SKOR.id – Olahraga sudah menjadi semacam bumbu dalam sebuah film. Baik itu menjadi tema utama maupun sekadar pelengkap, olahraga tetap selalu menarik untuk diangkat ke layar lebar maupun layar kaca. &nbsp;&nbsp;Mengapa olahraga kerap dijadikan tema ataupun pelengkap dan pemberi warna dalam sebuah film? Olahraga apa saja yang paling sering muncul dalam film?&nbsp;Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).Mengapa Olahraga Umumnya Ditampilkan dalam Film?Genre olahraga selalu menjadi daya tarik bagi para penulis skenario, sutradara dan penonton, tetapi mengapa? Mungkin karena keakraban dengan bermain dan menonton olahraga, keterkaitan antara kerinduan untuk menang, atau karena film olahraga harus melintasi berbagai genre.&nbsp;Jika dilakukan dengan benar, film olahraga juga berpotensi untuk memenangi banyak penghargaan di musim penghargaan.&nbsp;Popularitas film olahraga tetap konstan selama bertahun-tahun, mulai dari era film bisu tahun 1914 dengan The Knockout - film tinju yang dibintangi oleh Charlie Chaplin, hingga Home Team&nbsp;film bertema American football yang dibintangi oleh Adam Sandler.&nbsp;Film bergenre olahraga hingga film biasa dengan sisipan olahraga, kebanyakan memiliki banyak tema yang beresonansi dengan penonton, seperti keluarga, perjuangan untuk menjadi yang terbaik, dan kisah underdog, ketika seseorang mengatasi rintangan, yang semuanya dapat dipahami oleh penonton.Alasan utama mengapa olahraga ini populer dalam film di antaranya potensi drama yang tinggi. Sifat fisik olahraga seperti tinju menciptakan ketegangan dan konflik yang melekat, sehingga mudah untuk membangun ketegangan dan keterlibatan emosional bagi penonton.&nbsp;Berikutnya, narasi yang tidak diunggulkan. Banyak film olahraga yang menampilkan kisah-kisah atlet yang mengatasi rintangan yang signifikan untuk mencapai kesuksesan, yang beresonansi dengan penonton.&nbsp;Ketiga, makna simbolis. Olahraga dapat mewakili tema yang lebih luas seperti ketekunan, kerja sama tim, dan penebusan diri, yang memungkinkan pembuat film untuk mengeksplorasi busur karakter yang lebih dalam.&nbsp;Lalu, daya tarik visual. Aksi dan gerakan dalam olahraga seperti bola basket atau balap diterjemahkan dengan baik ke layar, memberikan urutan yang menarik secara visual.<figure class="image"><img src="https://assets-skorid.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/Boks_Skor_Special_film_olahraga_peraih_Oscar_Dede_S_Mauladi_Skor_id_d5e054ebee.jpg" alt="Boks Skor Special film olahraga peraih Oscar - Dede S. Mauladi Skor.id.jpg"><figcaption>Sejumlah film bertema olahraga berhasil menyabet penghargaan paling bergengsi di Academy Awards (Piala Oscar), yakni Film Terbaik. (Dede S. Mauladi/Skor.id)</figcaption></figure>Olahraga Apa yang Paling Banyak Ditampilkan dalam Film?Tinju adalah olahraga paling populer yang ditampilkan dalam bentuk sinematik di layar lebar, dengan film-film seperti Rocky (1976), yang didasarkan pada seorang petinju asal Philadelphia, Amerika Serikat, yang mendapat kesempatan langka untuk bertarung melawan petinju kelas berat dunia.&nbsp;Film ini ditulis oleh bintang utamanya, Sylvester Stallone, dalam sebuah peran yang akan menentukan kariernya di layar lebar.&nbsp;Demikian juga, ada Raging Bull (1980), disutradarai oleh Martin Scorsese, yang mengisahkan seorang petinju dalam kehidupan nyata, Jake LaMotta (diperankan oleh Robert De Niro), yang sifat pemarah dan kekerasannya membuat kehidupannya di luar ring hancur saat berada di puncak di atas ring tinju.&nbsp;Namun sepak bola dan seni bela diri juga telah memberikan dampak budaya dengan film-film seperti Bend it like Beckham&nbsp;(2002) dan The Karate Kid (1984).&nbsp;Bagi penonton Amerika, bisbol dan NFL telah meraih kesuksesan besar dengan film, yaitu The Blind Side (2009), yang membuat aktris Sandra Bullock memenangi Oscar sebagai aktris terbaik dalam peran utama.&nbsp;Ada juga A League of Their Own&nbsp;(1992) yang disutradarai oleh Penny Marshall dan dibintangi oleh Tom Hanks. Marshall sebelumnya juga pernah mengarahkan Hanks dalam film Big (1988).Olahraga seperti tinju, bisbol, sepak bola, bola basket, balap, dan seni bela diri, sering ditampilkan dalam film. Itu karena olahraga-olahraga ini menawarkan narasi dramatis dengan konflik yang jelas, kisah-kisah yang tidak diunggulkan, dan kemampuan untuk menggambarkan kompetisi yang ketat secara visual, sehingga memungkinkan pembuat film untuk dengan mudah melibatkan penonton melalui pasang surutnya kegiatan atletik.Berikut contoh spesifik olahraga yang biasa ditampilkan dalam film:<ul><li>Tinju - Dianggap sebagai olahraga yang paling banyak muncul dalam film karena drama yang melekat dan fokus pada pertarungan individu.&nbsp;</li><li>Bisbol - Sering digunakan untuk mewakili nilai-nilai Amerika seperti kerja keras dan ketekunan, dengan banyak film klasik yang menampilkan olahraga ini.&nbsp;</li><li>American football - Populer karena dinamika tim dan permainannya yang mempertaruhkan banyak hal, memungkinkan cerita tentang persahabatan dan mengatasi tantangan.&nbsp;</li><li>Bola basket - Menawarkan rangkaian aksi yang menarik dan dapat digunakan untuk mengeksplorasi tema pertumbuhan pribadi dan mengatasi kesulitan.&nbsp;</li><li>Balapan (seperti motor, mobil Formula 1 hingga NASCAR) - Kecepatan dan adrenalin balap memberikan adegan visual yang memukau dan cerita tentang mendorong batas.</li><li>Seni bela diri - Mirip dengan tinju, fokus pada pertarungan fisik dan teknik bertarung cocok untuk urutan aksi yang menarik.</li></ul>Mengapa Orang Menyukai Film Olahraga?Sepak bola memiliki sekitar 3,5 miliar penggemar, jadi masuk akal bagi industri film bernilai miliaran dolar untuk memanfaatkan basis penggemar tersebut. Ketika orang melihat film yang didasarkan pada olahraga favorit mereka, kemungkinan besar mereka akan menontonnya.&nbsp;Banyak orang merasa bangga mengetahui sejarah pertandingan, namun sebagian besar menyukai gairah persaingan antara tim dan pemain.&nbsp;Hal ini membuat film menjadi menarik, dengan pembagian yang jelas dan mudah dimengerti tentang siapa yang harus didukung oleh penonton di sepanjang film. Kisah underdog selalu populer, dan ini adalah tema yang menginspirasi yang beresonansi dengan orang-orang. Terutama selama masa-masa sulit, film-film ini dapat memberikan harapan dan keakraban pada situasi yang mungkin dialami oleh para penonton.&nbsp;Penonton menikmati film-film olahraga ini karena olahraga memiliki aturan yang jelas dan cara yang jelas untuk menyatakan pemenang dan pecundang, yang sangat jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.&nbsp;Masalah umum tentang olahraga adalah bahwa olahraga tidak dapat diakses tanpa pengetahuan dan latar belakang yang luas. Sebaliknya, sebuah film memberi penonton pelajaran sejarah yang hampir ringkas tentang cara kerja di dalamnya.&nbsp;Seperti yang terlihat dalam film Moneyball (2011), yang dibintangi Brad Pitt dan disutradarai oleh Bennett Miller. Miller kemudian menyutradarai Foxcatcher (2014), sebuah film olahraga lain yang didasarkan pada pegulat Olimpiade, yang dibintangi oleh Steve Carell (The Office), Channing Tatum, dan Mark Ruffalo.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/EutKKJMe_rI?si=OMxz_LqnHaGyeXJc" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Beberapa jenis olahraga kerap muncul dalam film, baik karena menjadi tema utama ataupun sekadar pelengkap.

Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage situs Skor.id.

SKOR SPECIAL

Mengapa Jenis-jenis Olahraga Ini Selalu Ada dalam Film

SKOR.id – Mantan pelatih Tim Nasional Indonesia, Shin Tae-yong, pada Minggu (19/1/2025) menjalani syuting film di Kampung Cikaruncang, Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat.Film tersebut berjudul Ghost Soccer: Bola Mati, yang diproduksi oleh Multi Buana Kreasindo.Peran pelatih asal Korea Selatan itu memang hanya menjadi cameo dalam film ber-genre komedi horor dengan tema sepak bola tersebut.Namun demikian, kabar Shin Tae-yong menjalani proses syuting itu langsung viral dan menghebohkan para pencinta Timnas Indonesia.<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DE__IBiTfS6"></oembed></figure>Pihak produser&nbsp;Ghost Soccer: Bola Mati memberikan sedikit bocoran mengenai peran coach Shin dalam film tersebut.&nbsp;“Ada bagian dari cerita film Ghost Soccer yang cocok kalau ada cameo yang terlibat dalam film ini,” kata Budi Yulianto, Eksekutif Produser film tersebut, dikutip dari Antara, Senin (20/1/2025).&nbsp;“Coach Shin Tae-yong sangat pas memerankan tokoh pemberi semangat untuk tim sepak bola yang kehilangan daya juang.”&nbsp;“Coach Shin membangkitkan semangat bertanding tim inferior menghadapi tim superior,” Budi menambahkan.Film&nbsp;Ghost Soccer: Bola Mati disutradarai Jay Sukmo, dengan para pemeran Berliana Lovel, Samuel Rizal, Damara Finch, Fajar Nugra, Rin Hermana, Aden Bajaj, Iyan Darmawan, dan Mastur.<figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DFC8undS5wu"></oembed></figure>Bukan Film PerdanaGhost Soccer bukanlah pengalaman perdana coach Shin dalam dunia film atau akting. Jauh sebelum menangani Timnas Indonesia, coach Shin pernah tampil dalam sebuah drama Korea.&nbsp;Fakta menarik tersebut salah satunya diketahui dari unggahan video di akun TikTok @refer_sport beberapa waktu lalu."Di Indonesia jadi pelatih, di Korea main drakor," demikian bunyi keterangan tertulis akun tersebut.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/fpu5GRIyA3g?si=o5Y-_QqvGl3tE3zL" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>Dalam unggahan video singkat itu Shin Tae-yong yang mengenakan pakaian jas sedang berada di sebuah kantor.Adegan berikutnya ia dihampiri seorang wanita pegawai kantor. Shin Tae-yong tampak luwes beradu akting dengan wanita tersebut bak aktor profesional.Itu merupakan sebuah cuplikan dari adegan drama Korea berjudul Shoot For Love.Diceritakan drakor tersebut membahas mimpi anak-anak Korea Selatan menjadi pesepak bola terkenal seperti Son Heung-min.Selain itu, Shin Tae-yong juga pernah membintangi berbagai iklan. Meski tidak sekompleks film, menjadi bintang iklan juga butuh skill akting yang mumpuni.Pelatih berusia 54 tahun itu dalam sebuah wawancara mengaku telah membintangi 10 iklan di indonesia.Paling terkenal iklan kopi, kemudian terakhir ia ikut mempromosikan salah satu restoran ayam goreng.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/EutKKJMe_rI?si=KsuL6bhMOZ8B_7zF" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Shin Tae-yong sebelumnya pernah membintangi drama Korea dan berbagai iklan.

