SKOR.id – Point guard veteran NBA Dennis Schroder lagi-lagi terpaksa menerima nasib masuk skema trade musim ini. Akibatnya, sang atlet bahkan mesti empat kali berpindah klub hanya dalam rentang dua hari.
Itu dimulai pada Rabu (5/2/2025) ketika Golden State Warriors mengirimnya ke Miami Heat sebagai bagian dari pertukaran untuk mendatangkan Jimmy Butler ke Bay Area.
Namun, Schroder kemudian dialihkan ke Utah Jazz sebelum akhirnya dioper ke Detroit Pistons dalam trade yang melibatkan empat tim, Kamis (6/2/2025) waktu setempat.
Ini bukan pengalaman pertama bintang basket Timnas Jerman tersebut jadi komoditas trade NBA. Ia baru bergabung ke Warriors pada 15 Desember 2024 setelah hanya 11 bulan memperkuat Brooklyn Nets.
Pebasket 31 tahun ini bermain untuk Nets usai masuk skema trade Toronto Raptors, yang dibelanya selama Juni 2023 hingga Februari 2024.
Dennis Schroder juga pernah bermain bersama Atlanta Hawks (2013-2018), Oklahoma City Thunder (2018-2020), LA Lakers (2020-2021, 2022-2023), Boston Celtics (2021-2022), serta Houston Rockets (2022).
Ini berarti Detroit Pistons akan menjadi tim NBA kesembilan yang diperkuat oleh Schroder dalam delapan musim, termasuk fase yang sangat singkat bersama Golden State.
Menurut laporan ESPN pemain yang tiba di NBA pada 2013 itu ingin bertahan di Warriors. Dan serangkaian trade yang dialami oleh Schroder mungkin sulit dicerna jika mengingat pernyataannya baru-baru ini.
Dalam sebuah wawancara dengan NBC Sports, Selasa (4/2/2025) lalu, ia secara vokal menentang kecenderungan batas waktu trade NBA.
Dennis Schroder pun membandingkan skema pertukaran pemain di liga dengan ‘perbudakan modern’. Ia menyebut itu ‘bisnis yang sangat kejam’.
Pebasket berdarah Gambia ini mengakui dirinya kini terbiasa dengan berbagai hal, termasuk trade, setelah pengalamannya bertahun-tahun di NBA.
“Bagi saya, di musim ke-12 saya, bisnis adalah bisnis. Saya tahu cara kerjanya. Untuk saya, pada akhirnya ini (NBA) adalah bisnis,” tutur Schroder.
Tetapi, trade menggemparkan akhir pekan lalu, yang mengirim pemain elite seperti Luka Doncic dari Dallas Mavericks ke LA Lakers, sepertinya membuatnya sangat terkejut, seperti semua orang di NBA.
Kasus Doncic membuat Dennis Schroder makin paham bahwa tidak ada seorang pun aman dari ancaman trade. Itu pula yang memicunya menyebut hal tersebut sebagai ‘perbudakan modern’.
“Ini seperti perbudakan modern. Pada akhirnya begitu. Setiap (petinggi) klub dapat memutuskan ke mana Anda akan pergi, bahkan meski Anda memiliki kontrak,” kata Schroder.
“Ya, memang kami menghasilkan banyak uang dan kami bisa memberi makan keluarga kami, namun pada akhirnya jika mereka (petinggi klub) bilang, ‘Anda akan pergi (ke klub lain)’, mereka bisa memutuskan itu.”