- Musim lalu Max Verstappen finis di peringkat ketiga klasemen akhir.
- Pembalap asal Belanda itu tidak pernah lama turun di sebuah kategori kejuaraan.
- Perjalanan karier Max Verstappen mirip dengan Ayrton Senna.
SKOR.id - Melihat performanya di Kejuaraan Dunia Formula 1 (F1) 2019 lalu, Max Verstappen bisa menjadi juara dunia termuda.
Musim lalu, pembalap asal Belanda, 22 tahun, tersebut mampu memenangi tiga lomba (Austria, Jerman, dan Brasil) dan finis podium di enam lainnya dari 21 balapan.
Hasilnya, Max Verstappen finis di peringkat ketiga klasemen akhir F1 2019 di bawah duet Tim Mercedes AMG Petronas, Lewis Hamilton dan Valtteri Bottas.
Baca Juga: Lockdown Bikin Lewis Hamilton Bahas Isu Hewan Liar yang Terbelenggu
Kini, tantangan justru tertuju pada Red Bull Racing yang dibela Max Verstappen.
Red Bull memang sudah mengikat Verstappen sampai 2023. Tapi, ia diyakini akan pindah bila Red Bull dan Honda (pemasok mesin) tidak juga memberinya mobil kompetitif.
Selain itu, pembalap agresif seperti Verstappen cenderung tidak bisa bila terlalu lama menjadi penantang juara dunia.
Perjalanan karier balap putra mantan pembalap F1, Jos Verstappen, itu menjadi bukti. Verstappen selalu tidak butuh waktu lama di satu ajang untuk naik ke level berikutnya.
Setelah gokar, ia langsung turun di Formula 3 pada 2014. Bakat Verstappen pun langsung dilirik Red Bull, Mercedes, dan Ferrari. Tapi, ia justru memilih Tim Scuderia Toro Rosso pada 2015 saat baru 17 tahun.
Baca Juga: Marquez Anggap Rossi Lebih Kompetitif Ketimbang Stoner
Baru empat lomba di F1 musim 2016, Verstappen “dipaksa” pindah ke tim induk Toro Rosso, Red Bull.
F1 2020 akan menjadi musim keenam Verstappen di F1. Ia dinilai sudah matang dari sisi teknis dan mentalitas, menyamai sejumlah pembalap saat kali pertama juara.
Dari 30 juara dunia F1 – Giuseppe Farina, Juan Manuel Fangio, dan Alberto Ascari tidak dihitung karena sudah di puncak karier sebelum F1 jadi kejuaraan resmi – enam di antaranya butuh lima musim atau lebih untuk menjadi penantang serius gelar, hingga juara.
Nico Rosberg baru jadi favorit juara pada 2014 atau setelah delapan musim turun. Ia baru kampiun pada 2016.
Jenson Button harus turun sembilan musim sebelum juara pada 2009. Legenda Tim McLaren, Mika Hakkinen, butuh enam musim hingga juara pada 1998.
Nigel Mansell kali pertama difavoritkan juara pada 1986. Itu setelah ia lima musim berkarier. Mansell baru juara pada 1992.
Ayrton Senna mungkin bisa menjadi pembanding ideal bagi Verstappen. Seperti Verstappen di Toro Rosso, Senna memulai karier F1 dengan bergabung ke tim medioker, Toleman, pada 1984.
Performa impresif membuat pembalap asal Brasil itu dipinang tim yang biasa memenangi lomba F1, Lotus, pada 1985. Tiga musim di Lotus, Senna “terbiasa” merebut pole position dan sesekali menang.
Bakat besar Senna mengantarkannya ke Tim McLaren pada 1988. Pada tahun itu pula, Senna menjadi juara dunia pada musim pertamanya bersaing memperebutkan gelar juara dunia.
Verstappen kini memiliki pengalaman setahun lebih lama ketimbang Senna. Potensi Verstappen bahkan diyakini mampu menyerupai juara dunia F1 tiga kali (1988, 1990, 1991) yang tewas saat lomba di Sirkuit Imola, San Marino, pada 1994 tersebut.
Verstappen disebut-sebut juga sudah memiliki hampir semua persyaratan untuk menjadi juara dunia.