SKOR.id - Sepertinya kini sudah saatnya untuk mematahkan mitos bahwa Liga Jepang alias J.League adalah kuburan yang menghancurkan karier pemain-pemain Indonesia.
Mitos ini berawal dari banyaknya pemain Indonesia yang tak mendapatkan menit bermain di klub-klub J.League.
Masalah adaptasi dengan kultur, cuaca, tim, dan gaya bermain sepak bola di sana biasanya menjadi penyebabnya.
Masalahnya, kemudian muncul mitos bahwa ada sentimen-sentimen khusus yang mengatakan bahwa pemain-pemain Indonesia direkrut bukan karena alasan olahraga.
Alasan pasar dan jangkauan sosial media tak diragukan lagi hampir pasti jadi salah satu alasan para pemain Indonesia direkrut, tetapi apakah ini adalah satu-satunya alasan?
Artikel ini coba menjawab mitos ini dengan cara membandingkan menit bermain para pemain Indonesia tersebut dengan klub-klub yang ia bela sebelum dan sesudah bermain di J.League.
(Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
1. Irfan Bachdim
Klub: Ventforet Kofu - 2014
J1 League: 0 Main
J.League Cup: 1 Main, 14 Menit
Piala Kaisar: 1 Main, 56 Menit
Klub: Hokkaido Consadole Sapporo - 2015, 2016
J2 League: 7 Main, 97 Menit
J.League Cup: 0 Main
Piala Kaisar: 3 Main, 131 Menit, 1 Assist
Di era J.League, Irfan Bachdim jadi pemain Indonesia pertama yang bermain di Liga Jepang. Ia direkrut Ventforet Kofu dari klub Thailand, Chonburi FC, pada 27 Januari 2014 lalu.
Setelah semusim sama sekali tak bermain di J1 League (hanya bermain di J.League Cup dan Piala Kaisar), ia pindah ke Hokkaido Consadole Sapporo yang saat itu bermain di kasta kedua.
Di klub dari Utara Jepang ini peruntungan Bachdim meningkat dengan ia tujuh kali bermain di liga, dengan total menit bermain di semua ajang juga melonjak.
Sebelum pindah ke Jepang, Bachdim juga tak mendapat banyak waktu bermain saat membela Chonburi FC (8 main, 477 menit) selama semusim. Ia bahkan tak mendapat menit bermain kala dipinjamkan Chonburi ke Nakhon Ratchasima.
Sebelum itu di Belanda, Bachdim juga tak punya banyak menit bermain, entah bersama FC Utrech di Eredivisie (1 main, 90 menit), maupun di HFC Harleem di kasta kedua Liga Belanda (12 main, 346 menit).
Artinya, tak hanya di J.League saja Bachdim tak mendapatkan menit bermain.
Bahdim baru menjadi starter dan mendapat banyak kesempatan bermain saat pindah dari J.League menuju Bali United di Liga 1 mulai awal 2017, sama seperti saat membela Persema Malang beberapa tahun sebelumnya.
2. Stefano Lilipaly
Klub: Hokkaido Consadole Sapporo - 2014
J2 League: 0 Main
J.League Cup: 0 Main
Piala Kaisar: 1 Main, 90 Menit, 1 Assist
Bergabung dengan Hokkaido Consadole Sapporo pada Maret 2014 dari Almere City (Belanda), Stefano Lilipaly nyatanya sama sekali tak bermain di kasta kedua Liga Jepang musim itu.
Ia hanya sekali bermain penuh di Piala Kaisar saat melawan Tonan Maebashi (klub kasta keenam Liga Jepang).
Hanya saja penampilan ini juga jauh dari kata ideal. Selain lawannya yang berbeda kelas, Lilipaly dimainkan sebagai bek kanan pada laga ini, bukan posisi aslinya sebagai gelandang.
Berbeda dengan Bachdim, Lilipaly sebenarnya punya cukup banyak menit bermain di klub-klub sebelum dan sesudah pindah ke J.League.
Ia bermain empat kali (168 menit) untuk FC Utrecht di Eredivisie, dan tampil reguler di kasta kedua bersama Almere City (38 main, 2.591 menit), SC Telstar (44 main, 3.863 menit), dan SC Cambuur (19 main, 1.158 menit).
Lilipaly juga kemudian tampil reguler saat pindah ke Bali United di Liga 1.
3. Pratama Arhan
Klub: Tokyo Verdy - 2022, 2023
J2 League: 2 Main, 55 Menit
J.League Cup: 0 Main
Piala Kaisar: 2 Main, 200 Menit
Pratama Arhan sebenarnya masih belia saat pindah ke Jepang pada 2022 lalu, berusia 21 tahun.
Ia baru saja bergabung dengan tim utama PSIS Semarang pada awal 2020, baru bermain sembilan kali di Liga 1 dan empat kali di Piala Menpora.
Kurangnya jam terbang di usia belia dikatakan menjadi salah satu tembok penghadang Arhan untuk mendapatkan tempat utama di Tokyo Verdy.
Dalam dua musim, ia hanya dua kali bermain di J2 League (55 menit), serta dua kali tampil di Piala Kaisar (200 menit).
Kini setelah hijrah ke Suwon FC di Liga Korea Selatan, peruntungannya nyatanya tak berubah.
Selama setengah tahun awal, ia hanya baru sekali bermain sebagai pengganti selama tiga menit sebelum langsung mendapatkan kartu merah dan diusir wasit.
4. Justin Hubner
Klub: Cerezo Osaka - 2024
J1 League: 6 Main, 83 Menit
J.League Cup: 2 Main, 107 Menit
Piala Kaisar: 0 Main
Bermodalkan penampilan di tim muda Wolverhampton Wanderers (Liga Inggris), Justin Hubner dipinjam Cerezo Osaka mulai awal 2024.
Akan tetapi, masa peminjamannya kini sudah resmi dihentikan lebih dini hanya setengah musim setelah dipinjam.
Tak pernah main membuat Justin Hubner gerah, sedangkan Cerezo Osaka memang punya banyak bek tengah mumpuni yang menjadi saingan Hubner di lini belakang.
Setengah tahun, Hubner enam kali bermain di J1 League (83 menit) dan dua kali di J.League Cup (107 menit), menjadikannya pemain Indonesia dengan menit bermain terbaik di ajang J.League.
Masalahnya memanbg Hubner masih sangat muda, berusia 20 tahun, dan belum mencicipi kerasnya kompetisi senior di klub asalnya.
Sejauh ini, Hubner tampil di kompetisi Premier League U-18 sebelum tiga musim terakhir naik kelas tampil di Premier League 2 (42 main, 3.215 menit).