SKOR.id – Gregoria Mariska Tunjung tidak terlalu diunggulkan meraih medali untuk Indonesia dari cabang bulu tangkis Olimpiade 2024 di Paris.
Selain kualitas para pesaingnya yang di atas kertas berada di atas Jorji (sapaan Gregoria), wakil Indonesia pada nomor lainnya, terutama sektor putra, lebih menjanjikan.
Sebut saja nomor ganda putra melalui Fajar Alfian/Rian Ardianto atau tunggal putra yang mengandalkan duo Anthony Ginting dan Jonatan Christie.
Gregoria juga sama sekali belum mendapatkan gelar juara pada turnamen mana pun sepanjang tahun 2024 ini.
Tapi kenyataannya, Jorji justru “menggendong” bulu tangkis Indonesia di Olimpiade 2024 dengan mencapai semifinal dan meraih medali perunggu. Sedangkan rekan-rekannya sudah tersingkir sebelum semifinal.
Tanda-tanda kebangkitan Jorji memang sudah terlihat dua tahun belakangan, ketika ia mulai bisa memberi perlawanan bahkan menaklukkan lawan-lawan yang berperingkat di atasnya.
Apa yang menyebabkan Jorji bangkit dari sosok yang semula dipandang sebelah mata, berbalik jadi satu-satunya peraih medali Indonesia dari cabang bulu tangkis?
Inilah yang akan dibahas dalam Skor Special edisi kali ini.
Skor Special merupakan artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.
Berikut ini beberapa faktor yang membuat pebulu tangkis berusia 24 tahun ini bisa bangkit dari keterpurukannya:
1. Mental Tanding
Jorji sekarang bukanlah yang dulu. Dengan usia makin matang, mental tanding pebulu tangkis putri peringkat ke-8 BWF ini pun kian meningkat.
Lawan-lawan yang semula sulit dikalahkan, satu per satu mulai bisa diimbangi bahkan ditaklukkan olehnya.
Sebut saja Carolina Marin, Ratchanok Intanon, Akane Yamaguchi, hingga andalan Cina yang juga peraih emas Olimpiade 2020 Tokyo, Chen Yufei.
Masalah mental memang sempat mendera Jorji karena ia sempat tidak berkembang sejak bergabung dengan pelatnas PBSI pada 2013 lalu.
Hingga kini, ia bahkan masih menutup kolom komentar pada akun Instagramnya demi menghindari pengaruh negatif dari komentar-komentar miring warganet.
2. Mental Juara Mulai Tumbuh
Media Cina memuji penampilan Jorji saat mengalahkan Chen Yufei dua set langsung 21-12, 21-12 pada final Kumamoto Masters November 2023 lalu.
Dalam ajang tersebut Gregoria Mariska mendapatkan gelar level Super 500 pertamanya.
Ia sekaligus jadi tunggal putri pertama Indonesia yang bisa meraih gelar tersebut sejak era Super Series.
“Performa Gregoria Mariska sempat bergejolak pada era 2018 hingga 2021. Kebugaran fisiknya kurang baik, cedera, dan minim prestasi,” demikian tulisan media Cina, Aiyuke, usai Jorji juara Kumamoto Masters 2023.
“Kami mengagumi bagaimana Gregoria Mariska bertransformasi sejak musim 2023, di mana Chen Yufei hingga Akane Yamaguchi berhasil ditumbangkan.”
“Puncaknya gelar juara Kumamoto Masters 2023 adalah bukti kerja keras Gregoria Mariska. Bahkan bukan tidak mungkin, dia akan berjaya di Olimpiade Paris 2024 mendatang!” kata Aiyuke.
3. Main Tenang dan Semangat
Selama tampil di lapangan, termasuk Olimpiade 2024, Jorji mengaku tidak gentar menghadapi siapa pun.
"Bermain tenang dengan semangat tinggi, saya merasa tidak berpikir bagaimana cara bermain, atau bagaimana hasilnya nanti. Coba untuk fokus poin per poin,” kata Jorji.
