SKOR.id – Kesuksesan memenangi Grand Prix Aragon, putaran ke-12 (dari total 20 putaran) Kejuaraan Dunia MotoGP 2024, Minggu (1/9/2024), dirayakan begitu emosional oleh Marc Marquez.
Maklum, pembalap Tim Gresini Racing itu berhasil menghapus penantian hingga 1.043 hari, untuk kembali memenangi sebuah Grand Prix kelas premier. Bahkan, saat memenangi sprint race di Sirkuit MotorLand Aragon, Sabtu lalu, itu juga menjadi kemenangan pertamanya sejak GP Emilia Romagna 2021 yang digelar pada 24 Oktober tahun tersebut, atau hampir tiga tahun lalu.
Bagi Marquez, itulah kemenangan ke-60 di kelas MotoGP, atau 86 dari seluruh kelas juara dunia delapan (125cc 2010; Moto2 2012; MotoGP (2013, 2014, 2016, 2017, 2018, 2019) tersebut.
Marquez menjadi juara dunia MotoGP dengan penantian kemenangan terlama di kelas tersebut. Mengacu data dari motogp.com, ia hanya “kalah lama” dari Andrea Dovizioso, Jack Miller, dan Maverick Vinales.
Lantas, apa yang membuat rider asal Spanyol itu harus menunggu sekian lama untuk kembali memenangi balapan? Apa saja faktor yang memengaruhinya?
Skor.id akan coba mengulasnya dalam Skor Special kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Sesuai pengamatan Skor.id, paling tidak ada tiga masalah yang dialami Marquez sejak musim 2020, yang membuatnya harus menunggu sangat lama antara satu kemenangan dan berikutnya.
Cedera Berkepanjangan
Cedera parah dialami Marc Marquez pada awal MotoGP 2020. Pada putaran pertama kejuaraan di Sirkuit Jerez, Marquez yang saat itu masih memperkuat tim pabrikan Repsol Honda, terjatuh dari motornya saat mengejar Fabio Quartararo (Yamaha) untuk memimpin balapan.
Tulang humerus lengan kanannya patah sehingga ia tidak mampu menyelesaikan balapan yang akhirnya dimenangi Quartararo. Marquez lalu kembali ke Jerez untuk GP Andalusia putaran kedua atau hanya beberapa hari setelah operasi pertamanya, pada 21 Juli 2020, untuk memperbaiki humerusnya yang rusak.
Namun, Marquez masih merasakan nyeri hingga tidak bisa turun di GP Andalusia. Tidak hanya sampai di situ, Marquez akhirnya memutuskan absen sampai akhir musim 2020 (total 14 balapan), hingga dua balapan awal MotoGP 2021.
Kondisi Marquez sedikit membaik pada 2021. Namun, usai absen di Qatar dan Doha serta P7 di Portugal dan P9 di Spanyol, ia tidak mampu finis di tiga balapan beruntun (Prancis, Italia, Catalunya) yang kemungkinan masih terkait kondisi lengannya yang belum pulih.
Pun begitu, Marquez masih mampu tiga kali menang (Jerman, Amerika, dan Emilia Romagna) untuk finis di posisi ketujuh klasemen akhir MotoGP 2021.
Pada 2022, Marquez kembali mengalami kecelakaan tiga kali saat latihan bebas MotoGP Indonesia di Mandalika dan puncaknya saat warm-up. Ia pun tidak bisa berlomba di Mandalika dan usai diperiksa di Spanyol, Marquez didiagnosis mengalami gangguan penglihatan, diplopia, yang sejatinya sudah ia idap sebelumnya.
Marquez pun kembali absen di balapan ketiga (Argentina) dan lima kali beruntun dari putaran ke-9 sampai 14 (Catalunya, Jerman, Belanda, Inggris, Austria, San Marino) karena operasi lagi pada humerus tangan kanannya.
Motor Tidak Kompetitif
MotoGP musim 2022 dan 2023 menjadi mimpi buruk bagi Honda karena mereka berada di posisi juru kunci konstruktor di dua musim tersebut. Pada musim 2022, Honda bahkan tidak mampu memenangi balapan.
Sedangkan pada 2023, Alex Rins yang saat itu membela Tim LCR berhasil menyelamatkan wajah Honda berkat kemenangannya di GP Americas.
Tertinggal jauh dari Ducati membuat Marquez saat itu terkesan memaksakan diri memaksimalkan performa Honda RC213V, meskipun motor sulit dikendalikan dan kondisi fisik sang pembalap terlihat belum fit.
Usai insiden dengan Miguel Oliveira di GP Portugal, Marquez kembali cedera dan absen lagi di tiga balapan berikutnya (Argentina, Amerika, Spanyol). Pada balapan kedua setelah jeda musim panas, GP Austria 2023, Marquez mengakhiri 7 balapan berturut-turut tanpa finis di balapan utama.
Pandemi Covid-19 yang membatasi alur perpindahan orang dan barang telah melumpuhkan tiga pabrikan Jepang: Honda, Yamaha, dan Suzuki yang akhirnya pergi dari MotoGP. Dampak Covid-19 yang mereka alami jauh lebih parah daripada rivalnya yang asal Eropa: Ducati, KTM, dan Aprilia.
Selain itu, saat para pabrikan Eropa melakukan pendekatan sangat agresif dan berani mengambil risiko dalam mengembangkan motor, Honda dan Yamaha cenderung lebih konservatif karena banyak komponen anyar baru mereka buat usai melihat hasil.
Alhasil, pergantian jajaran teknisi maupun manajemen tidak mengubah banyak situasi Honda, yang berujung pada hengkangnya sang ikon, Marc Marquez, ke salah satu tim yang memakai Ducati, Gresini Racing.
Adaptasi dengan Ducati
MotoGP 2024 menjadi musim perdana Marquez menggeber motor selain Honda, sejak debut di kelas premier pada 2013. Namun, pembalap sekelas Marquez pun terbukti cukup kesulitan beradaptasi di atas Ducati Desmosdici GP23.
Marquez mengalami 16 kali terjatuh dalam 11 putaran pembuka (sebelum GP Aragon) musim ini, yang menempatkannya di urutan teratas daftar pembalap dengan kecelakaan terbanyak pada tahun 2024.
Juara MotoGP enam kali itu dikenal memiliki reputasi terlalu sering mengalami kecelakaan di kelas premier, meskipun belakangan banyak yang mengaitkannya dengan karakteristik motor Honda yang rumit selama 11 tahun bertugas di pabrikan Jepang tersebut.
Beralih ke Ducati GP23 yang lebih mudah dan ramah untuk dikendarai, Marquez masih belum mampu mengakhiri tren tersebut (hingga GP Aragon) – dan justru berada di jalur untuk menyamai atau bahkan melampaui rekor 23 kecelakaan yang ia buat pada tahun 2023.
Pun begitu, semua berubah 180 derajat setelah Marquez berhasil merebut kemenangan pertama dengan Ducati. Desmosedisi GP23 memang berbeda dengan Desmosedici GP24 yang digeber para pembalap tim pabrikan Ducati Lenovo dan Prima Pramac Racing.
Namun, keberhasilan Marquez memutus penantian akan kemenangan selama 1.043 hari di GP Aragon mengindikasikan bila ia sudah makin menyatu dengan motor. Yang lebih penting, ia dinilai layak untuk mulai bermimpi gelar MotoGP meskipun itu mungkin baru bisa diwujudkan saat menjadi rekan setim Francesco Bagnaia di tim pabrikan Ducati mulai 2025.