Films

Film Ghost Soccer Bukan Debut Shin Tae-yong dalam Dunia Akting

SKOR.id – Olahraga termasuk tema yang menarik bagi penikmat film.&nbsp;Di dalamnya biasanya terdapat unsur heroisme dari sosok atlet yang diperankan oleh si pemeran utama.Beberapa film bertema olahraga yang sudah melegenda hingga ada yang dijadikan beberapa sekuel di antaranya Rocky, Blood Sport, Karate Kid, Raging Bull, dan lain-lain.Sepanjang 2024 ini juga dirilis beberapa film bertema olahraga.&nbsp;Dan inilah tiga film olahraga terfavorit yang rilis tahun ini versi Skor.id: &nbsp;&nbsp;1. The Boys in the BoatThe Boys in the Boat dari Amazon MGM Studios sebenarnya dirilis 25 Desember 2023, &nbsp;namun penontonnya lebih banyak menyaksikannya mulai awal 2024. &nbsp;The Boys in the Boat mendapat ulasan beragam dari para kritikus.&nbsp;“Film tersebut tidak dapat lepas dari rasa keakraban yang tulus,” ujar Brian Lowry dari CNN.“Bagi saya, itulah yang membuat film tersebut hebat. Sebuah kisah nyata tentang orang yang tidak diunggulkan,” ia menambahkan.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/dfEA-udzjjQ?si=7gs41c4JG0kEdoem" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>Film ini mengikuti perjuangan tim dayung junior Universitas Washington tahun 1936 untuk meraih medali emas Olimpiade 1936 di Jerman.Banyak yang tidak percaya bahwa film ini fiksi. Sulit bagi penonton untuk tidak bersimpati kepada anak laki-laki yang tidak berpengalaman dengan mimpi bersama dan beban di pundak mereka.&nbsp;Film ini membangkitkan unsur-unsur dari Miracle tahun 2004, dan bahkan penonton yang bukan penggemar olahraga bisa jadi akan menangis tersedu-sedu saat menyaksikannya.2. ChallengersIni adalah film cinta segitiga yang berlatar di dunia tenis. Keputusan sutradara Luca Guadagnino memilih nama-nama besar seperti Zendaya sebagai pemeran, menarik perhatian banyak orang.Terbukti Challengers akhirnya berhasil meraup keuntungan 96 juta dolar AS (setara Rp1,5 triliun) dan menjadi box office.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/VobTTbg-te0?si=18M3LJRBMWm2gX1k" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>Olahraga dan pertandingan final berfungsi sebagai sarana untuk menunjukkan konflik yang dihadapi karakter Zendaya.&nbsp;Saat tiap poin terjadi, ketiga pemeran utama tenggelam dalam hal yang paling mereka inginkan, campuran cinta satu sama lain yang dipadukan dengan pusaran persaingan berisiko tinggi.Film ini juga mendapat manfaat dari nuansa autentiknya: Turnamen ATP sungguhan seperti Atlanta Open, Challenger Series, dan US Open ditampilkan.Begitu pula merek-merek apparel yang sempat menjadi tren saat film ini rilis pada April 2024 seperti Adidas, Aston Martin, dan Uniqlo.3. Rez BallRez Ball adalah film yang didukung bintang NBA LeBron James dan dirilis di Netflix pada bulan September 2024.Film ini mengikuti buku pedoman banyak film yang terinspirasi tim sekolah menengah, tetapi dengan beberapa perubahan.Sebuah tim berjuang untuk mengatasi kehilangan pemain terbaiknya, dalam hal ini bukan karena cedera, melainkan bunuh diri.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/plUsLi3elDg?si=4dQprYWzHr5SDJy6" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>Seorang pelatih yang diasingkan menunggu waktu di sekolah menengah yang tertindas, menunggu pekerjaan yang lebih baik datang.Hanya saja kali ini adalah mantan pemain WNBA yang memimpin tim putra di almamaternya.&nbsp;Dan semuanya terjadi bukan di pusat kota, atau kota pedesaan kecil, tetapi di reservasi Navajo di New Mexico.Meskipun mirip dengan Hoosiers atau Remember the Titans, Rez Ball menonjol karena kesegaran latar, karakter, cerita mereka, dan sebagian besar pemeran berasal dari suku asli setempat.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/LGG4GZ1nHP4?si=Em9jnFB-_kfavTQk" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Sepanjang 2024 telah dirilis beberapa film bertema olahraga.

