SKOR.id – Menyambut Tahun Baru 2025, apa resolusi kalian, Skorer? Pastinya salah satunya adalah soal kesehatan.
Misalnya ingin menurunkan berat badan, lebih rajin berolahraga, mulai menjaga makanan, sembuh dari penyakit, dan lain-lain.
Bisa jadi semua resolusi kesehatan semacam itu sebenarnya sudah dicanangkan dari tahun ke tahun, namun terlupakan begitu saja seiring berjalannya waktu.
Penyebabnya bisa macam-macam. Dari tidak tahan godaan untuk makan enak, lingkungan tidak mendukung, hilang motivasi, dan lain-lain.
Alhasil, program kesehatan yang sudah disusun sejak awal tahun menjadi berantakan, dan lucunya, diulangi lagi tahun berikutnya.
Jadi, mengapa resolusi sehat awal tahun sering gagal? Apa saja penyebabnya? Bagaimana cara agar resolusi kesehatan bisa terealisasi?
Itulah yang akan dibahas dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id).
Secara singkat, beberapa faktor penyebab kegagalan resolusi sehat awal tahun terangkum dalam poin-poin pada infografis berikut ini:
Untuk lebih jelasnya, simak penjabaran poin-poin tersebut dalam artikel di bawah ini:
1. Ekspektasi yang Tidak Realistis
Salah satu alasan terbesar kegagalan resolusi adalah menetapkan tujuan yang tidak realistis atau terlalu ambisius.
Misalnya, menargetkan penurunan berat badan 20 kilogram dalam sebulan atau berolahraga enam hari seminggu bisa jadi sangat membebani dan tidak dapat dicapai.
Ketika tujuan terasa mustahil, mudah untuk menyerah sebelum melihat kemajuan apa pun.
2. Resolusi Kurang Spesifik
Sasaran yang tidak jelas seperti "menjadi lebih sehat" atau "menjadi lebih bahagia" sulit untuk ditindaklanjuti karena tidak memberikan arahan yang jelas.
Tanpa langkah-langkah yang spesifik dan dapat ditindaklanjuti, sulit untuk mengukur kemajuan atau tetap termotivasi.
3. Mentalitas dan Pola Pikir
Banyak orang menetapkan parameter ketat untuk diri mereka sendiri, seperti berolahraga beberapa hari dalam seminggu atau hanya mengonsumsi makanan "bersih".
Jika mereka “terpeleset” dan melewatkan latihan atau menikmati makanan ringan, mereka dapat merasa telah gagal total dan menyerah sepenuhnya.
Pola pikir seperti ini dapat menggagalkan kemajuan dan membuat mereka mudah menyerah. Apalagi jika memiliki mentalitas yang lemah.
4. Kelelahan
Ketika orang terlalu memaksakan diri terlalu cepat mencapai target, menurunkan berat badan misalnya, mereka sering mengalami kelelahan.
Mencoba mengubah terlalu banyak kebiasaan sekaligus, atau menetapkan terlalu banyak harapan tinggi, dapat menyebabkan kelelahan, frustrasi, dan akhirnya, mengabaikan resolusi.
5. Tekanan Eksternal
Resolusi sehat yang dipengaruhi oleh ekspektasi atau tren masyarakat dapat membuat Anda lebih sulit untuk tetap termotivasi karena Anda hanya ikut-ikutan saat menjalaninya.
6. Kurang Dukungan
Kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat dapat membuat Anda lebih sulit untuk tetap pada jalur yang benar untuk mencapai target kesehatan tertentu.
Memiliki teman atau keluarga yang mendukung dapat membantu Anda untuk tetap bertanggung jawab terhadap kesehatan dan kebugaran.
7. Keraguan dari Diri Sendiri
Jangan biarkan kegagalan masa lalu, misalnya dalam hal diet, membuat Skorer merasa ragu menentukan masa depan kesehatan.
Rayakan tiap kemenangan kecil untuk memotivasi diri Anda agar berupaya lebih keras.
8. Berpikir Terlalu Jauh ke Depan
Menetapkan tenggat waktu yang lebih pendek untuk mencapai target kesehatan tertentu dapat meningkatkan kemungkinan Anda untuk mencapai tujuan.
9. Motivasi Menurun
Motivasi dapat menjadi hal yang membuat Skorer memulai untuk menjalani diet misalnya, tetapi akan memudar seiring berjalannya waktu.
Anda dapat mencoba menggunakan motivasi awal tersebut untuk menciptakan kebiasaan yang akan membantu Anda terus berupaya keras untuk mencapai tujuan.
10. Tidak Tahan Godaan
Apa pun target kesehatan Anda, akan ada godaan untuk melanggarnya. Berbagai makanan enak dan tidak sehat untuk mereka yang menjalani diet tersedia di mana-mana.
Rasa malas berolahraga kerap menghantui. Mereka yang kesehatannya sedang terganggu juga kerap melanggar pantangan, sehingga malah memperlambat kesembuhan.
Alasannya kalau makan enak sedikit saja tidak apa-apa. Padahal lama kelamaan itu akan menjadi kebiasaan.
Jika tidak tahan terhadap berbagai godaan tersebut, ucapkan selamat tinggal terhadap resolusi kesehatan Anda.
