- Meski telah pensiun sebagai pemain sepak bola, Eka Ramdani tak menjauh dari dunia yang membesarkan namanya.
- Eka kini melatih Sekolah Sepak Bola UNI yang juga punya peranan besar dalam kariernya.
- Selain itu, Eka juga punya bisnis dan aktif di kegiatan keagamaan.
SKOR.id - Eka Ramdani memutuskan gantung sepatu pada akhir musim 2018. Saat itu Eka pensiun pada usia 34 tahun di klub yang membesarkan namanya, Persib Bandung.
Setelah memutuskan pensiun, Eka tak lantas meninggalkan dunia sepak bola. Mantan pemain Persela Lamongan itu memilih melanjutkan karier sebagai pelatih.
Kepada Skor.id Eka bercerita sejatinya dia tidak memiliki niatan untuk melanjutkan karier sebagai pelatih ketika masa pensiunnya tiba.
Akan tetapi keadaan berubah ketika Eka diajak oleh Boy Jati Asmara melatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) UNI Bandung.
Boy Jati yang juga pernah membela Persib pada Liga Indonesia 2005 sudah terlebih dahulu melatih di SSB UNI.
Boy melihat potensi dalam diri Eka untuk bisa melatih, sehingga dia tak ragu mengajak Eka untuk bergabung dalam tim kepelatihan SSB UNI.
Mendapatkan ajakan tersebut, Eka tak kuasa menolak. Terlebih, SSB UNI memiliki pengaruh yang kuat dalam perjalanan kariernya sebagai pesepak bola. Eka adalah satu dari sekian banyak pesepak bola jebolan SSB UNI.
"Ketika pensiun itu sebenarnya saya ingin meninggalkan dunia sepak bola. Hanya saja, karena ada ajakan dari Boy Jati, dia rayu saya untuk mau melatih di sana. Akhirnya, saya mau dan coba untuk kembali ke lapangan. Jadi awal dari pensiun mah tidak ada niatan ngelatih," kata Eka saat dihubungi melalui sambungan telepon.
"Mulai melatih dari tahun 2019 pas sudah pensiun saja. Setelah ada ajakan dari Boy Jati, langsung kami ngobrol dengan Direktur Teknik (Dirtek) UNI, akhirnya dikasih SK untuk bisa melatih di sana," Eka melanjutkan ceritanya.
Menariknya, Eka memulai perjalanan kariernya sebagai pelatih tanpa mengantongi lisensi kepelatihan.
Saat itu Eka mengaku modalnya dalam melatih hanya berdasarkan pengalamannya selama bermain, plus masukan-masukan dari pelatih lainnya.
Meski begitu, Eka mengaku tak canggung. Sebab, dia sudah memiliki gambaran dalam melatih.
Jauh sebelumnya, ketika masih aktif bermain, Eka sudah sering memberikan coaching clinic kepada anak-anak di SSB UNI.
"Tapi sebelumnya, ketika masih aktif bermain itu saya suka datang ke UNI. Memberikan coaching clinic di sana. Jadi sebenarnya sudah ada bayangan dan tidak canggung lagi. Terus kemudian, ada kesempatan untuk ambil lisensi kepelatihan C nasional, akhirnya saya ambil," Eka menuturkan.
Di Indonesia, Eka tergolong sebagai pesepak bola dengan nama besar. Selain karena rekam jejaknya yang pernah memperkuat sejumlah klub papan atas Indonesia, Eka juga sering dipanggil membela timnas Indonesia.
Bermodal reputasinya itu, Eka sejatinya bisa saja langsung melatih di tim Elite Pro, atau bahkan menjadi asisten pelatih di tim senior.
Hanya saja, Eka tidak mengambil pilihan tersebut. Dikatakan Eka, dirinya ingin lebih dulu mengasah kemampuan melatih di SSB sembari mencari pengalaman.
Selain itu, Eka mengaku, fokusnya saat ini adalah pembinaan. Eka, berkeinginan mencetak pesepak bola muda berbakat yang bisa menjadi tulang punggung bagi timnas Indonesia pada masa depan.
"Saya pikir, saya tidak mau hanya mengandalkan nama besar. Saya juga harus punya pengalaman dalam kepelatihan. Sampai saat ini pun saya belum terpikir pegang tim Elite Pro (U-15)," tutur Eka.
"Istilahnya saya inginnya melahirkan pemain. Jadi sebenarnya, saya lebih senang untuk pembinaannya. Sementara ini, saya fokusnya ke sana dulu," ujar lelaki 36 tahun itu.
Meski begitu, Eka tak menampik ada keinginan dalam dirinya untuk berkembang. Artinya, Eka juga memiliki keinginan untuk bisa melatih klub profesional.
Akan tetapi, sebelum mewujudkan impian itu Eka ingin lebih banyak belajar dulu mengenai ilmu kepelatihan.
Pasalnya, menangani tim profesional dengan akademi berbeda. Selain itu, saat ini Eka pun masih menangani tim U-12, yang masih bermain tujuh lawan tujuh.
"Kalau keinginan sih ada (melatih tim profesional), tetapi untuk saat ini saya masih fokus ke pembinaan dulu. Karena bertahap tantangannya. Seperti sekarang, saya kan masih pegang U-12, jad masih 7vs7, nah kalau sudah 11 vs 11 itu beda lagi tantangannya." ucapnya.
"Hanya, sekarang saya sudah mulai pegang dua kelas di UNI, jadi menangani juga yang 2007 untuk Liga Topskor. Sementara saya disuruh pegang dua kelas. Tetapi, saya belum tahu juga ketetapan ke depannya, saya harus pegang mana," kata Eka yang kerap dipanggil Ebol itu.
Terkait lisensi kepelatihan, Eka juga berencana untuk meningkatkan lisensi kepelatihannya menjadi B nasional.
Eka menyadari lisensi kepelatihan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kariernya.
Dia berharap, bisa segera mendapatkan lisensi kepelatihan yang lebih tinggi tingkatannya.
"Rencana memang mau ambil B nasional. Jenjangnya kan kalau kepelatihan sangat perlu lisensi, apalagi mulai ketat sekarang," katanya.
"Alhamdulillah, sekarang juga sudah banyak program lisensi kepelatihan dari PSSI. Diploma PSSI itu kan sudah setara AFC. Jadi enaknya enggak terlalu lama jenjangnya," tutur Eka.
Wirausaha dan aktif di Masjid
Selain melatih, Eka juga memiliki kegiatan lain setelah pensiun. Eka menuturkan, saat ini dirinya juga tengah menjalani bisnis kuliner.
Eka memiliki warung yang menjual susu jahe merah dan mie ayam hijau.
"Wirausaha juga. Saya ada warung susu jahe merah sama mie ayam hijau. Alhamdulillah, untuk mengisi kegiatan selama masa pensiun," Eka mengungkapkan.
Tidak hanya berwirausaha, pada masa pensiun ini Eka juga lebih memperdalam ilmu agama. Eka rutin mengikuti kajian. Biasanya dalam sepekan, Eka bisa dua sampai tiga kali mengikuti kajian.
Mantan pemain Semen Padang itu juga aktif di masjid dekat rumahnya. Eka sering menjadi pemandu acara dalam kegiatan yang diadakan DKM masjid sekitar rumahnya.
"Juga lebih memperdalam ilmu agama dengan ikut kajian-kajian seminggu dua sampai tiga kali. Sama suka bantu-bantu juga kalau ada acara di masjid dekat rumah," Eka memungkasi.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Kiprah Lainnya:
Kiprah: Elly Idris, Juara Enam Kali Galatama yang Mengabdi bagi Sepak Bola Usia Dini