- Masyarakat awam lebih sering menghitung kalori secara kuantitatif.
- Padahal, proses pembakaran kalori di dalam tubuh tidaklah sesederhana itu.
- Makronutrien turut andil dalam proses pembentukan energi dalam tubuh.
SKOR.id - Skorer, apakah kalian mengetahui apa yang tubuh dapatkan dari makanan yang kalian konsumsi?
Secara awam, kita kerap kali hanya "menghitung" 100 kalori dalam hidangan penutup atau 300 kalori dalam pasta salad yang kita makan.
Padahal, mengatur pola makan lebih kompleks dari sekadar menghitung kalori. Bahkan, beberapa ahli gizi berpendapat bahwa lebih penting kita mengetahui manfaat dari apa yang kita makan.
Kalori memang penting. Dikenal sebagai satuan unit energi yang ada pada tubuh, didapat melalui makanan dan minuman yang dikonsumsi. Namun, nilai kalori tidak bisa hanya dihitung secara kalkulatif.
Abby Langer, salah satu influenser dan ahli gizi di Amerika Serikat, menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam cara tubuh kita mencerna jenis kalori tertentu, yang kemudian diguanakan untuk energi atau disimpan untuk nanti.
"Jika kita berbicara kalori, setiap orang memilki hal yang berbeda-beda. Tetapi menurut saya, tubuh akan cenderung menyerap sebuah kalori dari sesuatu seperti donat yang jauh lebih mudah daripada kalori dari sesuatu seperti alpukat," tuturnya.
Umumnya, semakin sulit tubuh kita bekerja dalam mencerna makanan, maka semakin sedikit kalori yang dihasilkan.
Bagaimana tubuh kita mencerna kalori dengan cara yang berbeda
Setiap makanan memilki berbagai jenis energi (kalori) bagi tubuh kita. Plus, setiap makanan memiliki kandungan macronutrients, seperti karbohidrat, protein, lemak, serta mikronutrients, yakni vitamin, mineral dan lain-lain.
Kandungan-kandungan tersebut membuat tidak semua makanan akan menghasikan sebuah energi yang sama pada tubuh kita.
Dr. Niket Sonpal, influencer lain yang juga ahli pencernaan menjelaskan bahwa sebuah saluran pencernaan dan tubuh kita melihat energi dalam hal makronutrients.
"Mereka memiliki implikasi mereka sendiri. Kalori dari sebuah karbohidrat dapat diproses dengan cepat, sedangkan untuk protein dicerna lebih lambat dan lemak bahkan membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna," kata Sonpal.
Sebagai contoh ketika kita melakukan sarapan pagi dengan mengkonsumsi semangkuk sereal kita akan merasa kenyang, katakanlah sereal tersebut mengandung 200 kalori.
Mungkin, Skorer akan mengira bahwa mengkonsumsi sereal "lebih sehat" daripada memakan menu lainnya. Akan tetapi, tubuh kita akan lebih cepat membakar kalori dalam sereal daripada protein dan lemak dalam menu lain. Sehingga, tubuh kita akan merasakan cepat lapar lagi dan memerlukan banyak lebih banyak makanan untuk energi.
Baca artikel kebugaran lainnya:
Tak Lagi Muda, Ini Kunci Ahsan/Hendra Jaga Konsistensi dan Kebugaran
4 Camilan Sehat untuk Jaga Tubuh Tetap Bugar
Penulis: Septian Eko Wibisono/UNIDA/Magang