Cara Menerapkan Resolusi Kesehatan
Sekarang setelah kita tahu mengapa resolusi sering gagal, mari kita lihat kiat-kiat praktis untuk membuat perubahan positif, sehingga resolusi bisa terealisasi:
1. Tetapkan Sasaran yang Lebih Kecil dan Dapat Dicapai
Daripada berfokus pada satu sasaran yang besar dan membebani, bagilah menjadi tonggak-tonggak yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola.
Misalnya, daripada bertekad untuk berolahraga lima hari seminggu, mulailah dengan dua atau tiga hari. Setelah Anda membangun kebiasaan, tingkatkan frekuensinya secara bertahap.
Dengan cara ini, Anda menyiapkan diri untuk meraih kesuksesan, dan tiap kemenangan kecil memberi Anda motivasi untuk terus maju.
Mengapa Sasaran yang Lebih Pendek Berhasil?
Berfokus pada sasaran jangka pendek memberi Anda umpan balik langsung tentang kemajuan Anda.
Sasaran yang lebih kecil ini lebih mudah dilacak, dirayakan, dan dibangun momentumnya.
Anda dapat merasa bangga dengan tiap langkah maju, daripada merasa putus asa dengan jarak antara posisi Anda saat ini dan sasaran besar Anda.
Merasa bangga terhadap diri sendiri sangat memotivasi, jadi tetapkan kemenangan-kemenangan kecil di sepanjang jalan untuk meningkatkan kepercayaan diri Anda.
2. Hindari Angka-angka yang Dapat Menyebabkan Kelelahan
Menetapkan angka yang pasti untuk hal-hal seperti latihan, kalori, atau jam yang dihabiskan dapat menjadi kontraproduktif.
Misalnya, jika Anda berencana untuk bermeditasi lima kali seminggu tetapi hanya berhasil melakukannya tiga kali, hal itu mungkin terasa seperti kegagalan.
Meskipun, tiga sesi masih merupakan pencapaian yang signifikan dibandingkan dengan tidak melakukan sesi sama sekali.
Pendekatan yang Lebih Baik:
Daripada hanya berfokus pada angka, cobalah berfokus pada konsistensi. Misalnya, usahakan untuk "menggerakkan tubuh" tiga kali seminggu, dengan fleksibilitas tentang cara melakukannya.
Ini dapat mencakup berjalan, yoga, menari, atau aktivitas apa pun yang Anda sukai.
Pendekatan ini membantu menghindari perangkap "semua atau tidak sama sekali", di mana kesalahan kecil terasa seperti kegagalan yang menentukan keberhasilan atau kegagalan.
3. Fokus pada Kesehatan Mental
Ketika fokus pada peningkatan kesehatan mental, kita menciptakan landasan yang kokoh untuk pertumbuhan di semua bidang kehidupan.
Kesehatan mental sering kali menjadi kunci yang membuka potensi kita untuk membuat perubahan positif yang langgeng.
Mulai dari mengembangkan kebiasaan yang lebih sehat hingga mengejar tujuan jangka panjang.
Ketika kita memprioritaskan kesehatan mental, baik melalui terapi, kesadaran, atau praktik perawatan diri lainnya, kita membangun ketahanan, kejernihan emosi, dan rasa kekuatan batin.
Kualitas-kualitas ini memudahkan kita untuk mengadopsi kebiasaan baru, seperti berolahraga, makan dengan baik, atau memperbaiki hubungan.
Kita lebih siap untuk menghadapi tantangan dan kemunduran dengan pola pikir yang positif.
Fondasi mental yang kuat tidak hanya meningkatkan motivasi dan fokus, tetapi juga memungkinkan kita mencapai tujuan dengan lebih banyak belas kasih dan kesabaran terhadap diri sendiri.
Ketika kesehatan mental dipelihara, secara alami hal itu meningkatkan kemampuan untuk membuat perubahan berkelanjutan, menciptakan efek berantai yang meningkatkan berbagai aspek kehidupan.
Dengan menjaga diri sendiri secara mental, kita tidak hanya meningkatkan satu area. Melainkan membuka jalan menuju pertumbuhan, kesuksesan, dan kepuasan dalam segala hal yang kita lakukan.
4. Ciptakan Rutinitas yang Mendukung Keberhasilan
Daripada hanya mengandalkan kemauan keras, buatlah rutinitas yang mendorong keberhasilan.
Konsistensi, bukan kesempurnaan, adalah kuncinya. Jika Anda ingin makan lebih sehat, persiapkan makanan di awal minggu.
Jika Anda ingin lebih banyak berolahraga, siapkan pakaian olahraga Anda malam sebelumnya.
Menciptakan isyarat yang mendukung tujuan Anda dapat mempermudah Anda untuk menindaklanjutinya, bahkan pada hari-hari ketika motivasi sedang rendah.
5. Sayangilah Diri Sendiri
Sangat penting untuk bersikap baik kepada diri sendiri saat Anda melakukan kesalahan. Kritik diri sendiri sering kali dapat menyebabkan perasaan gagal, sehingga Anda cenderung menyerah.
Sebaliknya, anggap kemunduran sebagai peluang untuk berkembang. Jika Anda melewatkan latihan atau makan berlebihan, akui hal itu tanpa menghakimi, lalu lanjutkan hidup, dan fokuskan kembali pada langkah berikutnya.
Cobalah untuk memperlakukan diri sendiri dengan belas kasih yang sama seperti yang Anda berikan kepada orang-orang yang Anda sayangi.