- Kurniawan Dwi Yulianto adalah eks-striker andalan timnas Indonesia, tetapi fakta mengejutkan datang dari Edy Prayitno.
- Edy Prayitno adalah pelatih tim junior PPSM Magelang pada akhir 1980an dan saat itu salah satu pemainnya, Kurniawan Dwi Yulianto.
- Maka, Edy Prayitno juga menjadi salah satu saksi yang memhami perjalanan awal karier Kurniawan Dwi Yulianto dalam menapaki tangga kesuksesan.
SKOR.id – Edy Prayitno, mantan pelatih tim junior PPSM Magelang, memahami betul lika-liku perjuangan legenda timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, saat meniti karier menjadi pesepak bola.
Sejak awal Kurniawan berlatih bersama sekolah sepak bola (SSB) Wajar Magelang hingga diterima seleksi Diklat Salatiga (kini bernama PPLP Jawa Tengah), Edy tahu perjalanan anak asuhnya itu.
Perjumpaan perdana dengan Kurniawan berawal saat pemain asal Magelang itu masuk tim junior PPSM yang saat itu berada di bawah asuhan Edy.
Atas permintaan ayah Kurniawan, Budi Riyanto, Edy akhirnya menerima Kurniawan kendati sempat meragukan kemampuannya.
Seiring berjalannya waktu, potensi Kurniawan mulai mencuri hati sang juru taktik. Hingga akhirnya, Edy turut menjembatani perjalanan Kurniawan untuk masuk ke Diklat Salatiga.
Pelatih yang sempat menakhodai PPLP Jawa Tengah itu menceritakan kiprah anak asuhnya saat masih berusia muda.
Berikut kutipan wawancara khusus Skor.id bersama mantan pelatih Kurniawan saat membela tim junior PPSM Magelang itu:
Bagaimana kisah awal perjumpaan Anda dengan Kurniawan?
Awalnya di Jawa Tengah, itu ada sekolah sepak bola (SSB) Tugu Muda Semarang, yang didirikan oleh Sartono Anwar.
Kemudian, Pak Sartono telepon saya dan bilang: "Pak Edy, bikinlah SSB seperti di Semarang, supaya pembinaan sepak bola usia dini di Jawa Tengah bagus."
Waktu itu, saya tidak sempat bikin, tetapi akhirnya teman-teman yang bikin. Lahirlah SSB Wajar di Magelang. Dari SSB itulah, ada siswa yang bernama Kurniawan Dwi Yulianto.
Orang tuanya Kurniawan juga ikut aktif di SSB Wajar. Saat itu, pada tingkat Jawa Tengah, SSB Wajar pernah menjadi juara hingga akhirnya mewakili ke tingkat nasional.
Setelah pulang dari kejuaraan nasional, ayah Kurniawan sempat pecah kongsi dengan SSB Wajar. Entah apa permasalahannya saat itu.
Amido Balde, Eks-striker Persebaya Buat Klubnya Puncaki Liga Vietnamhttps://t.co/5ltcZ9hPYk— SKOR Indonesia (@skorindonesia) July 12, 2020
Akhirnya, ayahnya Kurniawan mendirikan SSB sendiri yang namanya SSB Garuda Tama.
Dampak dari hubungan kurang harmonis antara ayah Kurniawan dengan SSB Wajar itu membuat Kurniawan dikeluarkan dari SSB Wajar.
Pada saat itu, saya melatih PPSM junior. Kemudian, ayahnya Kurniawan menitipkan Kurniawan kepada Saya.
"Pak Edy, tolong titip ya, supaya Kurniawan berlatih di sini," ujar Pak Budi kala itu.
Nah saat itu saya berbicara: "oke, titip tidak masalah. Asalkan bapak jangan menuntut anak Anda harus main."
Hal itu saya katakan karena saat itu Kurniawan adalah pemain paling muda di PPSM junior.
Setelah berjalannya waktu, latihan demi latihan dijalani, Kurniawan malah menjadi pemain inti PPSM junior.
Kemudian, ada Ketua 2 PPSM junior yang waktu itu dijabat oleh Drs Kenis Satkono. Saat itu, beliau (Kenis) merupakan Kepala Dinas Perhubungan Kota Magelang dan kebetulan tinggal di Salatiga.
Saat itu, beliau menyuruh saya untuk membawa Kurniawan ke Diklat Salatiga, supaya dia berkembang di sana.
Sebab, jika hanya di Magelang, dia tidak akan berkembang. Sebetulnya, Pak Kenis ini adalah orang yang paling berjasa di karier Kurniawan.
Kemudian, saya antar Kurniawan ke Salatiga. Sampai di sana, kami ketemu pelatih kepala Diklat Salatiga, John Osok.
Dia sempat marah kepada saya, dia bilang ke saya: "Edy, ini pemain kerempeng buat apa kamu bawa ke sini?"
Kemudian saya bilang: "John, saya ke sini hanya diperintah Pak Kenis. Harus kamu tahu bahwa anak ini memiliki kaki yang ringan. Dia bisa menendang bola keras tanpa ancang-ancang."
Dari situlah, Kurniawan diterima di Diklat Salatiga. Kemudian terus berkembang hingga ke Diklat Ragunan dan akhirnya lolos ke Program PSSI Primavera.
Saat Kurniawan pertama kali masuk ke PPSM junior, Apa yang Anda lihat dari dia ketika itu?
Jujur saja, awalnya sikap saya seperti John Osok. Saya meragukan Kurniawan. Makanya, saya sempat katakan kepada orang tuanya bahwa tidak ada jaminan bermain.
Sebetulnya sama saja, saya melatih 21 orang dengan 22 orang. Namun, jangan menuntut agar Kurniawan bisa bermain di sini.
