SKOR.id – Pola makan (diet) Mediterania yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, lemak sehat, dan protein tanpa lemak seperti ayam dan ikan, dapat membantu mengurangi risiko tertular Covid-19. Demikian menurut analisis baru yang diterbitkan dalam jurnal PloS One.
Para peneliti memeriksa data dari enam penelitian dengan lebih dari 55 ribu peserta yang mengisi kuesioner untuk menilai seberapa dekat mereka menjalankan pola makan ala Mediterania.
Lima penelitian di antaranya menemukan bahwa orang dengan kebiasaan makan yang paling sejalan dengan pola makan Mediterania memiliki kemungkinan 5 hingga 25 persen lebih kecil untuk dilaporkan terkena infeksi Covid-19 dibanding orang yang pola makannya paling sedikit memiliki kesamaan dengan pola makan Mediterania.
Bisakah Diet Mediterania Mengurangi Gejala Covid-19?
Empat penelitian mengamati hubungan antara pola makan Mediterania dan gejala Covid-19. Tiga penelitian tidak menemukan adanya hubungan atau penelitian yang terlalu kecil untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa hubungan tersebut terjadi secara kebetulan.
Studi keempat mengamati gejala-gejala Covid-19 individu dan menemukan bahwa diet Mediterania dikaitkan dengan penurunan risiko beberapa gejala tersebut.
Hal ini termasuk 68 persen lebih rendah kemungkinan mengalami kesulitan bernapas, 91 persen lebih rendah risiko batuk dan demam, 92 persen lebih rendah risiko sakit tenggorokan, dan 94 persen lebih rendah kemungkinan menggigil, mual, atau muntah.
Tiga penelitian juga meneliti hubungan antara diet Mediterania dan Covid-19 parah yang memerlukan rawat inap. Meskipun ketiganya menunjukkan manfaat dari pengukuran ini, dengan pengurangan risiko antara 11 dan 78 persen, hanya satu yang memberikan hasil yang signifikan secara statistik.
Perbedaan risiko berdasarkan pola makan pada dua penelitian lainnya terlalu kecil untuk mengesampingkan kemungkinan bahwa hubungan tersebut terjadi secara kebetulan.
Penelitian Ini Memiliki Beberapa Keterbatasan
Salah satu kelemahan penelitian baru ini adalah peneliti hanya melaporkan temuan dari penelitian yang diterbitkan sebelumnya. Mereka tidak melakukan apa yang dikenal sebagai meta-analisis yang mengumpulkan semua data dari penelitian sebelumnya untuk menghitung seberapa besar diet Mediterania dapat mengurangi risiko Covid-19.
Keterbatasan lainnya adalah penelitian-penelitian sebelumnya tidak menilai secara objektif cara orang makan, apakah mereka tertular Covid-19, atau seberapa sakit mereka dengan mengacu pada rekam medis atau hasil tes Covid.
Sebaliknya, penelitian ini mengandalkan partisipan untuk mengingat dan melaporkan secara akurat kebiasaan makan mereka di masa lalu dan infeksi Covid-19 yang mereka alami.
Diet Mediterania Menekankan Makanan Anti-Peradangan
Meski begitu, masuk akal untuk mempertimbangkan penerapan pola makan Mediterania untuk mengurangi risiko Covid-19, karena terdapat bukti adanya efek perlindungan dan karena pola makan tersebut dianggap paling sehat secara umum.
Demikian keterangan peneliti senior studi, Andre Marolop Pangihutan Siahaan MD, PhD, dari departemen bedah saraf Universitas Sumatra Utara di Medan, Indonesia.
Dokter Siahaan menjelaskan, menerapkan pola makan Mediterania untuk membantu mengurangi risiko Covid bukanlah ide yang buruk. Selain itu, pola makan mediterania juga bermanfaat untuk beberapa penyakit tidak menular, seperti jantung dan stroke.
Siahaan menggarisbawahi jika secara khusus, banyak nutrisi dalam diet Mediterania memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Banyaknya makanan nabati mungkin menjadi salah satu alasan mengapa pola makan Mediterania dapat melindungi Anda dari Covid-19.
Sebuah meta-analisis yang diterbitkan awal tahun ini di Clinical Nutrition mengumpulkan data tentang pola makan dan risiko Covid-19 dari tujuh penelitian dengan hampir 650 ribu partisipan dan menemukan bahwa pola makan nabati mengurangi risiko infeksi Covid-19 sekitar 34 persen dan kemungkinan tertular penyakit rawat inap sebesar 62 persen.
“Pola makan ala Mediterania dan yang paling penting pola makan nabati sangat menjanjikan dalam hal mencegah tidak hanya infeksi Covid-19 tetapi juga rawat inap akibat infeksi Covid-19,” ujar Christos Mantzoros, MD, DSc, PhD, seorang profesor di Harvard Medical School dan direktur unit nutrisi manusia di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, yang tidak terlibat dalam studi baru ini.