- Stadion Sriwedari dibangun pada 1932, sekaligus yang pertama di Indonesia.
- Stadion Sriwedari juga dikenal dengan nama Stadion R Maladi.
- Solo menjadi kota pertama yang menyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON).
SKOR.id - Kota Solo tak bisa dilepaskan dari Pekan Olahraga Nasional (PON), menyusul statusnya sebagai tuan rumah pertama pesta olahraga antarprovinsi tersebut.
PON I berlangsung 9-12 September 1948. Kala itu, PON dianggap sebagai "tandingan" Olimpiade XIV di London, Inggris, yang digelar pada tahun yang sama.
Merah Putih tak bisa ambil bagian dalam Olimpiade 1948 karena dianggap tak memenuhi persyaratan. Hebatnya, PON I disiapkan saat konflik politik akibat Perjanjian Renville.
Berbicara soal fasilitas dan sarana olahraga, Solo dinilai memenuhi syarat untuk menggelar PON edisi pertama. Ketika itu, Stadion Sriwedari sudah dilengkapi kolam renang.
Bahkan, bangunan yang juga dikenal sebagai Stadion R Maladi itu membuat Solo masuk daftar kota dengan fasilitas olahraga terbaik di Indonesia.
Tingginya nilai sejarah membuat stadion ini ditetapkan sebagai sebagai salah satu benda cagar budaya oleh Pemerintah.
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Stadion Sriwedari ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan (SK) Menteri No 006/M/2016.
Dibangun atas usul RMT Wongsonegoro kepada Sunan Surakarta karena perlakuan tak adil terhadap atlet-atlet sepak bola yang hanya boleh main di lapangan Alun-alun Kidul Keraton Surakarta tanpa alas kaki.
Stadion Sriwedari sekaligus jadi stadion pertama yang dibangun Indonesia. Masih berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dibangun pada 1932.
Pembangunan Stadion Sriwedari atau yang kini bernama Stadion R Maladi, selesai dalam waktu delapan bulan dengan biaya 30.000 gulden dan melibatkan 100 pekerja.
Jika dihitung berdasarkan kurs, saat ini, biaya pembangunan Stadion Sriwedari menghabiskan sekitar Rp265 juta.
Pembukaan PON I di Solo dihadiri oleh Presiden Soekarno dan sejumlah tamu penting, antara lain Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang ketika itu menjabat Menteri Pertahanan.
Ada pula Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman, serta perwakilan anggota Komisi Tiga Negara yang dibentuk PBB untuk menengahi konflik antara Indonesia dan Belanda.
PON I/1948 mempertandingkan sembilan cabang olahraga (cabor): atletik, bola keranjang, bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang (termasuk polo air), panahan, basket dan pencak silat.
Total medali yang diperebutkan dalam PON I adalah 108. Sedangkan jumlah atlet yang berlaga kala itu disebut-sebut mencapai 600 orang.
Berbeda dengan penyelenggaraan PON di era modern, peserta pada masa perjuangan bukan perwakilan provinsi. Mereka yang tampil adalah tingkat kota dan Karesidenan.
Bandung, Banyuwangi, Magelang, Karesidenan Jakarta, Karesidenan Kedu, Karesidenan Kediri, Karesidenan Madiun, Karesidenan Malang, Karesidenan Semarang, dan Karesidenan Pati.
Peserta PON I lainnya adalah Karesidenan Surabaya, Karesidenan Yogyakarta, dan Karesidenan Surakarta selaku tuan rumah.
Karesidenan Surakarta tampil sebagai juara umum PON I/1948 dengan koleksi 16 medali emas, 10 perak, dan 10 perunggu.