SKOR.id - Mengapa J.League akan mengganti periode kompetisi mereka mulai tahun 2026 mendatang? Simak penjelasannya dalam artikel Skor Special berikut ini.
(Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Di Eropa dan sebagian besar belahan dunia yang lain, musim sepak bola biasanya dimulai pada musim panas, sekitar bulan Agustus maupun September.
Musim akan terus berjalan hingga tahun berikutnya dan berakhir di musim semi, biasanya di bulan Mei.
Hal berbeda terjadi di banyak negara-negara Asia, tak terkecuali Jepang.
Di Negeri Sakura, musim sepak bola berlangsung dalam satu kalender Masehi, biasanya dimulai pada bulan Februari dan berakhir pada bulan Desember.
Bagi sebagian orang, periode kompetisi seperti ini membuat mereka lebih mudah mengikuti kompetisi dari awal hingga akhir musim.
Selain penyebutan yang lebih mudah, kompetisi dalam satu tahun seperti ini juga membuat perusahaan pemilik klub lebih mudah membuat laporan tahunan.
Meski memiliki format yang berbeda-beda, periode kompetisi seperti ini sudah digunakan di Liga Jepang sejak dulu kala, tak terkecuali kala J.League dibentuk pada 1993.
Akan tetapi, kini setelah lebih dari tiga dekade, semua akan berubah mulai tahun 2026 mendatang.
J.League akan resmi mengikuti kalender sepak bola Eropa dan dunia, mengubah periode kompetisi menjadi dimulai pada musim panas dan berakhir tahun berikutnya.
Demi Persaingan Global
Keputusan perubahan periode kompetisi ini disetujui dalam rapat direksi J.League yang berlangsung pada akhir tahun 2023 lalu.
Sebanyak 60 klub di tiga divisi J.League melalui skema voting menyetujui perubahan ini.
Hasilnya, J.League akan mulai mengubah periode kompetisi pada musim 2026-2027.
Musim itu akan dimulai di pekan pertama bulan Agustus 2026, setelah itu akan ada rehat musim dingin selama delapan atau sembilan pekan sejak pekan kedua bulan Desember.
Kompetisi dimulai lagi apda bulan Februari dan berakhir pada akhir Mei atau awal Juni.
Apa alasan J.League melakukan perubahan ini?
"Kami sudah berdiskusi tentang perubahan yang bisa kami lakukan untuk membuat J.League bisa bersaing secara global," ujar Chairman J.League, Yoshikazu Nonomura.
"Setiap klub memiliki kondisi dan karakteristik regional mereka masing-masing, tetapi kini kami sudah sepakat tentang apa yang harus kami lakukan untuk sepak bola Jepang dan J.League."
"Kami sampai pada kesimpulan bahwa perlu dilakukan perubahan ini untuk bisa bersaing di pasar global."
Ya, bersaing di pasar global. Itu adalah tujuan utama J.League mengubah kalender sepak bola mereka.
Dalam 30 tahun terakhir, J.League berkembang pesat, dari yang awalnya hanya memiliki 10 klub, kini mereka memiliki 60 klub di tiga divisi.
Timnas Jepang juga kini sudah jadi kekuatan utama Asia dan mulai jadi momok menakutkan di percaturan sepak bola dunia.
Pemain Jepang juga tak sedikit yang kini sudah bermain di kompetisi-kompetisi Eropa, beberapa di antaranya bahkan bermain untuk tim-tim besar Benua Biru.
Perubahan periode kompetisi J.League fokus untuk meningkatkan posisi klub-klub Jepang dan sekaligus pemain Jepang di pasar sepak bola dunia.
Data tak pernah berbohong, begitupun juga soal data performa pemain J.League jika dibandingkan dengan pemain-pemain Eropa.
Para pemain J.League biasanya memiliki performa yang menurun saat kompetisi memasuki musim panas, dari Juni hingga September, artinya di tengah musim kompetisi.
Sedangkan para pemain di Eropa, performa para pemain biasanya meningkat seiring berjalannya musim, didukung oleh cuaca yang mendukung.
Hal ini diamini oleh salah seorang pesepak bola Jepang yang kini bermain di Eropa, meski ia tak mau disebutkan namanya.
"Tujuan kami adalah membuat momen di lapangan yang bisa membuat penonton bersemangat, frekuensi hal ini terjadi menurun drastis saat musim panas," ujarnya.
"Saya merasa tak bisa memberikan kemampuan penuh selama musim panas, sebuah hal yang tak saya inginkan."
Selain itu, mengikuti kalender Eropa juga membuat pemain Jepang lebih mudah beradaptasi ketika pindah ke Eropa, hal yang juga menguntungkan untuk sepak bola Jepang.
Alasan lain adalah soal pendapatan dan kekuatan uang.
J.League menargetkan pendapatan klub meningkat 50-100 persen dalam 10 tahun mendatang.
Persamaan kalender dengan Eropa membuat mereka kini punya lebih banyak peluang menjual pemain ke Benua Biru, dan mendapatkan pendapatan yang lebih besar dari sebelumnya.
Selain itu, sponsor yang masuk ke Liga Jepang akan lebih mudah karena memiliki kalender yang sama dengan sepak bola di belahan dunia lain.
Lalu, bagaimana cara J.League agar perubahan ini bisa berjalan dengan lancar?
Usai musim 2025 selesai, J.League akan mengadakan kompetisi kecil selama setengah tahun sampai pertengahan 2026, jelang dimulainya musim 2026-2027.
Selain itu, J.League juga akan menyiapkan dana besar untuk diberikan kepada klub sebagai kompensasi terhadap apapun yang dibutuhkan untuk perubahan kalender ini, misalnya untuk perbaikan stadion dan lapangan agar bisa digunakan di musim dingin.
Apakah dengan perubahan ini J.League akan bertransformasi dari liga terbaik di Asia menjadi salah satu liga terbaik di dunia?