- Malang, dalam tiga dekade 1970-1990-an, merupakan barometer tinju profesional di Tanah Air.
- Wongso Suseno, juara internasional (OPBF kelas Welter 66,6 kilogram) pada 28 Juli 1975, jadi salah satu kebanggaan Malang.
- Tinju profesional Malang dibesarkan dari ring tinju bersejarah yang ada di GOR Pulosari, Jalan Kawi.
MALANG – Pencinta tinju Malang harus puas jadi penonton saat Mahkota Promotions menggelar dua pertandingan internasional di Jawa Timur Park, Batu, 17 November 2019.
Daud 'Cino' Yordan memenangi gelar juara dunia kelas ringan super versi IBA (International Boxing Association) usai mengandaskan Michael Mokoena asal Afrika Selatan.
Pada pertandingan lainnya, Ongen 'Hawk' Saknosiwi, juga berhasil mengalahkan Marco Demecillo dalam partai perebutan gelar juara kelas bulu IBA.
Berita Tinju Lainnya: Kisah Big Bear Lake, Kota Kecil Penghasil Bintang Tinju Dunia
Kedua petinju kebanggaan Indonesia itu menumbangkan lawan-lawannya di depan publik Malang, termasuk para tokoh dan mantan petinju profesional Malang, di masa lalu.
Nurhuda, mantan juara dunia WBC junior dan IBF Inter-continental kelas bulu junior 1986-1987, menyayangkan redupnya geliat tinju di Malang dalam dua dekade terakhir.
Padahal, di masa lalu, Malang merupakan salah satu pionir dan barometer tinju profesional di Tanah Air karena banyaknya petinju asal kota tersebut.
"Era 1970 hingga 1990-an merupakan masa emas tinju profesional Malang. Saya enggak tahu persis mengapa setelah era 2000-an tinju profesional memudar di Malang."
"Dulu, puluhan petinju profesional silih berganti muncul dalam tiga dekade 1970-1990. Puluhan sasana tinju dan ring tinju banyak dijumpai di Malang," katanya.
GOR Pulosari Malang menjadi venue pertandingan tinju bersejarah, ketika itu. Nurhuda mengatakan, kuatnya dukungan semua pihak, jadi kunci utama.
"Ada dua penggerak tinju Malang, Sam (sebutan mas di Malang) Eddy Rumpoko dan almarhum Sam Ikul (Lucky Acub Zainal,red). Wali Kota juga sangat total mendukung."
Malang mencatatkan Wongso Suseno sebagai petinju pertama asal Indonesia yang mampu meraih sabuk juara di level internasional.
Petinju kelahiran Malang, 17 November 1945 tersebut merebut gelar OPBF (Oriental and Pacific Boxing Federation) kelas Welter 66,6 kilogram.
Kala itu, Wongso Suseno menang angka atas Chang Kil Lee dari Korea Selatan di Istora Senayan, Jakarta, 28 Juli 1975.
Lalu, Nurhuda, juara dunia dua badan tinju dunia, WBC Junior dan IBF Intercontinental (1986-1987) pada kelas bulu kunior 55,3 kilogram.
Petinju berjulukan Si Macan Tutul tersebut mengalahkan Loremer Pontino asal Filipina, yang berstatus sebagai juara bertahan.
Pencinta olahraga adu jotos di Indonesia juga pernah disuguhkan aksi-aksi Mariono atau Si Badak Berhati Singa, pada era keemasan tinju Malang.
Memiliki nama ring Monod, petinju bergaya fighter sejati itu dikenal tahan pukul dan menjadi raja kelas bulu 57,1 kilogram nasional pada era 1990-an.
Ring yang berada di GOR Pulosari, Jalan Kawi, menjadi saksi dari berkembangnya dunia tinju profesional Malang pada awal 1970-an.
Label sebagai kota penghasil petinju kiat menguat pada 1980-an, seiring kemunculan Javanoea BC yang didirikan Eddy Rumpoko dan almarhum Lucky Acub Zainal.
