SKOR.id – Meski saat ini berstatus juara dunia bertahan dan pemimpin klasemen MotoGP 2023, Francesco Bagnaia merasa jika ia akhirnya kalah dari Jorge Martin dalam perebutan gelar, itu bukan suatu kegagalan.
Setelah sukses jadi juara dunia MotoGP pada 2022, rider Ducati Lenovo Team itu mampu menunjukkan konsistensi performa yang patut dicontoh. Bagnaia makin matang di dalam trek.
Ia bisa menghadapi balapan dengan lebih perhitungan dan tepat, contohnya adalah comeback luar biasa yang dilakukan tahun lalu, ketika tertinggal 91 poin dari Fabio Quartararo (Yamaha) di pertengahan musim.
Musim ini, sebaliknya, Pecco, sapaan Bagnaia ada di depan klasifikasi umum hampir di semua lintasan. Ia sempat tersendat di awal, khususnya oleh penampilan kuat Marco Bezzechi (Mooney VR46 Racing Team).
Dan usai sprint Grand Prix Indonesia, putaran ke-15 MotoGP 2023, pertengahan Oktober lalu, Jorge Martin (Prima Pramac Racing) merebut posisi puncak klasemen setelah mampu mengejar ketertinggalan 73 poin.
Namun, Martinator hanya bertahan sehari karena terjatuh pada balapan utama di Sirkuit Mandalika. Hal itu membuat Pecco Bagnaia dapat kembali menguasai kejuaraan dan unggul 27 poin selepas GP Australia.
Martin berhasil kembali mendekat setelah performa perfek di GP Thailand. Kini selisihnya dengan Bagnaia tinggal 13 poin dengan tiga putaran tersisa musim ini. Meski kini tengah diburu, Pecco tak merasa tertekan.
Ia bahkan terkesan siap bila akhirnya harus kalah dari Jorge Martin dalam perburuan gelar. Bagnaia jelas tidak mau membebani dirinya dengan kewajiban juara, kendati di trek situasinya bisa berbeda.
“Sudah beberapa tahun tidak ada dua gelar berturut-turut dimenangkan. Jadi jika mereka (Martin dan Pramac) mengalahkan saya, itu tidak akan menjadi sebuah kegagalan,” tutur Bagnaia mengacu pada fakta bahwa sejak 2019 tidak ada pembalap yang juara dunia dua musim beruntun.
Pecco Bagnaia jelas ingin memposisikan dirinya tidak sebagai favorit untuk mengulang sukses tahun lalu. Ia pun mengaku sudah tidak terbebani dengan keharusan untuk kembali jadi juara.
“Tahun lalu tekanannya sangat besar karena Ducati datang dari periode panjang tidak memenangi gelar (sejak 2007) dan saya bisa merasakan beban di pundak saya,” ungkap Bagnaia.
“Musim ini beda, Anda selalu merasa punya tanggung jawab, namun dengan cara yang memberi saya lebih banyak motivasi. Menjadi referensi selalu menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan.”
Memang, sejak kali terakhir Marc Marquez (Repsol Honda) juara dunia pada 2019, belum ada pembalap yang mampu meraih gelar berturut-turut.
Musim 2020 Joan Mir keluar sebagai kampiun bersama Suzuki. Tahun berikutnya, Fabio Quartararo sukses menjadi juara dunia dengan Yamaha. Kemudian, pada MotoGP 2022 giliran Bagnaia.
Persaingan Francesco Bagnaia dan Jorge Martin dalam berburu gelar akan berlanjut akhir pekan ini dengan MotoGP Malaysia di Sepang, 10-12 November. Ini sekaligus menandai triple-header penutup musim.
Setelah Malaysia, mereka dijadwalkan langsung meneruskan pertarungannya dalam GP Qatar pada 17-19 November dan akhir pekan penutup musim di GP Valencia, 24-26 November 2023.
Mengenai balapan di Sepang, Pecco menatapnya dengan percaya diri. Tetapi ia menyadari perlu bekerja keras untuk merusak momentum Martin yang tengah on fire menyusul kebangkitan di Buriram, Thailand.
Rider Italia tersebut tahu apa yang harus dilakukan. Sangat penting bagi Bagnaia start di posisi sebaik mungkin. Jadi, Bagnaia bakal mencoba merebut pole position, yang terakhir kali diraihnya di GP Catalunya.
“Akan sanga penting menemukan kekuatan Anda lagi di kualifikasi agar bisa menjadi yang terdepan dalam balapan. Saya percaya diri saya akan bisa melakukannya di Sepang,” pungkas Bagnaia.