SKOR.id – Hari Olahraga Nasional (Haornas) XLI 2024, yang mengangkat tema ‘Ayo Berolahraga: Bersatu Kita Juara’, terasa spesial dengan sejumlah momen penting yang terjadi dalam olahraga Indonesia.
Selain bertepatan dengan pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara, Haornas ke-41 tahun ini juga didahului dengan pencapaian prestasi atlet-atlet Merah Putih di panggung dunia.
Pada Olimpiade Paris 2024, Agustus lalu, tiga medali diraih, yakni emas melalui Veddriq Leonardo (panjat tebing) dan Rizki Juniansyah (angkat besi) serta perunggu lewat Gregoria Mariska Tunjung (bulu tangkis.
Dari Olimpiade kemarin, dapat dilihat bahwa ada cabang olahraga (cabor) yang sangat potensial sebagai lumbung medali, selain bulu tangkis dan angkat besi yang selama ini menjadi andalan.
Panjat tebing adalah salah satu yang sudah terbukti. Meski baru menyumbang satu emas, cabor ini sudah menunjukkan bisa menjadi tumpuan Indonesia untuk mencetak prestasi di kancah internasional.
Selain Veddriq, tiga atlet panjat tebing Merah Putih lain yang tampil di Paris 2024: Rahmad Adi Mulyono, Desak Made Rita Kusuma Dewi, dan Rajiah Sallsabillah mampu bersaing. Medali gagal diraih hanya karena mereka kurang beruntung.
Angkat besi juga membuktikan tetap bisa jadi andalan untuk meraih medali Olimpiade. Bahkan pada edisi 2024, cabor ini akhirnya pecah telur dengan menyabet emas pertama di multievent olahraga terbesar itu.
Prospek angkat besi Indonesia cerah dengan atlet muda seperti Rizki, Rahmat Erwin Abdullah, dan Windy Cantika Aisah. Pun demikian, cabor ini masih perlu mencetak lebih banyak lifter demi bisa terus mencetak prestasi di masa depan.
Sedangkan bulu tangkis meleset dari target meski tetap dapat melanjutkan tradisi meraih medali di Paris 2024. Tanpa mengecilkan pencapaian impresif Gregoria, secara keseluruhan, cabor ini mengalami regresi.
Mengirim sembilan atlet, termasuk dua andalan di tunggal putra, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting, serta ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, cabor bulu tangkis diharapkan mampu menyumbangkan emas.
Faktanya, Jonatan maupun Ginting, yang berstatus unggulan, bahkan tidak mampu lolos dari penyisihan grup. Sementara Fajar/Rian terhenti perempat final usai kalah dari Liang Wei Keng/Wang Chang (Cina).
Hasi buruk di Olimpiade 2024 tentu jadi tamparan keras. PBSI di bawah ketua umum yang baru, M. Fadil Imran, perlu segera berbenah demi mengembalikan marwah bulu tangkis Indonesia.
Terlepas dari itu, perjuangan para atlet untuk mengharumkan nama bangsa tetap harus diapresiasi tinggi. Berkat Veddriq Leonardo dan Rizki Juniansyah, Indonesia berhasil meraih dua emas di Olimpiade untuk kali pertama sejak 1992.
Tak hanya di Olimpiade, prestasi membanggakan pun sukses ditorehkan oleh wakil-wakil Merah Putih pada Paralimpiade Paris yang baru saja selesai Minggu (8/9/2024) kemarin.
Kontingen Indonesia mendulang total 14 total medali, dengan rincian satu emas, delapan perak, serta lima perunggu. Jumlah tersebut melampaui ekspektasi, di mana Indonesia menargetkan satu emas, dua perak, dan tiga perunggu di Paris.
Medali emas dipersembahkan atlet para bulu tangkis Hikmat Ramdani/Leani Ratri Oktila (ganda campuran SL3-SU5). Cabor ini juga menyumbang empat perak dan tiga perunggu.
Perak didapat melalui Qonitah Ikhtiar Syakuroh (tunggal putri SL3), Fredy Setiawan/Khalimatus Sadiyah (ganda campuran SL3-SU5), Leani Ratri Oktila (tunggal putri SL4), dan Suryo Nugroho (tunggal putra SU5).
Untuk perunggu para bulu tangkis disabet lewat Fredy Setiawan (tunggal putra SL4), Dheva Anrimusthi (tunggal putra SU5), serta Subhan/Rina Marlina (ganda campuran SH6).
Medali perak juga disumbangkan Saptoyogo Purnomo (para atletik - lari 100m putra T37), Karisma Evi Tiarani (para atletik - lari 100m putri T63), Muhammad Bintang Satria Herlangga (boccia - individu putra BC2), dan Muhammad Afrizal Syafa/Felix Ardi Yudha/Gischa Zayana (boccia - beregu campuran BC1/BC2).
Cabor boccia tidak ketinggalan memberikan dua perunggu bagi Kontingen Indonesia melalui Muhammad Afrizal Syafa (individu putra BC1) serta Gischa Zayana (individu putri BC2).
Pekerjaan belum selesai walau hasil bagus sudah didapatkan. Tugas selanjutnya adalah bagaimana memastikan atlet-atlet Indonesia mampu konsisten tampil kompetitif di setiap ajang yang diikuti sehingga prestasi memungkinkan dicapai.