3 Film Olahraga Favorit 2024 yang Bisa Jadi Tontonan Akhir Tahun

SKOR.id – The Featherweight&nbsp;adalah film drama olahraga biografi Amerika tahun 2023 yang disutradarai oleh Robert Kolodny, ditulis oleh Steve Loff, dan dibintangi oleh James Madio sebagai petinju profesional Guglielmo Papaleo atau yang lebih dikenal dengan Willie Pep.&nbsp;Film ini ditayangkan perdana di Festival Film Internasional Venesia ke-80 pada 3 September 2023 silam. Namun, The Featherweight&nbsp;baru ditayangkan perdana di Amerika Serikat pada 20 September 2024 lalu.&nbsp;Berlatar tahun 1964, kru kamera langsung mengikuti Willie Pep, pensiunan juara dunia tinju kelas bulu dua kali dengan rekor pertarungan fantastis, 241 duel dengan 229 kali menang yang 65 di antaranya lewat knock out&nbsp;(KO).&nbsp;Usai gantung sarung tinju, Pep tinggal di Hartford, Connecticut, Amerika Serikat, bersama keluarganya. Di sinilah masalah dimulai.Sang istri, Linda, adalah seorang aktris yang bercita-cita tinggi di setengah usianya. Pep dan Linda memiliki seorang putra yang kecanduan narkoba plus orangtua imigran asal Italia.&nbsp;Dengan utang yang menumpuk dan perasaan kejayaan yang sudah memudar, Pep yang kala itu sebenarnya sudah terpuruk di usia pertengahan 40-an, memutuskan untuk kembali ke atas ring. Pada saat itulah kru kamera dokumenter memasuki hidupnya.&nbsp;Diteliti dan dibangun dengan susah payah, The Featherweight&nbsp;adalah film dengan potret mendalam dari ketidakpuasan terhadap maskulinitas, ketenaran, dan persepsi diri ala Amerika di abad ke-20.Selain Madio, The Featherweight&nbsp;juga dibintangi Ruby Wolf sebagai Linda Pep, Keir Gilchrist sebagai Billy Papaleo Jr, Stephen Lang sebagai Bill Gore, Ron Livingston yang memerankan Bob Kaplan, Lawrence Gilliard Jr memainkan Sandy Saddler, Shari Albert sebagai Fran, dan Imma Aiello sebagai “Mama” Papaleo.Syuting dilakukan di Hartford, Connecticut, pada akhir tahun 2021, memanfaatkan lokasi nyata dari kehidupan Willie Pep. Kolodny memilih aktor profesional dan penduduk lokal untuk meningkatkan estetika nonfiksi film tersebut.&nbsp;Selain Kolodny, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai sinematografer dokumenter pada film-film seperti Procession dan All the Beauty and the Bloodshed, tim di balik film The Featherweight juga melibatkan beberapa pembuat film ternama dari komunitas dokumenter, termasuk Steve James sebagai produser eksekutif dan Robert Greene sebagai editor.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/BNguM2JaWYw?si=XKBByP00z4DA1x7R" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>The Featherweight dirilis di AS oleh mTuckman Media menjelang akhir September 2024 lalu, dan langsung menjadi film terlaris di Quad Cinema – bioskop mini empat layar di New York – selama akhir pekan pembukaannya.&nbsp;Tiga pertunjukan malam film The Featherweight ini terjual habis berturut-turut, menyebabkannya ditunda selama satu minggu tambahan.&nbsp;Di situs agregator ulasan Rotten Tomatoes, 83% dari 12 ulasan kritikus bersifat positif, dengan nilai rata-rata 7,5/10. Metacritic, yang menggunakan rata-rata tertimbang, memberi film The Featherweight skor 79 dari 100, berdasarkan lima kritikus yang menunjukkan ulasan yang “umumnya disukai”.The Featherweight&nbsp;mendapat tepuk tangan meriah selama lima menit pada penayangan perdananya di Festival Film Internasional Venesia.&nbsp;Film The Featherweight juga mendapat pujian dari Indiewire. Sementara, Dana Thomas menyebut The Featherweight sebagai perpaduan antara Mean Streets dan Raging Bull di The Style Files.The Featherweight juga terpilih sebagai film penutup Festival Film Internasional India ke-54 dan pemutaran perdana Festival Tampilan Pertama di Museum Gambar Bergerak.&nbsp;Kolodny juga dianugerahi penghargaan sutradara terbaik di Festival Film Internasional Provincetown dan Festival Film Internasional RiverRun.&nbsp;Richard Brody dari majalah The New Yorker mengatakan The Featherweight adalah sebuah pemandangan yang menyentuh, meresahkan, dan sangat memesona tentang jiwa yang bermasalah dan dunia kesusahan yang dimilikinya.&nbsp;The Featherweight adalah film klasik instan dari film tinju, dengan tampilan jarak dekat dari penderitaan dan hasrat yang tak terpisahkan dari sebuah olahraga yang dibayangi oleh kematian.&nbsp;Sayangnya, saat ini belum ada layanan streaming yang menayangkan The Featherweight. Hingga berita ini diturunkan juga belum diketahui apakah sudah ada versi cakram Blu-ray (Bl-ray disc/BD) dari film ini.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/sfV15yOWsI8?si=vl7NPkXelnWUD4SZ" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Baru dirilis di Amerika pada 20 September 2024, hingga kini belum ada platform streaming untuk film The Featherweight.

Culture

The Featherweight, Potret Ketidakpuasan pada Maskulinitas, Ketenaran, dan Persepsi Diri 

SKOR.id – Salah satu serial dokumenter yang akan membuat Anda googling semua orang di dalamnya segera setelah serial tersebut berakhir, yang merupakan bukti investasi yang dilakukan Last Chance U pada karakternya.Ini mengikuti serangkaian community college di Amerika Serikat (AS) yang mewakili kesempatan terakhir bagi remaja yang ingin menjadi bintang olahraga, yang mungkin tidak mendapatkan nilai yang mereka perlukan di sekolah menengah untuk masuk perguruan tinggi, atau berhasil masuk perguruan tinggi tetapi kemudian keluar dan sekarang perlu diperhatikan agar kemampuan mereka dapat diambil kembali.Perguruan tinggi bisa dibilang menjadi satu-satunya jalan bagi anak-anak muda di AS untuk mengawali karier di American football ataupun bola basket profesional. Jadi, mencapai tujuan tersebut adalah segalanya bagi anak-anak ini. Sering kali juga keluarga mereka yang sangat berharap.&nbsp;Bergenre film dokumenter olahraga, serial Last Chance U&nbsp;ditayangkan hingga lima musim dengan total 38 episode, antara 29 Juli 2016 sampai 28 Juli 2020.&nbsp;Musim pertama Last Chance U&nbsp;yang terdiri dari enam episode mengeksplorasi program sepak bola di East Mississippi Community College (EMCC), yang menampilkan beberapa atlet perguruan tinggi yang mengalami kesulitan dalam hidup mereka dan kesulitan menemukan struktur.&nbsp;Para pemain kemudian diharuskan tampil di level junior college (JUCO), di bawah kepengurusan pelatih Buddy Stephens, guna membuktikan diri pantas kembali ke Divisi I.Para kru mengikuti EMCC Lions selama musim 2015 saat mereka berusaha merebut gelar nasional JUCO keempat mereka. Meskipun tim tampil dominan hampir sepanjang tahun, musim mereka tergelincir setelah terjadi perkelahian selama pertandingan mereka dengan Mississippi Delta.&nbsp;EMCC didiskualifikasi dari babak playoff negara bagian dan berpotensi mendapat tempat di pertandingan kejuaraan nasional.Pada season&nbsp;2, Netflix mengikuti musim 2016 EMCC. Sekali lagi, memegang aspirasi kejuaraan nasional, tim menghadapi rintangan besar karena hanya 32 pemain mereka yang memenuhi syarat untuk pertandingan pembukaan mereka dengan Jones County Junior College karena skorsing terkait tawuran musim sebelumnya.&nbsp;EMCC kalah 27-25, kekalahan pembukaan musim pertama mereka sejak 2010. The Lions akan memenangi sisa pertandingan mereka, tetapi tersingkir dari pertandingan kejuaraan nasional ketika mereka menyelesaikan musim.Meskipun diundang kembali ke EMCC untuk musim ketiga, produser memutuskan untuk memindahkan Last Chance U ke Independence Community College (ICC) di Kansas. Musim ketiga Last Chance U sendiri ditayangkan perdana pada 21 Juli 2018.&nbsp;Lokasi baru ini berbeda karena ICC secara historis memiliki ekspektasi yang jauh lebih rendah dibandingkan EMCC. Pada tahun 2016, ICC mengakhiri musim dengan skor 5–4, musim kemenangan pertamanya dalam sepuluh tahun.&nbsp;ICC Pirates memiliki kampanye perekrutan yang sangat sukses untuk musim 2017, mendapatkan banyak pemain terkenal yang memulai di sekolah Divisi I NCAA. Jeff Carpenter, Voice of the Indy Pirates yang sudah lama menyampaikan kisah belakang tim dan kota Independence, KS.Musim keempat – yang mulai ditayangkan pada 19 Juli 2019 – berlanjut di Independence, saat tim gagal memenuhi ekspektasi pramusim yang tinggi, berakhir dengan skor 2–8. Setelah musim berakhir, Pelatih Brown terpaksa mengundurkan diri karena komentar tidak sensitif. Musim ini menerima Emmy Award 2020 untuk Serial Dokumenter Olahraga yang Luar Biasa.&nbsp;Musim terakhir berlangsung di Laney College di Oakland, California, bersama pelatih kepala John Beam dan ditayangkan perdana pada 28 Juli 2020. Pada tahun 2020, diumumkan bahwa drama bernaskah berdasarkan dua musim pertama akan diproduksi dan dibintangi oleh Courteney Cox. Anda kini masih bisa menyaksikan Last Chance U di <a href="https://www.netflix.com/id/title/80091742">Netflix</a>.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/SW-Ba1DCQJk?si=RvfURyBJezr8j61n" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Bergenre film dokumenter olahraga, serial Last Chance U ditayangkan hingga lima musim dengan total 38 episode.

