- Penyakit Paru Obstruktif Kronis wajib diwaspadai terutama dari persoalan kebutuhan nutrisi.
- Edukasi tentang Penyakit Paru Obstruktif Kronis dilakukan oleh Kalbe Farma.
- Dokter Dedyanto Henky Saputra dari Kalbe Farma menjelaskan soal Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK).
SKOR.id - Penyakit Paru Obstruktif Kronis atau PPOK adalah rangkaian penyakit paru jangka panjang yang dapat menyebabkan terhambatnya aliran udara pada sistem pernapasan.
Saat ini, PPOK menempati urutan keempat penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Itu yang terutama disebabkan oleh asap, termasuk dari rokok, pipa knalpot, dan jenis polusi lainnya di lingkungan kerja.
"Gejala awal meliputi produktifitas batuk dan produksi lendir," kata dr Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K, General Manager Medis Kalbe saat Live Instagram @ptkalbefarmatbk.
"Semakin kental lendirnya, semakin besar batasannya. Ini akan memicu sesak napas," tuturnya menambahkan.
Dokter Dedy juga menjelaskan pentingnya pencegahan PPOK. "Salah satu penyakit utama yang umum terjadi pada pasien PPOK adalah terhambatnya nutrisi atau disebut juga malnutrisi."
"Penyebab utama penurunan berat badan pada pasien PPOK adalah hilangnya nafsu makan dan penurunan penyerapan nutrisi, terutama bagi mereka yang menderita PPOK akut dan eksaserbasi," ujarnya.
"Penurunan penyerapan nutrisi serta peningkatan konsumsi energi, itu akan melemahkan otot pernapasan," ujar dr Dedy menambahkan.
Menurut dr Dedy, sering terapi PPOK hanya fokus pada obat-obatan, tetapi peningkatan nutrisi sering diabaikan.
Padahal, gizi menjadi faktor penting untuk mendukung keberhasilan terapi pasien PPOK.
Sebab, status gizi yang baik berarti kekebalan tubuh yang lebih kuat dan proses pemulihan yang lebih cepat.
Dokter Dedy menjelaskan, pemenuhan gizi bagi penderita PPOK harus bersumber dari konsumsi kelompok makanan atau zat gizi yang beragam.
Makanan itu antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Di sisi lain, pasien PPOK dengan gejala sesak napas akut harus mengonsumsi nutrisi dalam bentuk yang dimodifikasi.
"Pada kondisi sesak napas, khususnya pada pasien dengan ventilator, dianjurkan untuk menurunkan porsi asupannya," kata dr Dedy.
"Karena, karbohidrat yang dikonsumsi dan diolah akan menghasilkan lebih banyak CO2 dan karbon dioksida, yang dapat memperburuk kondisi pasien itu sendiri."
Baca Juga Tulisan soal Penyakit lainnya:
Ketahui Faktor Risiko Penyakit Diabetes untuk Mencegahnya Membatasi Hidup Kita
Penyakit Jantung Turunan: Kondisi yang Memaksa Enock Mwepu Melepas Impian Bermain Sepak Bola