Karena dia saat itu paling muda ketika gabung PPSM junior. Tetapi setelah berjalannya waktu, Kurniawan malah menjadi pemain inti PPSM junior.
10 Pemain Indonesia Ini Jadi Sarjana saat Wabah Corona, Sayang 2 Nama Tanpa Klubhttps://t.co/WxxeEai12r— SKOR Indonesia (@skorindonesia) July 12, 2020
Apa posisi awal Kurniawan saat pertama kali masuk PPSM junior?
Dia striker. Pada posisi itu, Kurniawan selalu mencetak gol. Setiap bermain, dia hampir selalu mencetak gol.
Nah, naluri mencetak gol yang tinggi itulah yang membuat Pak Kenis menyuruh saya untuk membawa Kurniawan ke Diklat Salatiga.
Saat masuk PPSM junior, Kurniawan adalah siswa sekolah menengah pertama (SMP). Apakah itu terlambat untuk pemain level usia dini?
Sebetulnya, jika dikatakan terlambat, ya tidak juga. Sebab, saat itu pembinaan usia dini belum seperti sekarang.
Jadi, pemain seusia Kurniawan masih kami anggap baik-baik saja untuk memulai berlatih pada pembinaan usia dini.
Sementara itu, saat ini pembinaan usia dini lebih kompleks, ada kelompok usia 6-8, 8-10, 10-12, dan seterusnya.
Apa kelebihan milik Kurniawan yang paling menonjol saat itu?
Salah satu kelebihan Kurniawan ialah dia memiliki kecepatan yang tinggi. Naluri mencetak golnya juga istimewa.
Satu-satunya kelemahan Kurniawan itu badannya yang kurus, tidak berisi, dan tidak berotot. Maka, wajar saja jika dia dipanggil si Kurus.
Adakah kesulitan yang dihadapi Kurniawan semasa masih berlatih di SSB?
Tidak ada. Kenapa saya bilang begitu? Karena orang tuanya cukup mampu. Saat masih di SSB Wajar, orang tuanya juga ikut membantu secara finansial.
Setelah keluar dari SSB Wajar, dia tidak ikut ke SSB yang dibentuk ayahnya. Karena saat itu, level permainan Kurniawan sudah tidak seperti anak-anak SSB.
Tingkat kecerdasannya dan kemampuannya sudah jauh melampaui anak-anak SSB. Itulah sebabnya, orang tua Kurniawan menitipkan dia kepada saya agar berlatih di PPSM junior.
Setelah itu, dia diterima di Diklat Salatiga, kemudian ke Diklat Ragunan, dan seterusnya. Seolah sudah ada jalannya dan tidak ada hambatan sama sekali.
Apakah Anda pernah memiliki bayangan bahwa Kurniawan bisa menjadi pemain sukses di masa depan?
Saya tidak pernah memiliki bayangan Kurniawan bisa sesukses sekarang ini. Sebab, badan Kurniawan sangat kurus.
Namun, saya meyakini jika talenta Kurniawan memang luar biasa. Namun, tak pernah terbayangkan dia akan menjadi pemain yang mendunia.
Selain itu pula, Kurniawan hidup di Magelang. Saat itu, talent scouting tidak bisa menjangkau daerah-daerah kecil. Beruntung, dia bisa diterima di Diklat Salatiga.
Jika saat itu Kurniawan tetap berada di Magelang, dia tidak mungkin terpantau.
Bagaimana karakter Kurniawan saat berada di luar lapangan?
Dia anaknya sangat sederhana. Saat itu, orang tuanya terbilang cukup terpandang. Mereka sudah memiliki mobil.
Pada masa itu, memiliki sebuah mobil adalah hal yang luar biasa. Meski demikian, anaknya sangat sederhana. Kepribadiannya bagus.
Kurniawan juga senang bergerombol bersama rekan-rekannya, meski dia cenderung pendiam. Jadi, jiwa kolektivitasnya sudah terlihat sejak kecil.
Bagaimana Anda melihat perjalanan karier Kurniawan?
Luar biasa. Luar biasa. Luar biasa. Jika pada level timnas Indonesia, dia memang belum bisa mempersembahkan juara.
Namun, pencapaian dia secara individual memang sangat dominan.
Apa momen yang paling Anda kenang bersama Kurniawan?
Yang paling saya ingat, setiap bermain dia selalu mencetak gol. Padahal, dia terbilang paling muda saat bersama PPSM junior. Badannya juga paling kecil dibandingkan pemain yang lain.
Namun, Kurniawan tak pernah meraih juara bersama PPSM junior. Saat itu, level junior di Jawa Tengah dikuasai Semarang, Solo, dan Jepara.
Tidak beruntungnya Kurniawan ialah karena ia tinggal di Magelang, di mana iklim sepak bolanya tidak terlalu mendapat dukungan dari pemerintah.
Untungnya dia pindah ke Diklat Salatiga. Andai saja dia tidak ke sana, dia hanya akan menjadi pemain kelas Liga 2 atau Liga 3.
Harapan Anda untuk Kurniawan?
Harapan saya, pulanglah ke Indonesia. Sabar melatih di Indonesia, hingga nanti bisa menjadi pelatih tim nasional.
Saya berharap dia bisa sukses menjadi pelatih tim nasional. Sebab, itu akan lebih membanggakan jika timnas Indonesua sukses saat dilatih oleh pelatih lokal.
Kurniawan Dwi Yulianto adalah bagian penting sepak bola Tanah Air dan dia layak jadi #KebanggaanIndonesia
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Berita Kurniawan Dwi Yulianto Lainnya:
Kisah di Balik Kepindahan Kurniawan Dwi Yulianto ke Persebaya
Dua Kisah Monumental Pelita Jaya bagi Kurniawan Dwi Yulianto