- Para pembalap mengungkap satu permasalahan mobil anyar F1 yang mulai digunakan mulai musim ini.
- Problem yang disebut porpoising tersebut membuat mobil para pembalap terpental ke atas dan bawah saat melaju kencang.
- Kondisi ini disebabkan ground effect yang membuat hilangnya downforce.
SKOR.id - Para pembalap F1 telah melakoni tes pramusim pertama di Sirkuit Barcelona pada akhir Februari silam.
Dalam kesempatan tersebut, para pembalap berkesempatan menjajal mobil anyar yang akan dipakai mulai F1 2022.
Tak disangka, mobil anyar yang dikendarai para pembalap justru membawa problem anyar bernama porpoising.
Kondisi ini menyebabkan mobil yang dikendarai para pembalap terpental ke atas dan bawah saat dipacu dalam kecepatan tertentu di lintasan lurus.
Lantas apakah porpoising itu? Apa yang menyebabkannya? Lantas, solusi apa yang dapat diambil untuk mengatasinya?
Lihat postingan ini di Instagram
Disebabkan downforce yang tidak stabil
Porpoising diambil dari kata porpoise yang berarti hewan sejenis lumba-lumba.
Kata ini diambil karena kondisi mobil yang mengalami porpoising mirip dengan gerakan porpoise yang naik-turun saat berenang di lautan.
Akibat kondisi ini, mobil yang ditunggangi para pembalap memantul-mantul 30-40mm saat melaju di kecepatan 300 km/jam.
Kondisi ini jelas menimbulkan ketidaknyamanan bagi para pembalap. Beberapa bahkan merasa mual karena guncangan yang luar biasa.
Selidik punya selidik, fenomena ini disebabkan oleh perubahan regulasi teknik yang membuat para tim kontestan mengubah desain mobil secara radikal.
Dalam regulasi yang baru, mobil F1 kembali mengusung filosofi downforce yang sempat berjaya di era 70-80an awal.
Sederhananya, ground effect adalah cara yang dilakukan oleh para insinyur untuk menghasilkan daya tekan layaknya downforce dengan mengubah bagian dasar mobil (floor).
Jika pada mobil sebelumnya bagian dasar mobil F1 berbentuk datar, pada mobil 2022 bentuknya berubah menyerupai terowongan yang disebut Venturi Tunnel.
Alhasil, downforce alami mobil justru menjadi tidak lancar dengan adanya ground effect ini.
Mobil pun terpental ke atas dan ke bawah ketika mencapai kecepatan tertentu di lintasan lurus.
Lihat postingan ini di Instagram
Solusi porpoising tidak selalu mudah
Jelang digelarnya sesi tes pramusim F1 2022 di Sirkuit Bahrain pekan ini, para tim pun berpikir keras untuk bisa mengatasi porpoising.
Salah satunya dengan menaikkan tinggi kendara mobil dan menahan agar lantai mobil tidak otomatis turun di trek lurus.
Masalahnya, mobil terbaru sangat tergantung pada ground effect. Mereka perlu melaju serendah mungkin agar lantai terkunci dan menghasilkan downforce sebesar mungkin.
Namun, solusi tersebut kurang ideal. Pasalnya, meningkatkan ketinggian bisa membuat mobil kehilangan waktu lap hingga beberapa persepuluh detik.
Tim pun dihadapkan pada dilema mengorbankan kecepatan atau membiarkan pembalap terguncang-guncang.
Kondisi ini diperparah ketika tim mengaplikasikan DRS dalam kualifikasi/balapan di mana ada banyak zona yang menggunakannya.
Perangkat tersebut memang bisa mengurangi sedikit efek porpoising tetapi beban aero mobil berkurang sehingga mobil tidak sangat dekat permukaan lintasan saat flap ditutup.
Dengan balapan pertama direncanakan digelar pada 18-20 Maret mendatang, waktu yang tersedia bagi para tim untuk mencarai solusi makin menipis.
Layak dinantikan, inovasi apa yang akan dibawa oleh para tim kontestan menyongsong musim dan regulasi baru.
Berita Formula 1 lainnya:
Kontrak Dibatalkan, Promotor GP Rusia Pertimbangkan Jalur Hukum Gugat F1
Berkat GP Emilia Romagna di Masa Pandemi, Imola Perpanjang Kontrak dengan F1
Fernando Alonso, Pembalap F1 yang buat Tim Mekanik Tampak Bodoh