SKOR.id – Bulu tangkis Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Dalam kurun setahun belakangan, prestasi para atlet bulu tangkis Indonesia bisa dikatakan terpuruk.
Tidak hanya dalam turnamen resmi BWF, melainkan ajang multievent seperti Asian Games dan Olimpiade.
Pada Asian Games 2022 di Hangzhou (yang diselenggarakan September-Oktober 2023), tidak satu medali pun berhasil diraih olah para atlet bulu tangkis Indonesia.
Sedangkan dalam Olimpiade 2024 wajah bulu tangkis Indonesia diselamatkan oleh Gregoria Mariska Tunjung yang berhasil meraih medali perunggu.
Dalam rangkaian turnamen BWF World Tour, hasil para wakil Indonesia juga kurang menggembirakan.
Sepanjang tahun ini, wakil-wakil Indonesia lebih sering pulang tanpa gelar di banyak turnamen.
Sempat ada asa ketika wakil Indonesia meraih dua gelar di All England melalui tunggal putra Jonatan Christie dan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto pada Maret 2024.
Tapi setelah itu wakil-wakil Indonesia kembali tertatih-tatih dalam berbagai turnamen.
Terakhir, para pebulu tangkis Indonesia harus gigit jari dalam turnamen Japan Open 2024 yang saat ini masih berlangsung.
Dua wakil tersisa, Muhammad Shohibul Fikri/Daniel Marthin dan Leo Rolly Carnando/Bagas Maulana tersingkir di semifinal nomor ganda putra.
Apa sebenarnya yang terjadi dengan bulu tangkus Indonesia? Mengapa prestasi bulu tangkis indonesia terpuruk belakangan ini?
Itulah yang akan dibahas dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Berikut ini beberapa penyebab keterpurukan prestasi bulu tangkis Indonesia belakangan ini berdasarkan pengamatan Skor.id.
Lawan Mulai Berbenah
Beberapa tahun lalu para atlet Indonesia masih mendominasi berbagai turnamen bulu tangkis, termasuk ajang multievent Asian Games dan Olimpiade.
Kepercayaan diri pun makin meningkat. Namun ternyata lawan-lawan Indonesia tidak tinggal diam.
Mereka terus berbenah hingga kondisi kemudian berbalik, sementara pebulu tangkis Indonesia masih terjebak dalam zona nyaman.
Step by step, lawan mulai bisa mengalahkan para pebulu tangkis Indonesia. Jonatan Christie dan kawan-kawan sepertinya terkejut dan tidak siap mental melihat kebangkitan lawan-lawannya.
Padatnya Jadwal
Faktor kelelahan terjadi akibat padatnya turnamen yang diikuti. Jadwal turnamen BWF memang berlangsung mepet dan spartan, dalam satu bulan bisa diisi lebih dari satu turnamen.
Turnamen terus menerus berlangsung sepanjang tahun dan para pebulu tangkis Indonesia tetap mengikutinya demi mendapatkan poin dan peringkat agar lolos ke Olimpiade 2024.
Makin banyak turnamen yang diikuti, makin besar pula risiko cedera. Hal ini sempat beberapa kali menimpa pebulu tangkis andalan Indonesia.
Fajar Alfian, misalnya, sempat mengalami cedera pinggang dan menjalani masa pemulihan hingga berbulan-bulan, meski tetap bisa bertanding.
Demikian pula pasangan Fajar di ganda putra, M. Rian Ardianto, yang sempat mengalami cedera bahu.
Pada awal 2023 Fajar/Rian menuai sukses dengan menjuarai Malaysia Open dan All England.
Namun setelah mengalami cedera pinggang dan bahu penampilan Fajar/Rian terus menurun. Posisi sebagai ganda putra nomor satu dunia pun akhirnya terlepas.
Regenerasi Kurang Mulus
Sejauh ini baru sektor ganda putra yang regenerasinya lumayan. Selepas era Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya, muncullah Fajar Alfian/M Rian Ardianto.
