SKOR.id – Susu ikan belakangan ini ramai diperbincangkan di Indonesia karena dianggap bisa menjadi pengganti susu sapi.
Wacana ini muncul setelah susu ikan disebut akan jadi alternatif pengganti susu sapi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) milik Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Skorer mungkin banyak masih asing dengan produk susu ikan ini. Apa sebenarnya susu ikan itu? Apa saja manfaatnya bagi kesehatan?
Itulah yang akan dibahas dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan susu ikan merupakan minuman protein salah satu produk turunan dari Hidrolisat Protein Ikan (HPI), yang diolah dan disajikan menyerupai susu.
Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo menyampaikan nama susu ikan adalah branding dari inovasi produk turunan HPI untuk mudah dikenal dan dikonsumsi masyarakat mengenal produk tersebut.
"Jadi bukan dalam arti susu yang sebenarnya, melainkan susu analog hasil dari HPI," ujar Budi, dikutip dari Antara.
Adapun HPI, adalah ekstrak protein ikan hasil penelitian tim bioteknologi Litbang KKP tahun 2017 dengan memanfaatkan ikan rendah ekonomi seperti petek, selar, tamban, dan belok.
Industri ini akan menjadi faktor penting pemicu meningkatkan kesejahteraan nelayan.
HPI, dijelaskan Budi, menjadi upaya peningkatan asupan protein harian masyarakat yang saat ini baru berada di angka 62,3 gram per kapita per hari.
Angka itu masih di bawah rata-rata di negara Asia Tenggara dan bahkan jauh dibanding negara maju yang lelah melampaui 100 gram per kapita per hari.
HPI yang menjadi bahan baku utama susu ikan, memiliki karakteristik multifungsi dan praktis.
Sehingga, dapat mendorong terciptanya inovasi produk pangan lokal unggulan lainnya melalui fortifikasi bahan makanan dan minuman.
KKP juga beberapa kali memamerkan demo penggunaan HPI pada jajanan seperti cookies, cilok, kue sus, roti gambang dan aneka jenang yang semuanya tinggi protein.
"Jadi tidak hanya jadi minuman berprotein atau yang kita kenal dengan susu ikan, tapi HPI bisa digunakan sebagai bahan tambahan pangan ke beragam makanan sehari-hari," ucapnya.
Budi memastikan saat ini pabrik HPI sudah ada di Indramayu dengan kapasitas 30 ton per bulan susu ikan. Pabrik tersebut sudah berjalan dari tahun 2021.
Pada saat yang sama, KKP akan berkoordinasi erat dengan Bappenas juga mendorong replikasi di berbagai daerah pesisir di Indonesia sebagai program hilirisasi perikanan dan upaya penurunan angka stunting.
"Tahun ini KKP dalam proses membangun percontohan pabrik pengolahan HPI di Pekalongan," kata Budi.
HPI adalah harapan untuk mendukung kebutuhan terwujudnya kemandirian protein nasional sekaligus mengangkat kesejahteraan nelayan.
Sebagai informasi, susu ikan diluncurkan KKP dan Kementerian Koperasi-UMKM di Indramayu pada tahun 2023.
Peluncuran dilakukan menjelang momen kemerdekaan Republik Indonesia ke-78.
Manfaat Susu Ikan
Sementara itu, dietisien dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Fitri Hudayani, menyampaikan bahwa susu yang dibuat dari ekstrak daging ikan bisa menjadi pilihan sumber protein hewani.
"Keunggulan ikan dibandingkan dengan sumber hewani lainnya adalah ikan memiliki jenis lemak yang baik dan juga sumber omega 3 yang baik untuk kesehatan, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan otak," kata Fitri, dikutip dari Antara.
Namun, dia mengingatkan bahwa produsen susu ikan saat ini belum banyak.
Mereka yang ingin secara konsisten memasukkan susu ikan ke daftar menu sebaiknya mempertimbangkan ketersediaan produk ini.
"Karena produk ini masih belum banyak dikenal dan dikonsumsi banyak masyarakat maka perlu dipertimbangkan juga apakah mudah didapatkan jika akan dimasukkan ke dalam daftar menu sehari-hari, sehingga dapat terjaga konsistensi keberadaannya dalam menu," kata Fitri.
Dijelaskan Fitri, sebagaimana susu sapi, susu ikan juga mengandung alergen yang bisa memicu reaksi alergi pada orang tertentu.
Jadi, riwayat alergi perlu diperhatikan saat hendak menyajikan susu ikan.
Selain itu, Fitri mengemukakan perlunya mempertimbangkan penerimaan terhadap rasa dan aroma susu ikan karena mungkin tidak semua orang menyukainya.
Dia mengatakan bahwa saat ini sudah ada beragam pilihan sediaan ekstrak ikan bagi orang yang membutuhkan suplemen protein.
Menurutnya, produk ekstrak ikan sebenarnya sudah ada dalam bentuk lain selain minuman, misalnya kapsul ikan, ekstrak ikan, tepung ikan, yang biasanya bisa diberikan pada orang yang membutuhkan asupan protein lebih.
"Misalnya orang dengan status gizi kurang atau orang dengan penyakit infeksi yang kebutuhan proteinnya meningkat," Fitri menjelaskan.
Fitri menekankan bahwa pada prinsipnya beragam bahan pangan diperlukan untuk menyajikan menu makanan dengan gizi seimbang.
"Susu saja tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan nutrisi tubuh," ucapnya.
"Yang terpenting adalah membiasakan masyarakat, khususnya anak, ibu hamil, dan ibu menyusui, untuk memiliki perilaku makan sehat dengan mengkonsumsi dengan variasi makanan yang beragam," kata Fitri.