“Jadi walaupun lawan dapat poin saya tidak mau kalah, saya harus dapat poin juga," kata Gregoria.
Itu sebabnya ketika lawan Intanon pada perempat final Olimpiade 2024 ia tidak patah semangat meski lawan memberi tekanan, terutama pada set pertama.
Pada set kedua Jorji sudah bisa mengendalikan permainan dan unggul jauh dari Intanon.
Semangat yang sama sebenarnya juga terlihat saat Jorji menghadapi An Se-young pada semifinal.
Jorji tidak menyerah meski sempat tertinggal jauh pada set ketiga, namun hasil akhir tidak berpihak kepadanya.
4. Bisa Menjaga Konsistensi
Meski belum meraih gelar dalam berbagai turnamen yang diikuti tahun ini, Georgia Mariska Tunjung sebenarnya tampil konsisten sepanjang 2024.
Mengutip data terkini dari BWF, sebelum tampil di Olimpiade, Jorji 6 kali setidaknya menembus perempat final turnamen besar selama 2024.
Yakni dalam ajang Malaysia Open, Indonesia Masters, All England, Kejuaraan Asia, Thailand Open, dan Indonesia Open.
Capaian terbaik Jorji dalam turnamen BWF tahun ini menjadi runner-up Swiss Open pada Maret lalu. Carolina Marin harus susah payah menaklukkan Jorji di final dengan 21-19, 13-21, 22-20.
Hasil terbaik lainnya adalah semifinal di Singapore Open, di mana Jorji dihentikan An Se Young, lawan yang belum bisa dikalahkannya dalam 8 pertemuan, dengan 14-21, 21-23.
Bila ditambahkan dengan Olimpiade 2024, konsistensi Jorji masih terjaga dengan menembus semifinal dan mampu merepotkan An Se-young.
5. Dukungan Orangtua dan Kekasih
Kebangkitan Jorji tentunya tidak lepas dari peran sang ayah, Gregorius Maryanto, dan sang ibu, Dwi Astuti.
Meski tidak selalu hadir dalam tiap kesempatan, kedua orangtua Jorji selalu dihubungi, dimintai doa, dan dukungan tiap kali Jorji akan berlaga.
Jorji tentu tidak akan lupa bahwa kedua orangtuanya-lah yang memperkenalkannya terhadap dunia bulu tangkis ketika ia masih duduk di bangku sekolah dasar di Wonogiri, Jawa Tengah.
Selain kedua orangtua, ada satu orang yang memiliki peran penting dalam kebangkitan karier Jorji, yaitu tunangannya yang juga seorang penyanyi, Mikha Angelo.
Hal itu diakui sendiri oleh gadis kelahiran Wonogiri, Jawa Tengah, 11 Agustus 1999, itu, baru-baru ini dalam konferensi pers virtual darii KBRI di Paris, Senin (6/8/2024) malam.
Jorji mengakui Mikha, yang jadi kekasihnya pada 2018 saat Jorji sedang terpuruk, memiliki peran penting bagi keberlangsungan karier bulu tangkisnya.
Ia ingat betul, pada saat titik terendah dirinya sempat terlintas untuk pensiun dari bulu tangkis.
Keinginannya itu, karena ia merasa sulit bersaing dengan atlet dunia dari negara lain sementara tuntutan masyarakat sangat tinggi.
Pada momen ini, Mikha memberikan motivasi agar Jorji tetap berkarier di bulu tangkis.
"Peran penting Mikha bukan hanya disini saja (Paris), waktu sebelum saya dalam penampilan bagus, dia mendukung,” ujar Jorji.
“Dua tahun lalu, dalam momen antara lanjut atau tidak, salah satu yang meyakini saya untuk percaya diri adalah Mikha," ia menambahkan.
“Saya bersyukur orangtua, keluarga, Mikha, dan teman terdekat selalu memberikan dukungan termasuk di saat terpuruk.”
"Sekarang banyak yang bersorak saat menang. Saat saya di bawah, sangat sedikit yang masih memercayai saya. Tapi saya tetap bersyukur masih ada yang peduli untuk menjalani masa sulit," kata Jorji.