SKOR.id – Pesenam Amerika Serikat, Stephen Nedoroscik, mencuri perhatian penonton usai memenangkan dua medali perunggu di Olimpiade 2024 Paris.
Hal itu karena ia mengenakan kaca mata khasnya yang berbingkai tebal dan tidak pernah lepas dari matanya.
Itu bukanlah kaca mata gaya, melainkan untuk melindungi kedua matanya dari penyakit yang mengganggunya di hampir seumur hidupnya.
Bahkan dalam beberapa kesempatan di ajang lain, ia sering terlihat tetap mengenakan kaca matanya ketika bertanding.
Namun pada Olimpiade 2024, pesenam berusia 25 tahun ini mencopot kaca matanya sesaat sebelum berlaga pada senam artistik nomor kuda pelana.
Nedoroscik melepas kaca matanya saat bertanding di atas kuda pelana, satu-satunya nomor yang dipertandingkannya.
Spesialis nomor kuda pelana putra ini akhirnya sukses membantu tim senam putra AS memenangkan medali perunggu di final beregu pada 29 Juli 2024 lalu.
Nedoroscik juga meraih perunggu di final kuda pelana pada 3 Agustus 2024 lalu, sekaligus jadi satu-satunya pesenam putra AS yang meraih medali secara individu di Paris.
Ia pun menjadi fokus perhatian yang besar di Olimpiade, mengubahnya menjadi sosok bintang yang sedang naik daun.
Usai meraih dua perak di Paris, Nedoroscik mengaku "mengincar sesuatu yang lebih cemerlang" pada Olimpiade 2028 mendatang.
Ia menyimpulkan penampilannya pada pekan lalu sebagai momen"tidak terlupakan" dan mengisyaratkan tentang pelatihan untuk Olimpiade berikutnya.
"Saya sangat bersyukur atas kesempatan ini. Pengalaman Olimpiade ini adalah segalanya dan lebih dari itu," tulisnya di X.
"Terima kasih kepada semua orang yang telah mendukung saya. Perunggu adalah prestasi yang luar biasa, tetapi saya memiliki mata untuk sesuatu yang lebih cemerlang di masa depan saya #2028."
Nedoroscik bertransformasi dari seorang insinyur mekanik berkaca mata yang santun di pinggir lapangan menjadi atlet kuat yang menentang gravitasi di atas kuda pelana.
Hal tersebut membuatnya dibandingkan dengan tokoh fiktif Clark Kent yang berubah menjadi Superman saat ia melepaskan kaca matanya.
USA Gymnastics memanggilnya sebagai Super Steve."Menurut saya meme itu luar biasa," kata Nedoroscik tentang meme tersebut.
Dan rupanya, ia memang memiliki gangguan pada matanya sehingga harus mengenakan kaca mata berbingkai tebal itu tiap saat.
“Saya mewakili orang-orang yang memakai kaca mata dengan baik," ujarnya. Dan beruntung, dokter matanya menyetujui Nedoroscik berlaga di Olimpiade.
Dr. Dean Cestari, direktur strabismus dewasa di Mass Eye and Ear, anggota sistem perawatan kesehatan Mass General Brigham, mengomentari penampilan Nedoroscik di Olimpiade 2024 Paris.
"Menakjubkan melihat seberapa besar perhatian dan kesadaran yang diberikan pesenam elite tersebut terhadap kondisi mata dan pilihan pengobatannya,” kata Cestari.
"Saya belum pernah melihat hal seperti ini di Olimpiade. Saya pikir ini memberi banyak harapan bagi anak-anak," ia menambahkan.
Nedoroscik telah menginspirasi anak-anak dengan masalah penglihatan.
USA Gymnastics mengunggah foto yang menunjukkan "momen yang sangat istimewa" saat sang pesenam bertemu seorang penggemar muda dengan kondisi mata yang sama dengannya.
Pesenam tersebut berbicara dengan rekannya sambil mengenakan kaca mata hitamnya karena sensitivitas mata, suatu kondisi yang dibicarakannya di media sosial.
Berikut ini adalah hal yang dibagikan Nedoroscik tentang kondisi penglihatannya:
Apa yang Dilihat Nedoroscik Saat Bertanding Tanpa Kaca Mata?
"Tidak selalu jelas, tetapi yang terjadi pada nomor kuda pelana adalah jika saya terus memakainya, kaca mata itu akan melayang entah ke mana," kata Nedoroscik tentang pilihannya melepas kaca mata.
"Saat saya naik ke kuda pelana, saya hanya merasakan peralatannya. Saya bahkan tidak benar-benar melihat saat melakukan senam. Semuanya ada di tangan, saya bisa merasakan semuanya."
Nedoroscik Menderita Strabismus
Nedoroscik rupanya memiliki mata juling atau istilah medisnya strabismus untuk kondisi tersebut, yang ia ungkapkan dalam akun TikTok.
