SKOR.id – Jika ada pembalap yang bisa merasakan seperti apa perasaan Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) dan Jorge Martin (Prima Pramac Racing) menjelang balapan terakhir Kejuaraan Dunia MotoGP 2023 di Valencia, akhir pekan ini, ia adalah Marco Melandri.
Pada 1999, Melandri berduel dengan Emilio Alzamora untuk memperebutkan gelar juara dunia kelas 125cc (kini Moto3) hingga balapan terakhir saat itu di Argentina. Melandri memenangi balapan namun harus puas menjadi runner-up karena terpaut satu poin dari Alzamora.
Akhir pekan ini (24-26/11/2023) dengan gap 21 poin antara Bagnaia di puncak dan Martin di posisi kedua. Dengan maksimal 37 poin yang bisa direbut di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, segalanya memang masih mungkin terjadi.
Sebagai orang Italia dan juara dunia (kelas 250cc, kini Moto2, pada 2002), juga mantan pembalap Ducati di MotoGP dan Superbike, Melandri tentu memiliki sudut pandang yang jelas terkait analisisnya.
“Saya belum mengkritik fakta bahwa mereka (otoritas MotoGP) mendorong tim resmi (skuad pabrikan) untuk menang. Tetapi, saya merasa terganggu karena mereka menyangkalnya dengan cara apa pun, bahkan jika mereka tetap melakukannya,” ucap Melandri kepada Il Corriere dello Sport.
“Bagaimanapun, itu bisa terjadi. MotoGP adalah sebuah bisnis, dan dalam bisnis ada prioritas. Jadi, wajar jika tim pabrikan mendapat keistimewaan dan harus berkontribusi lebih banyak. Namun, tidak masuk akal untuk menyangkalnya.”
Dalam penjelasannya, Melandri juga bisa memahami kekecewaan Jorge Martin di Qatar, Minggu (19/11/2023) lalu, dan kemarahan pembalap tim independen tersebut.
“Saya pikir itu harus terjadi cepat atau lambat. Seperti yang saya katakan tadi, MotoGP adalah sebuah bisnis, dengan hierarki. Jadi, akan lebih baik bagi mereka jika pembalap tim pabrikan yang menang (merebut gelar juara dunia) daripada pembalap tim satelit.
“Saya memperkirakan Martin akan mengalami kemunduran dalam beberapa race karena ban. Michelin mengatakan bahwa bannya baik-baik saja, seperti yang lainnya, jadi mungkin ada masalah tekanan.
“Martin menjadi pembalap yang mencetak poin terbanyak dalam beberapa balapan MotoGP 2023 ini. Jadi, saya tidak menyangka dia tiba-tiba mati rasa,” ujar Melandri, runner-up MotoGP 2005 bersama tim independen Movistar Honda.
Melandri lantas pindah ke tim pabrikan Ducati pada MotoGP 2008 mendampingi Caseey Stoner yang saat itu berstatus juara bertahan. Saat itu, Melandri finis di peringkat ke-17 klasemen akhir, jauh di bawah Stoner di posisi kedua.
Karena Martin menuding problemnya di lomba GP Qatar — hingga hanya finis P10 — membuat Micheln angkat suara. Pabrikan asal Prancis itu meyakinkan bahwa ban yang dipakai Martin bukan ban bekas atau terlalu panas, dan sama seperti ban lainnya.
Di sisi lain, Ducati dengan tegas menyangkal bahwa mereka lebih memilih salah satu pembalapnya untuk menang. Hal ini buntut dari video yang viral saat mereka merayakan kemenangan Bagnaia dengan liar di Indonesia, beberapa minggu lalu.
“Kami kesal karena orang-orang berpikir kami tidak ingin Jorge Martin menang,” kata Paolo Ciabatti, Direktur Sport Ducati Corse.
“Saya tahu betul bahwa semua orang mengharapkan tim merah untuk menang, juga dengan mempertimbangkan tanggung jawab terhadap sponsor.
“Tetapi jika kami khawatir bahwa Pramac mampu menang, tentu kami tidak akan memberi mereka informasi terbaru yang sama seperti tim pabrikan. Atau, memperlakukan sama terhadap Martin dan Bagnaia.”