SKOR.id - Pengamat sepak bola Indonesia, Justinus Lhaksana, memberikan respons positif terkiat perkembangan sepak bola Indonesia yang dinilai sangat pesat.
Menurut lelaki yang dikenal dengan nama Coach Justin itu, berkembangnya sepak bola Indonesia tidak lain berkat sinergi baik dalam visi yang dijalankan tiga sosok penting.
Yakni Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi), Ketua Umum PSSI Erick Thohir, dan pelatih kepala Timnas Indonesia Shin Tae-yong.
Berkembangnya sepak bola Indonesia bisa dilihat dari prestasi tim nasional. Selain kelompok usia, tim senior juga baru mengalami kenaikan peringkat FIFA, jadi ranking 129 dunia.
"Kalau kita ingat, pelatih Shin Tae-yong datang untuk menangani timnas yang saat itu berada di peringkat 174 dunia serta materi pemain yang apa adanya," kata Justinus Lhaksana.
"Lalu datang Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI, yang punya visi jelas untuk memasukkan Indonesia ke peringkat 100. Keduanya berkolaborasi."
"STY menyampaikan kebutuhan pemain untuk kedalaman skuad timnas, dan Erick memenuhi permintaan STY, sekaligus profesional dengan meminta kepada STY untuk mencapai target yang disepakati."
"Dan hasilnya kita lihat sejauh ini, peringkat kita kenaikannya sudah melonjak 40 poin lebih," Koci, sapaan akrab Coach Justin, menjabarkan.
Ia pun menambahkan, kolaborasi keduanya tak bisa lepas dari peran Presiden Jokowi yang punya semangat dan visi sama, agar sepak bola Indonesia maju.
"Saya pernah bilang, bahwa hanya RI1 yang bisa menyelamatkan sepak bola Indonesia, dan itu terbukti saat Presiden Jokowi menelpon presiden FIFA agar kita tidak kena sanksi pascakasus Kanjuruhan," ucap Coach Justin.
"Tak hanya itu, Jokowi juga punya visi dan peran besar dalam memberikan dukungan bagi sepak bola kita. Baik ketika kita menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 lalu, dan proses-proses naturalisasi diaspora kita yang semuanya membutuhkan persetujuan dari Presiden hingga DPR."
Menurut Justinus Lhaksana, sejak Timnas Indonesia menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yang masih bersaing di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, dirinya merasakan fenomena rasa percaya diri dan kekuatan mental yang selalu terlihat pada diri pemain setiap akan bertanding.
"Saya lihat sekarang, setiap pemain saat masuk ke lapangan, mereka bertanding untuk menang. Itu terlihat dari gestur tubuh dan sorot mata," kata Coach Justin.
"Ini menunjukkan bahwa secara mental, mereka sudah jauh lebih baik dalam menatap pertandingan, sehingga terlihat, mereka seakan tak peduli dengan perbedaan ranking dan hanya fokus dengan yang ada di depan, yakni lawan yang harus dikalahkan."
"Tak heran, jika Roberto Mancini, pelatih Arab Saudi berkomentar bahwa tidak layak Indonesia berada di rangking rendah, dengan permainan yang mampu menahan imbang timnya, 1-1," ia memaparkan.
Meski demikian, eks-pelatih Timnas futsal Indonesia itu menyoroti kapasitas striker Timnas Indonesia yang masih belum mampu menyandang predikat haus gol.
Keberadaan Rafael Struick, Ramadhan Sananta, Dimas Drajad, ataupun Hokky Caraka, dinilai harus terus meningkatkan kemampuan dan mempertajam naluri mencetak golnya.
"Struick itu bagus. Dua gol ke gawang Korsel di Piala Asia U-23 lalu menunjukkan kualitasnya. Tapi striker kan dinilai dari gol yang banyak, dan untuk Struick masih terlalu sedikit," ucap Justinus Lhaksana.
"Semua striker kita bagus dan sudah dicoba, namun belum ada yang mampu. Untungnya, ketika striker kita belum mampu, ada pemain lain, seperti pemain tengah atau belakang yang bisa cetak gol."
"Namun untuk ke depan, kita perlu striker yang tajam. Coba bayangkan, tanpa striker tajam saja peringkat kita naik 40 poin. Bagaimana jika kita punya striker yang haus gol? Bukankah peringkat kita akan lebih melesat," ia menjelaskan.
Oleh karena itu, menurutnya, target yang dicanangkan PSSI agar Timnas Indonesia masuk 100 besar ranking FIFA akan tercapai dalam waktu dekat.
"Selama masih ada Erick Thohir dan timnas ditangani Shin Tae-yong, maka saya optimistis bisa berada di 70 atau 80 besar. Jika Arab Saudi saja ada di posisi 54 FIFA, maka kita harus yakin bisa pula seperti mereka," ucap Coach Justin.
"Bagi saya, peringkat 100 FIFA itu bisa dengan tutup mata saja. Tapi jangan puas dengan posisi 100 FIFA. Ke depannya harus lebih naik dan dalam 6 hingga 7 tahun lagi, kita bisa bersaing dengan Arab Saudi," ia menambahkan.
Terkait dengan kepemimpinan Indonesia yang beralih dari Presiden Jokowi ke Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, harapannya pemerintah jangan menghentikan dukungan dan perhatian total kepada perkembangan sepak bola nasional yang sudah berada di jalur yang sesuai.
Menurut Koci, PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir sudah berjalan ke arah yang benar mulai dari perbaikan kualitas wasit, penggunaan VAR di kompetisi Liga 1, sepak bola putri diperhatikan, hingga peningkatan level kualitas Timnas Indonesia.
"Untuk kami, orang-orang sepak bola kan kita mau sepak bola maju. Timnas sudah maju, kompetisi Liga membaik dengan VAR, sepak bola wanita juga sudah datangkan pelatih Jepang," kata Coach Justin.
"Artinya, bagi kami orang sepak bola perkembangannya secara overall nyata sekali. Progres atau kemajuan itu sebuah prestasi. Kini kita juga berharap dan yakin di tangan Presiden Prabowo, sepak bola kita akan makin maju dan terbang makin tinggi," ia memungkasi.