Hal ini terjadi ketika suatu masalah memengaruhi otot mata, menyebabkan mata tidak sejajar dengan benar dan mengarah ke arah yang berbeda, menurut American Academy of Ophthalmology.
Strabismus biasanya berkembang pada bayi dan anak-anak di bawah usia 3 tahun, tetapi juga dapat dimulai di kemudian hari.
Secara keseluruhan, kondisi tersebut memengaruhi sekitar 2% hingga 5% dari populasi, kata Cestari.
Ia belum memeriksa Nedoroscik dan tidak merawatnya, tetapi berdasarkan foto pesenam tersebut, dokter mata tersebut yakin Nedoroscik mungkin menderita rabun jauh.
Dan juga memiliki esotropia akomodatif, kondisi umum yang dialami anak-anak sejak lahir.
Ini adalah jenis strabismus di mana satu mata mengarah ke dalam ke arah hidung, tetapi berhenti saat anak mengenakan kaca mata untuk rabun jauh, menurut Texas Children's.
Orang dengan strabismus dapat kehilangan persepsi kedalaman, atau mengalami penglihatan kabur atau ganda.
"Ini sangat mengganggu. Mereka melihat dua gambar terpisah dan mereka tidak yakin gambar mana yang benar," kata Cestari, yang juga seorang profesor oftalmologi di Harvard Medical School.
"Banyak orang yang memiliki kondisi ini merasa malu. Mereka merasa cacat. Kondisi ini sangat memengaruhi orang dalam banyak hal."
Banyak pasien tidak tahu bahwa strabismus dapat diobati dengan sukses pada masa dewasa.
Cestari mengaku gembira ketenaran Nedoroscik menarik perhatian dengan kondisi tersebut.
“Perawatan pertama adalah memfokuskan mata dengan kaca mata, jika itu tepat,” katanya.
Lensa prisma dalam kaca mata dapat membantu mengelola ketidaksejajaran mata dengan membelokkan cahaya sedemikian rupa, sehingga otak melihatnya datang langsung dari kedua mata.
Suntikan botox ke otot-otot yang mengendalikan mata adalah pilihan perawatan lainnya. Terakhir, operasi dapat memperbaiki ketidaksejajaran mata.
Nedoroscik Menderita Koloboma
Kondisi genetik ini terjadi ketika beberapa jaringan yang membentuk mata hilang saat lahir, menurut National Eye Institute. Satu atau kedua mata dapat terpengaruh.
Ada berbagai jenis koloboma tergantung pada bagian mata mana yang terdampak.
Jaringan yang hilang dapat melibatkan kelopak mata, lensa, makula, saraf optik, retina, atau lapisan tengah mata, menurut American Academy of Ophthalmology.
Nedoroscik pernah bercerita tentang hidupnya dengan koloboma di TikTok, menjelaskan bahwa ia fotofobia, atau sensitif terhadap cahaya, karena hal itu — mungkin itulah sebabnya ia meminjam kaca mata hitam.
Berdasarkan komentar tersebut, Cestari yakin Nedoroscik mungkin memiliki koloboma pada iris, bagian mata berwarna yang memungkinkan cahaya masuk.
Iris melebar atau menyempit tergantung pada seberapa gelap atau terangnya iris.
"Namun, jika Anda memiliki cacat di sana, cahaya akan tetap masuk apa pun yang terjadi, dan Anda akan menjadi sangat sensitif terhadap cahaya, terutama di bawah sinar matahari," kata Cestari.
Gejala lainnya termasuk kehilangan penglihatan, tidak dapat melihat di lokasi tertentu, seperti bagian atas bidang penglihatan, atau kebutaan.
Koloboma dan strabismus dapat dikaitkan karena penglihatan yang menurun akibat koloboma dapat menyebabkan mata "menyimpang," sehingga menyebabkan mata juling, kata Cestari.
Tidak ada obatnya, tetapi kaca mata atau lensa kontak dapat membantu. Beberapa pasien mungkin memerlukan alat bantu penglihatan rendah atau operasi.
Terkadang Pakai Kaca Mata karena Alasan Takhayul
Kaca mata itu belum pernah dipakai di Olimpiade, tetapi Nedoroscik mulai memakai kaca mata olahraga itu saat tahun pertamanya di Penn State.
Rekan satu tim kuliahnya menyebutnya "The Specs," dan mengatakan bahwa kaca mata itu adalah hadiah “Sinterklas Rahasia” yang tidak memiliki lensa resep.
"Kaca mata itu hanya untuk bersenang-senang, semacam ciri khas saya. Saya suka bersenang-senang di luar sana," kata Nedoroscik dalam profil video tahun 2022, seraya menambahkan bahwa ia menganggapnya sebagai jimat keberuntungan.
"Sejak hari pertama bertanding dengan kaca mata itu, kaca mata tersebut memiliki sedikit keajaiban."
Ia terkadang memakainya untuk kenyamanan dan "alasan takhayul," alih-alih memperbaiki penglihatannya, menurut profil Olimpiade resminya.