Last Chance U, Kisah Anak-anak Muda AS Merintis Karier American Football

SKOR.id – Angel Di Maria: Breaking Down the Wall adalah film seri dokumenter tiga episode berbahasa Spanyol yang mengisahkan superstar sepak bola dan salah satu gelandang terbaik dunia dalam beberapa tahun terakhir, Angel Di Maria.&nbsp;Dimulai dari pribadi yang humble&nbsp;saat masih menjadi atlet muda yang menjanjikan, mengalami masa kejayaan, kejatuhan, hingga kebangkitan, kisah film ini mengalir ke setiap aspek sepanjang kariernya.&nbsp;Yang pasti, setiap episodenya mengisahkan tingkatan kariernya secara spesifik sehingga seluruh tiga episode itu mampu menahan penonton untuk tetap di tempatnya.&nbsp;Angel Di Maria diyakini sebagai salah satu pesepak bola hebat di generasinya. Namun, perjalanan karier Di Maria menuju kejayaan dipenuhi rintangan dan ujian berat.Di episode pertama yang diberi judul 26 Footballs mengisahkan tentang kerendahan hati seorang Di Maria muda. Saat masih kanak-kanak di Rosario yang biasa bekerja membantu ayah dan saudara perempuannya di tambang batubara, Di Maria dikenal sangat aktif.&nbsp;Saat berusia 4 tahun, Di Maria bergabung dengan Rosario Central Sports Club, yang menandai awal karier sepak bola yang membuatnya menjadi bagian dari Timnas Argentina saat merebut gelar Piala Dunia 2022.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/GSm-iUUS3B8?si=p1u0OEG8g7CUqWis" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>Episode kedua Angel Di Maria: Breaking Down the Wall yang berjudul No One Is a Prophet in Their Own Land, menggambarkan kesulitan karier Di Maria di klub. Ia beberapa kali pindah klub dan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Ia juga harus menghadapi hal-hal terkait persoalan pribadi.&nbsp;Kendati pernah memperkuat klub sekaliber Real Madrid dan Manchester United, karier sepak bolanya di level klub menjadi salah satu yang paling sulit. Hasil mengecewakan di Piala Dunia 2010, sebelum bergabung ke Madrid (2010-2014) sepertinya menjadi awal dari karier buruk Di Maria di level klub.Pada episode ketiga yang berjudul From Coal to Gold&nbsp;diawali dengan situasi saat Di Maria mengisahkan kebangkitan Di Maria yang luar biasa. Dari titik paling bawah, saat masa depan kariernya tidak menentu, ia justru menjadi pilar penting Argentina mengangkat Piala Dunia setelah 36 tahun.&nbsp;Di seri yang tayang premier di Netflix pada 12 September 2024 lalu itu, Di Maria juga menjadi narator untuk beberapa momen penting dalam kariernya.&nbsp;Sejumlah anggota keluarga, sahabat, dan rekan sesama pemain seperti Lionel Messi, Emiliano Martinez, Rodrigo De Paul, Neymar, dan pelatih asal Italia Carlo Ancelotti juga muncul di serial ini. Mereka berbagi kisah tentang karier profesional Di Maria, utamanya soal posisinya sebagai atlet dan rekan di lapangan.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/RuD4NgI5JLY?si=KoTW_7m3593TAXqp" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>&nbsp;&nbsp;

Angel Di Maria: Breaking Down the Wall tayang perdana di Netflix pada 12 September 2024. 

