitu mendominasi di Olimpiade 2024.
Latihan Keras dengan Simulasi Lapangan dan AI
Latihan keras yang dijalani tim panahan Korsel dalam persiapan Olimpiade 2024 juga berkontribusi terhadap konsistensi perolehan medali emas mereka.
Asosiasi Panahan Korea (KAA) membuat replika lapangan panahan Paris yang 100% akurat di pusat pelatihan Jincheon jelang Olimpiade 2024 untuk menyesuaikan diri dengan kondisi hari pertandingan sebelumnya.
Bahkan termasuk penyiar stadion, sorak-sorai dari penonton, dan gangguan lain yang mungkin terjadi dalam bahasa Prancis dan Inggris.
Replika tempat Olimpiade itu adalah Lapangan Panahan Taman Yumenoshima, di Pusat Pelatihan Nasional Jincheon di Jincheon, sekitar 90 kilometer selatan Seoul.
Dan untuk mempersiapkan para pemanah menghadapi kondisi berangin di Tokyo, KAA mendirikan fasilitas pelatihan lain di sebuah pulau di barat daya.
Persiapan itu memungkinkan para pemanah Korsel melangkah maju dan melepaskan anak panah mereka dengan tenang.
Latihan para pemanah melawan robot panahan AI yang dikembangkan oleh sponsor perusahaan mereka, Hyundai Motor Group, juga terbukti efektif.
“Saya merasakan tekanan dari fakta bahwa robot panahan tersebut berhasil mencapai 10 poin 100% sepanjang waktu,” kata Lim Si-hyeon. “Rasanya sama seperti kompetisi sungguhan.”
Transparansi dalam Pemilihan Atlet
Korsel mendominasi cabang panahan Olimpiade dengan cara yang jarang dilakukan negara lain dalam cabang olahraga lainnya.
Dalam klasemen panahan Olimpiade sepanjang masa, Korsel memimpin dengan memboyong 32 medali emas 10 perak, dan 8 perunggu.
Perolehan tersebut berselisih sangat jauh dengan Amerika Serikat yang menempati posisi kedua dengan 14 emas, 10 perak, dan 10 perunggu.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa Korsel begitu hebat dalam panahan?
An San, peraih medali emas di Olimpiade Tokyo, menjelaskan, hal ini terjadi karena transparansi dalam pemilihan tim nasional, dan persaingan internal yang memastikan hanya yang terbaik yang bertahan.
Meritokrasi adalah konsep ideal yang tidak selalu berlaku dalam olahraga. Nepotisme dan favoritisme dapat menyelinap masuk ke dalam gambaran.
Mungkin seorang pelatih lebih menyukai atlet tertentu daripada yang lain, atau pelatih memiliki firasat yang tidak jelas bahwa satu atlet akan mengungguli yang lain.
Tidak ada ruang untuk itu dalam panahan Korea Selatan. "Saya pikir kami memiliki proses seleksi yang transparan," kata An San.
Untuk lebih jelasnya: Ketika Olimpiade Tokyo ditunda selama setahun pada Maret 2020, Asosiasi Panahan Korea (KAA) masih berada di tengah-tengah uji coba Olimpiade multitahap.
Setelah kalender Olimpiade berganti ke tahun 2021 karena Covid-19, KAA tidak begitu saja memberikan tempat Olimpiade kepada mereka yang berada di posisi untuk lolos pada tahun 2020.
KAA ingin memastikan bahwa pemanah terbaik tahun 2021-lah, bukan 2020, yang akan mewakili negara di Tokyo, badan pengatur nasional menggelar uji coba Olimpiade dari awal.
An, bersama Kang Chae-young dan Jang Min-hee, selamat dari tantangan uji coba tim nasional yang sering digambarkan lebih sulit daripada Olimpiade, mengingat banyaknya bakat atlet memanah Korea Selatan.
Ini klise, tetapi juga tidak sepenuhnya salah. "Dalam uji coba Olimpiade, kami bersaing dengan pemanah yang sangat dekat satu sama lain dalam hal tingkat bakat," kata Kang.
"Dan karena kami melewati begitu banyak babak dalam uji coba, kami tidak lagi merasa gugup.”
“Pemanah bisa merasa gugup saat berkompetisi di Olimpiade, tetapi jika mereka memikirkan cara melewati uji coba Olimpiade, mereka seharusnya baik-baik saja."
Para pemanah juga berterima kasih kepada KAA karena telah menciptakan lingkungan pelatihan yang mendukung keberhasilan Olimpiade secara harfiah.
"Mereka membangun lingkungan seperti Olimpiade untuk kami, dan kami berlatih seperti sedang berkompetisi di Olimpiade," kata Kang. "Lampu tidak pernah padam di tempat pelatihan kami."