Belum habis Fajar/Rian, lahirlah generasi di bawahnya seperti M. Shohibul Fikri/Bagas Maulana, Sabar Karyaman/M. Reza Pahlevi Isfahani, hingga juara Indonesia Masters Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Tapi pada sektor lainnya, gap antargenerasi terbilang jauh. Sektor tunggal putra belum terlihat potensi di bawah Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting.
Demikian pula sektor putri, baru terlihat Gregoria Mariska Tunjung. Sedangkan ganda putri juga baru ada Apriyani Rahayu/Siti Fadia.
Bahkan pada nomor ganda campuran hingga Agustus ini belum ada satu pun atlet Indonesia mampu menerobos posisi 10 besar.
Bila ini terus terjadi, bulu tangkis Indonesia akan makin sulit meraih gelar karena yang senior mulai menurun, sementara para pelapis belum siap menerima tongkat estafet.
Kabid Binpres PP PBSI Ricky Soebagdja menegaskan pihaknya concern terhadap proses regenerasi ini.
Ia mengaku pihaknya terus fokus pada percepatan regenerasi yang berkelanjutan pada lima sektor.
“Pembinaan dan percepatan regenerasi atlet-atlet muda diharapkan bisa mempersempit jarak (gap) antara pemain-pemain senior atau elite yang kini diandalkan untuk tampil di berbagai turnamen dan kejuaraan bergengsi dunia,” ujar Ricky.
Mandapatkan Tekanan Berat
Bulu tangkis sudah sejak lama menjadi cabang olahraga andalan Indonesia. Bisa jadi pemain menerima tekanan yang begitu berat untuk mempertahankan supremasi Indonesia dalam dunia bulu tangkis.
High pressure bisa berdampak pada mental para pebulu tangkis dan membuat stres pikiran, sehingga berpengaruh terhadap performa di lapangan.
Apabila kondisi mental sedang down, pemain akan merasakan beban yang berat saat berlaga di lapangan, sehingga menguntungkan lawan.
Lain halnya jika pebulu tangkis bisa menguasai situasi dan tingkat stresnya, kemenangan akan bisa diraih.
Sering Gonta-ganti Pelatih
PBSI beberapa kali melakukan pergantian pelatih dalam setahun belakangan. Pada nomor ganda campuran, misalnya.
Sebelumnya ada Richard Mainaky, kemudian diganti Nova Widianto pada September 2021. Namun Nova kemudian pindah ke Malaysia, dan kemudian diganti Amon Santoso.
Lalu pada 2023, giliran Herry Iman Pierngadi atau lebih dikenal sebagai Herry IP, yang mengisi posisi pelatih ganda campuran.
Sebelumnya Herry IP merupakan pelatih ganda putra. Posisinya kemudian digantikan oleh Aryono Miranat pada September 2023, yang melatih ganda putra putra hingga sekarang.
Pergantian pelatih ternyata tidak begitu efektif karena pebulu tangkis harus beberapa kali melakukan penyesuaian dengan pelatih baru.
Meski sudah gonta-ganti pelatih ternyata sektor ganda campuran belum bisa menjadi andalan utama Indonesia hingga saat ini.
Sejauh ini belum ada pasangan ganda campuran Indonesia yang mumpuni, atau setidaknya masuk 10 besar BWF World Ranking.
Dalam rilis peringkat BWF terakhir pada 20 Agustus 2024, posisi terbaik diraih Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas, yakni peringkat ke-14.
Nah, itulah tadi beberapa penyebab menurunnya prestasi bulu tangkis Indonesia. Tentunya masih ada penyebab-penyebab lain yang belum disebutkan di sini.
Semoga kepengurusan baru PBSI yang dipimpin Fadil Imran (masa bakti 2024-2028) bisa lebih memahami bulu tangkis dan mengembalikan kejayaan bulu tangkis Indonesia.