Kisah Inspiratif dalam Serial Dokumenter Angel Di Maria: Breaking Down the Wall

SKOR.id – Netflix – layanan streaming over-the-top video on-demand berlangganan asal Amerika Serikat – telah merilis trailer resmi Starting 5, sebuah serial dokumenter terbaru yang berfokus pada liga bola basket paling bergengsi di dunia, NBA.&nbsp;Serial ini mengikuti lima superstar NBA, yakni LeBron James (Los Angeles Lakers), Jayson Tatum (Boston Celtics), Jimmy Butler (Miami Heat), Anthony Edwards (Minnesota Timberwolves), dan Domantas Sabonis (Sacramento Kings), sepanjang NBA 2023-2024.&nbsp;Serial ini memberi para penggemar gambaran lebih dekat tentang rutinitas harian masing-masing bintang NBA, memberikan pandangan di balik layar tentang pelatihan, motivasi, dan perjalanan mereka menuju kejayaan saat mereka mengatasi cedera dan keseimbangan dengan memprioritaskan keluarga dan membangun warisan.&nbsp;Sinopsis resmi Starting 5&nbsp;menjelaskan, James berusaha lebih keras dibanding sebelumnya untuk tetap sehat — dan dominan — di musim NBA-nya yang ke-21. Sementara, Edwards menggemparkan dengan peningkatan pesatnya.&nbsp;Dorongan Butler yang tiada henti membantu Heat, Sabonis yang menjadi jangkar bagi Kings dengan permainan serbagunanya, dan Tatum memimpin Celtics dalam upaya mereka meraih rekor kejuaraan yang ke-18.&nbsp;Singkatnya, Starting 5&nbsp;memberikan pandangan tanpa filter tentang kehidupan di puncak bola basket profesional.&nbsp;Seri dokumenter ini hadir dalam 10 episode yang masing-masing berdurasi 45 menit dan dijadwalkan tayang perdana pada 9 Oktober di Netflix. Sebelumnya, Anda bisa menyaksikan trailer resminya di bawah ini.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/WEFbNZwe0I8?si=qJQ3AUsspc7VS6C5" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>Starting 5&nbsp;disutradarai oleh Susan Ansman, Trishtan Williams, dan Peter J. Scalettar. Tiga perusahaan produksi diketahui berada di balik serial ini, yakni UNINTERRUPTED, yang bekerja sama dengan Higher Ground Productions dan Omaha Productions.&nbsp;Produser eksekutif dipegang oleh Maverick Carter, Jamal Henderson, Philip Byron, dan Randy Mims (dari UNINTERRUPTED); mantan Presiden AS Barack Obama dan istrinya Michelle Obama, Vinnie Malhotra dan Ethan Lewis (untuk Higher Ground); dan Peyton Manning, Jamie Horowitz dan Sam Pepper (untuk Omaha).&nbsp;Pendeknya, serial Starting 5&nbsp;ini didukung oleh orang-orang ternama yang telah bergabung dalam mengabadikan kehidupan lima bintang terbesar NBA.Netflix sebelumnya pernah bekerja sama dengan UNINTERRUPTED milik LeBron James pada sejumlah program olahraga seperti Hustle, The Redeem Team, Neymar: The Perfect Chaos, Naomi Osaka, UNTOLD: Sign Stealer, Rez Ball, dan The Playbook.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/RuD4NgI5JLY?si=F8awSoj3tFfSUbmG" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Starting 5 memberikan pandangan tanpa filter tentang kehidupan di puncak bola basket profesional.  

Netflix Rilis Trailer Resmi Starting 5

SKOR.id – Film tentang olahraga profesional seringkali bisa menjadi campuran. Kebanyakan dari mereka memilih jalur “kemuliaan permainan” (yang sering kali mengarah pada sentimentalitas yang tidak masuk akal), atau mengambil pendekatan “cara kerja batin” (yang, sejujurnya, biasanya cukup membosankan).&nbsp;Namun, film olahraga keluaran 2019, High Flying Bird, menghindari kedua jebakan tersebut dan beberapa lainnya. Ini mungkin karena High Flying Bird sebenarnya bukanlah film olahraga.SinopsisDi tengah lockout NBA, agen olahraga yang gigih asal New York, Amerika Serkat (AS) Ray Burke (dimainkan Andre Holland) berjuang untuk mempertahankan calon pemain baru Erick Scott (Melvin Gregg) untuk tetap bergabung dengan timnya meskipun faktanya keduanya tidak dibayar.&nbsp;Ketika rekaman muncul secara online tentang Erick yang mencoba menyelesaikan perseteruannya dengan sesama peserta wajib militer Jamero Umber (Justin Hurtt-Dunkley) di acara amal, Ray melihatnya sebagai peluang untuk mengganggu sistem bola basket profesional.&nbsp;Sementara itu, perwakilan asosiasi pemain Myra (Sonja Sohn) berpacu dengan waktu untuk menegosiasikan persyaratan pembayaran dengan pemilik tim yang keras kepala, David Seton (Kyle MacLachlan).Seni Bioskop iPhoneHigh Flying Bird menandai film kedua berturut-turut yang dibuat Steven Soderbergh seluruhnya menggunakan iPhone (yang pertama adalah Unsane yang brilian tahun lalu). Metode baru sutradara yang tidak konvensional telah menimbulkan reaksi yang cukup beragam.&nbsp;Meskipun beberapa orang memuji kecerdikan dan kreativitas upaya Soderbergh, yang lain mengkritik keterbatasan media, terutama buruknya kualitas video iPhone secara umum.Sejatinya, Soderbergh telah menemukan sesuatu yang istimewa dengan bentuk eksperimen sinematik ini. Benar, film-filmnya yang dibuat secara digital terlihat lebih bagus, dan iPhone memiliki batasan teknis yang jelas.&nbsp;Tapi lihat saja apa yang dilakukan Soderbergh dengan Unsane. Rekaman berkualitas rendah dan sudut kamera yang aneh menciptakan rasa teror sesak yang sangat sesuai dengan kisah film tentang trauma pribadi dan pelembagaan paksa.High Flying Bird, tentu saja, memiliki cerita yang kurang intens dibandingkan pendahulunya. Namun, iPhone masih menyajikannya dengan sangat baik.&nbsp;Film ini penuh dengan rekaman pelacakan dinamis yang secara cemerlang menangkap gerakan dan ekspresi manusia dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh film digital.&nbsp;Sinematografi yang realistis dan berpasir memberikan drama unik pada adegan-adegan yang didorong oleh dialog. Ini membantu meningkatkan ketegangan, misalnya antara Myra dan Seton, atau Ray dan Erick, sehingga membuat konflik antar karakter terasa lebih nyata. Singkatnya, iPhone membantu memanusiakan film tersebut.“Permainan di Atas Permainan” &nbsp;Skenario yang digarap Tarell Alvin McCraney banyak membahas penyusunan olahraga sebagai komodifikasi, eksploitasi, dan penjualan tubuh atlet muda — khususnya, tubuh berkulit hitam.&nbsp;Teman dan mentor Ray, Spence (Bill Duke), seorang pelatih bola basket remaja, menjelaskan kepada Ray bagaimana olahraga ini hanya menjadi terintegrasi setelah pihak kulit putih menyadari bahwa mereka dapat menghasilkan uang dari kehebatan atlet muda kulit hitam.&nbsp;Dengan demikian, proses penyusunan rancangan undang-undang ini, dalam arti tertentu, menjadi perpanjangan dari perdagangan budak di Afrika. Seperti yang dikatakan Spence: “Mereka menciptakan permainan di atas permainan.”&nbsp;McCraney dan Soderbergh tidak segan-segan mengeksplorasi realitas yang meresahkan ini dan posisinya dalam lingkup rasisme Amerika yang lebih luas. Ray memperhatikan Erick dan mengutamakan kepentingan wajib militer — karena di alam semesta yang kejam ini, jika dia tidak melakukannya, tidak ada yang akan melakukannya.Kata-kata Berbicara Lebih KerasKarya McCraney adalah salah satu skenario hebat yang mendorong aksi film melalui kata-kata, tidak seperti karya Paddy Chayefsky untuk Network atau karya Aaron Sorkin dalam A Few Good Men.Di permukaan, sepertinya hanya sedikit yang terjadi di High Flying Bird. Namun ada hiruk-pikuk aktivitas yang terjadi dalam dialog film tersebut. Setiap baris dimuat dan perkusi; kata-katanya berderak dan mendesis. Adegan yang hanya terdiri dari dua karakter yang berbicara satu sama lain berubah menjadi balet berisiko tinggi.KesimpulanSungguh menarik menyaksikan High Flying Bird terungkap. Skenarionya ditulis dengan cerdik, karakter-karakternya diperankan dengan sangat baik, dan diatur dengan luar biasa.&nbsp;Soderbergh terus memilih proyek yang paling menarik untuk memberikan visi kreatifnya yang unik.&nbsp;Baik Anda seorang penggemar olahraga atau pemula, mata Anda tidak akan lepas dari layar saat menyaksikan film berdurasi 1 jam 30 menit ini. High Flying Bird&nbsp;sendiri saat ini kembali ditayangkan di saluran televisi berbayar Netflix.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/A7X_cq9PZas?si=ET2T-a-VL8hh-6lm" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