Malang bahkan menjadi bagian dari kekuatan tinju Indonesia di level internasional. Terlebih, Sugiyono yang menjabat Wali Kota Malang, saat itu, punya Sasana Gajayana,
Tak sedikit "seniman ring" yang berhasil diciptakan Malang sepanjang era 1980 hingga 1990-an seperti Thomas Americo, sang juara OPBF kelas welter junior.
Lalu, Little Pono, Michael Arthur (bantam junior), Abdi Pohan (terbang), Edward Apay (bantam), dan Faisol Akbar, serta raja kelas welter nasional 1990-an, M Solikin.
Ada pula lima bersaudara 'Anak Terminal (Arter)': Joko Arter, Tejo Arter, Kid Manguni (Sutoyo), Jon Lee (Slamet Widodo), dan si bungsu Dobrak Arter.
Mereka semua, kecuali Thomas Americo yang wafat di Timor Leste pada 2002, kini aktif dalam KMPPI (Kebersamaan Mantan Petinju Indonesia) Malang.
Nurhuda pun mengaku prihatin dengan kondisi ini. Pasalnya, jika dibandingkan dengan dua dekade lalu, terlampau jauh.
"Begitu sulit mencari calon petinju di era 2000-an. Apalagi melihat sasana dan ring tinju. Era kejayaan tinju profesional Malang seperti hilang ditelan bumi, 10 tahun ini, mati suri."
"Saat ini, memang kami masih ada dua petinju profesional. Tapi, dulu, Malang itu gudangnya petinju profesional di Indonesia. Kami ibarat Singa yang lapar di atas ring."
Pria yang bekerja di PDAM Kabupaten Malang itu pun berharap geliat tinju Malang kembali. "Butuh kerja keras dan kebersamaan semua pihak untuk membangkitan kembali Malang sebagai kampungnya tinju professional Tanah Air."
Legenda tinju profesional Malang pada 1970-1990:
1. Wongso Suseno (juara OPBF kelas welter, 1975-1977)
2. Nurhuda (juara WBC Junior dan IBF Int kelas bulu jr, 1986-1987)
3. Juhari (juara OPBF kelas ringan, 1983-1984)
4. Thomas Americo (juara OPBF dan nasional kelas welter jr, 1980-1983)
5. Monod (juara nasional kelas bulu, 1981-1984)
6. Abdi Pohan ((juara nasional kelas terbang jr, 1990-1992)
7. Edward Apay (juara nasional kelas bantam jr, 1983)
8. Imam 'Kid Samora' Buchori (juara nasional kelas bantam jr, 1990-an)
9. Faisol Akbar (juara IBF Int 1997 dan PABA 2001 kelas layang)
10. Rame 'Dobrak Arter' Wicahyono (juara nasional, IBF Int, IBO kelas ringan, 1989-1992 dan 2004)
11. M 'Little Holmes' Solikin (juara nasional kelas welter ringan, 1980-1985)
12. Kid Hasan (juara nasional kelas bulu, 1981)
13. Joko Arter (juara nasional kelas bulu, 1983)
14. Yani 'Hagler' Dokolamo (juara nasional kelas terbang jr, 1982-1984)
15. Juhari (juara OPBF kelas ringan, 1983)
16. Little Pono (kelas terbang ringan, 1990-an)
17. Michael Arthur Hityahubessy (kelas bantam jr, 1990-an)
18. Tejo Arter (kelas terbang jr, 1980-an)
19. Sutoyo 'Kid Manguni' (kelas bantam jr, 1980-an)
20. Slamet 'Jon Lee' Widodo (kelas terbang, 1980-an)
Sasana tinju profesional di Malang pada 1970-1990
1. Javanoea BC
2. Trisula Boxing Camp Malang
3. Gajayana Boxing Camp
4. Abudhory Gym
5. Satria Yuda BC
6. Alamanda BC
7. Birawa BC Malang
8. Higam BC Malang
9. Kawanoea BC Malang
10. Sasana Arek Malang
11. Jaguar Boxing Camp