SKOR.id - Piala Presiden 2024 selesai dihelat, Minggu (4/8/2024), dengan Arema FC mempertajam rekor juara menjadi empat kali usai mengalahkan Borneo FC di final.
Di sisi lain, turnamen pramusim bergengsi ini sukses menjadi tolok ukur bagi kompetisi sepak bola Indonesia. Terutama soal transparansi penyelenggaraan, baik di luar maupun di dalam lapangan.
Mulai dari pendanaan, sejak awal Ketua Steering Committee Piala Presiden 2024, Maruarar Sirait, terang-terangan mengatakan bahwa turnamen ini sama sekali tak menggunakan anggaran negara.
Mengandalkan koneksinya sebagai pengusaha plus kerja keras tim panitia, Ara - begitu sapaan akrabnya - mampu menarik sejumlah sponsor swasta hingga terkumpul dana awal mencapai Rp48 miliar.
Sepanjang penyelenggaraan Piala Presiden 2024, sponsor baru juga terus berdatangan sampai akhirnya tercipta rekor Rp79 miliar yang merupakan angka tertinggi dalam sejarah turnamen tersebut.
Maruarar Sirait tak pernah menutupi hal ini. Faktanya, dia selalu memberi update tambahan dana setiap kali melakukan jumpa pers sebelum atau sesudah pertandingan.
Dana yang begitu besar ini berdampak pula kepada klub-klub peserta. Hadiah utama yang tadinya Rp5 miliar - sendirinya sudah tertinggi dalam sejarah - ikut melonjak menjadi Rp5,25 miliar.
Tentu, angka tersebut mengundang kekhawatiran akan adanya penyelewengan. Untuk meredam itu, Maruarar Sirait pun menggandeng PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai auditor kompetisi.
Memiliki reputasi sebagai firma kelas dunia, kehadiran PwC cukup memberi bukti bahwa Piala Presiden 2024 adalah upaya serius dalam menyajikan turnamen sepak bola yang bebas praktik korupsi.
“Kalau sepak bola Indonesia mau mendunia, mau go internasional, yang audit juga harus kelas internasional,” ujar Maruarar Sirait.
“Tentu publik akan makin percaya jika hasil auditnya bagus. Bagus itu artinya tidak ada korupsi, tidak ada penyimpangan. Kami memang punya tujuan, benar-benar, lahir batin, memajukan sepak bola Indonesia,” dia menambahkan.
Sosok yang juga seorang politikus ini mengatakan bahwa usai turnamen, PwC akan memastikan dana Piala Presiden 2024 dialirkan kepada sasaran-sasaran yang sudah ditentukan.
Transparansi pengelolaan keuangan Piala Presiden 2024 ini bisa menjadi contoh bagi kompetisi lainnya, terutama Liga 1 sebagai kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Kita tentu masih ingat tahun lalu, PSM Makassar selaku juara Liga 1 2022-2023 sempat melakukan protes karena tak menerima hadiah dan bonus atas pencapaian mereka.
Itu buntut dari kesalahpahaman dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi, sampai-sampai Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, turun tangan merogoh kocek pribadi.
Jika perencanaan finansial bisa dilakukan lebih transparan dan terstruktur, hal-hal seperti ini takkan terjadi lagi di masa depan.
Terobosan VAR
Tak cuma di luar lapangan, Piala Presiden 2024 juga menyajikan transparansi saat pertandingan berlangsung. Itu tentu saja lewat penerapan Video Assistant Referee (VAR).
Ya, teknologi ini memang sudah diperkenalkan sejak Championship Series Liga 1 2023-2024. Tapi, sekarang, praktiknya di lapangan dibuat lebih terbuka lagi.
Pada Piala Presiden 2024, untuk pertama kalinya hasil review wasit dan wasit VAR diumumkan via microphone kepada publik di stadion. Dengan demikian, mereka tak lagi bertanya-tanya apa alasan di balik keputusan pengadil yang kadang dinilai kontroversial.
Cara seperti ini sudah lebih dulu dilakukan di kancah internasional, sebut saja Piala Dunia Antarklub, Piala Dunia Wanita, Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat, dan terkini ada Copa America 2024.
Tentu melihatnya di sepak bola dalam negeri akan menjadi langkah besar sekaligus segar. Hal ini sukses diuji di Piala Presiden 2024, berikutnya bakal diterapkan secara masif di Liga 1 2024-2025.
“Piala Presiden 2024 kita lihat sejuk. Pemain hormati, wasit pede untuk ambil keputusan, kalau salah dikoreksi VAR. Itu yang kami dorong, pemain dan wasit saling menghormati,” ujar Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.
Keberadaan VAR dan penerapannya yang transparan akan meningkatkan kepercayaan pemain, ofisial tim, hingga suporter kepada wasit. Ini penting untuk mendapatkan kompetisi sepak bola yang sehat.
Bukan rahasia jika hampir setiap musim selalu ada insiden dalam pertandingan Liga 1, Liga 2, dan Liga 3, yang memantik polemik. Bahkan, tak jarang berujung anarki.
Lewat Piala Presiden 2024 pula kita tahu bahwa transparansi bisa menghadirkan kedewasaan. Laga yang berjalan secara fair akan diterima, apa pun hasilnya.
Persib Bandung dan Bali United, yang terpilih menjadi tuan rumah fase grup, gagal ke semifinal. Namun, tak ada reaksi negatif berlebihan dari suporter mereka.
Begitu juga saat Persis Solo tak mampu mencapai partai puncak di kandang sendiri, situasi tetap kondusif.
Harapannya, atmosfer macam ini pula yang akan tercipta di kompetisi-kompetisi sepak bola Indonesia di masa depan.