High Flying Bird menjadi film kedua sutradara Steve Soderbergh yang seluruhnya dibuat dengan iPhone.  

High Flying Bird Kisahkan Rumitnya Perekrutan Pebasket Muda  

SKOR.id&nbsp;– Ada kemurnian dalam Little League yang jarang dimunculkan di layar lebar. Tentu, publik bisa melihatnya di televisi karena Little League World Series – turnamen bisbol tahunan anak-anak (utamanya laki-laki berusia 10 sampai 12 tahun) di bagian timur Amerika Serikat (AS) – disiarkan di televisi.&nbsp;Namun, film tidak benar-benar menampilkannya sebagai sebuah olahraga. Film olahraga yang menampilkannya biasanya bergenre komedi. Seperti The Bad News Bears menjadi klasik karena diangkat ke layar lebar, bukan bisbolnya.&nbsp;Jadi, apakah You Gotta Believe menggunakan anak-anak yang bermain bola sebagai lompatan untuk membuat kisah inspiratif?&nbsp;Yang pasti ini bukan karena judulnya merupakan kutipan terkenal dari Tug McGraw, seorang pitcher&nbsp;legendaris di Major League Baseball (MLB) pada 1965 sampai 1984 yang pernah membela New York Mets dan Philadelphia Phillies.You Gotta Believe adalah jenis film keluarga kecil tidak berbahaya yang biasa ditonton segala usia. Meskipun kadang-kadang dianggap sebagai sinema berbasis agama, genre ini bukanlah propaganda yang paling buruk.&nbsp;Dalam film ini, penonton melihat drama yang menyentuh dengan unsur olahraga. Ini adalah jenis cerita yang telah Anda lihat berkali-kali sebelumnya, namun jika dilakukan dengan cukup baik, maka akan sangat berkesan.Film ini didasarkan pada kisah nyata tim All-Star Little League Westside tahun 2002 dari Fort Worth, Texas. Jon Kelly (dimainkan Greg Kinnear) melatih bersama sahabatnya Bobby Ratliff (Luke Wilson) sebuah tim yang, sejujurnya, tidak baik.&nbsp;Musim mereka hampir berakhir, Kelly sudah check out&nbsp;dan anak-anak mereka siap untuk menyelesaikannya. Kemudian, Kelly diminta untuk melatih tim All-Star tersebut, yang ternyata karena ketidakpeduliannya, tetap saja menjadi timnya. Dia awalnya menolak, tapi kemudian tragedi membuatnya mengevaluasi kembali.&nbsp;Ketika Bobby didiagnosis mengidap kanker, itu menjadi sebuah permainan baru. Kini, putra-putra mereka, serta tim secara keseluruhan, mendedikasikan musim ini untuk Bobby.&nbsp;Tentu saja, dengan kembalinya Kelly, setelah sebelumnya mengerjakan dokumen di ruang istirahat, tim membalikkan keadaan. Fakta bahwa sebuah film sedang dibuat tentang kisah ini memberi tahu Anda sejauh mana kemajuan yang mereka capai. Namun menyaksikan ini terjadi sungguh efektif dan memengaruhi publik untuk terus menonton.Para pemeran film ini mampu bermain solid, meskipun tidak spektakuler. Memiliki aktor kuat seperti Greg Kinnear dan Luke Wilson sangat membantu film You Gotta Believe&nbsp;ini.&nbsp;Tidak ada yang melakukan pekerjaan terbaik dalam karier mereka, tetapi mereka menganggap serius hal tersebut. Kinnear dapat melakukan bagian ini dalam tidurnya, tetapi dia tidak pernah berjalan sambil tidur, sehingga memberikan emosi yang pantas mereka dapatkan.&nbsp;Wilson memiliki materi yang lebih rumit untuk ditangani, tetapi menanganinya dengan baik. Pernah bekerja dengan sutradara di 12 Mighty Orphans juga tidak ada salahnya. Pemain lain pendukung film ini termasuk Sarah Gadon dan Molly Parker sebagai pasangan yang mendukung, Patrick Renna, dan banyak lagi.Sutradara Ty Roberts dan penulis Lane Garrison tidak memasukkan momen sinis ke dalam film You Gotta Believe ini. Jika 12 Mighty Orphans&nbsp;adalah karya keseluruhan yang lebih kuat dari Roberts, ini menegaskan bahwa dia adalah pembuat film olahraga terkemuka, mungkin mampu mengambil alih peran yang ditinggalkan oleh Ron Shelton beberapa tahun yang lalu.&nbsp;You Gotta Believe berjalan agak lama dan lebih sulit untuk memedulikan anak-anak daripada orang dewasa. Tetapi ada getaran positif secara keseluruhan yang ditanamkan Garrison dan Roberts dalam pekerjaan yang membantu Anda menyelesaikannya.Dengan durasi 104 menit, film You Gotta Believe&nbsp;sudah diputar di bioskop-bioskop di Amerika sejak tanggal 30 Agustus 2024 lalu.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/A7X_cq9PZas?si=8EHRTq_FV-z0Q_8N" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

You Gotta Believe mengajak penonton melihat drama yang menyentuh dengan unsur olahraga.

You Gotta Believe, Film Olahraga Inspiratif yang Ramah Keluarga

SKOR.id – Apakah Anda mengetahui segalanya tentang pelatih asing pertama tim nasional sepak bola Inggris, Sven-Goran Eriksson? Coba Anda pikirkan lagi. Sven adalah kisah yang lebih aneh daripada fiksi tentang salah satu karakter sepak bola yang paling tidak terduga.Film dokumenter yang disutradarai oleh Claudia Corbisiero, yang juga menggarap Bobby Robson: More than a Manager) mengungkap kebangkitan Sven-Goran Eriksson, kejatuhannya di tabloid, dan kenyataan memilukan dari diagnosis kanker pankreas stadium akhir yang tidak bisa disembuhkan (terminal) yang diketahuinya sejak awal 2024.&nbsp;Sven menampilkan berbagai karakter dari kehidupan mantan pelatih asal Swedia itu, termasuk David Beckham, Wayne Rooney, Roberto Mancini, Kasper Schmeichel, Nancy Dell’Olio, hingga dan Faria Alam.Sven diproduksi oleh Whisper dan Up&amp;Away Film Entertainment, dengan sutradara Claudia Corbisiero, diproduksi oleh Chris Grubb (Ben Stokes: Phoenix from the Ashes) dan Drew Masters (14 Peaks Nothing is Impossible) dan eksekutif produser oleh James Quinn untuk Up&amp;Away, dan Sunil Patel dan Mark Cole untuk Whisper.Diagnosis kanker pankreas stadium akhir yang diderita Eriksson membuat film dokumenter Sven ini memiliki kedalaman yang tidak pernah dicapai oleh sebagian besar film biografi olahraga.<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/frnH5VAr2IY?si=oZrO-tOd08jcrNL8" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>Sven&nbsp;mendokumentasikan perjalanan karier Eriksson, 76 tahun, termasuk situasi sebelum dan sesudah dirinya menderita kanker pankreas. Juga ditunjukkan Varmland, sebuah lokasi di barat Swedia, tempat yang indah untuk bermain ski. Juga tempat lahir Eriksson dan lokasi dirinya akan menutup mata.&nbsp;Di bagian pertama film mengisahkan perjalanan singkat Eriksson sebagai pesepak bola, dengan kemampuan rata-rata sebagai bek kanan. Usai cedera dan gantung sepatu di usia 27, Eriksson ditunjuk menjadi pelatih IFK Gotheburg pada 1979.&nbsp;Pada 1982, Eriksson membawa Gotheborg juara Piala UEFA dan dirinya langsung diminta menangani sejumlah klub besar di Portugal dan Italia. Taktiknya yang inovatif dan pendekatannya yang tenang dan tak biasa, membuat Eriksson menjadi sosok pelatih hebat seiring keberhasilannya merebut sejumlah trofi bergengsi.&nbsp;Pada 2001, Eriksson dipercaya menjadi pelatih timnas Inggris, pertaruhan terbesar dalam karier kepelatihannya, yang menjadi porsi terbesar diambil untuk film Sven.&nbsp;Melatih Three Lions&nbsp;menjadi ujian terbesar Eriksson. Namun, kemudian makin jelas bila opini publik membuat kinerjanya untuk timnas Inggris tidak dinilai secara fair.&nbsp;Eriksson menjadi target tabloid-tabloid Inggris yang dikenal tidak hanya unik namun juga toxic.&nbsp;Faktanya, Eriksson mampu beberapa kali menyelamatkan Inggris dari situasi hampir tidak lolos. Salah satunya lewat gol tendangan bebas David Beckham ke gawang Yunani di kualifikasi Piala Dunia 2002.&nbsp;Sven&nbsp;tidak menyoroti perdebatan apakah Eriksson sudah melakukan yang lebih baik bersama para pemainnya, atau tidak. Film ini justru banyak menyoroti bagaimana publik dan media memperlakukan Eriksson, terkait kehidupan pribadinya yang diwarnai beberapa skandal.Mulai dari mengencani sosialita asal Italia Nancy Dell’Olio, yang dengan bangga mengaku sebagai the first lady&nbsp;sepak bola Inggris karena dekat dengan Eriksson, hingga di saat yang sama menjalin hubungan dengan presenter TV Ulrika Jonsson, dan kemudian dengan staf Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) Faria Alam.Kisah-kisah asmara Eriksson itu diekspos habis-habisan oleh media Inggris. Sepak terjang Eriksson yang saat itu tidak terikat perkawinan dianggap tak bermoral dan akan sangat memengaruhi pekerjaannya (sebagai pelatih Inggris).&nbsp;Bagaimana akhir kisah film Sven&nbsp;ini? Sven sudah tersedia untuk ditonton di Prime Video pada 23 Agustus 2024. Prime Video sudah disertakan dengan Prime Membership (Keanggotaan Utama) Anda. Pelanggan Prime dapat menonton Sven secara gratis serta ribuan acara dan film lainnya.&nbsp;<div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/c1Mc2jK0lxA?si=QVpbkA4zIQRx5Z67" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Film Sven mengungkapkan seperti apa Sven-Goran Eriksson utamanya saat melatih timnas Inggris.

Latest Articles - Film Bertema Olahraga