SKOR.id – Pentas catur dunia saat ini didominasi oleh para pecatur asal india. Kehadiran mereka mendobrak dominasi pecatur Rusia yang sempat berjaya pada era 1980 hingga 1990-an.
Adalah GM Vishwanathan Anand, pecatur India yang pertama kali mencuat di pentas dunia setelah menjadi juara dunia pada 2000-2002 (FIDE) dan 2007-2013 (Undisputed).
Itulah yang membawanya menjadi pecatur nomor 1 dunia pada April 2007 lalu. Bahkan hingga saat ini ia masih aktif dan namanya bertengger pada posisi ke-10 dunia per Desember 2024.
Dan kini, pasca-sukses Anand, bermunculanlah generasi baru pecatur dunia dari India, baik sektor putra maupun putri.
Untuk putra, terdapat tiga pecatur India yang menempati posisi 10 besar dunia, ditambah satu orang lagi jika diperlebar menjadi 20 besar.
Sedangkan pada sektor putri tercatat empat pecatur India menempati peringkat 20 besar dunia. Bahkan satu pecatur, Koneru Humpy, kini menempati posisi 5 besar.
Mungkin Skorer bertanya-tanya, mengapa banyak jagoan catur berasal dari India? Apa rahasia sukses mereka? Itulah yang akan dibahas dalam Skor Special edisi kali ini.
(Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #SkorSpecial atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id).
Tidak dimungkiri, keberhasilan Anand diakui secara luas sebagai penyebab makin populernya catur di negara asalnya, India.
Ia digambarkan oleh sebagian orang sebagai Sachin Tendulkar (atlet kriket India)-nya catur, anutan bagi ribuan anak sekolah India, dan bisa dibilang sebagai salah satu olahragawan paling sukses di negara itu.
Vishwanathan Anand adalah bintang catur terbesar di India, dan merupakan orang pertama di negara itu yang memperoleh kehormatan tertinggi dalam permainan ini, dengan menjadi seorang Grandmaster.
Catur memiliki pengikut yang sangat banyak di Delhi, Kalkuta, dan di seluruh India selatan.
Negara bagian Tamil Nadu, tempat asal Anand, bahkan pernah mengajukan tawaran untuk menjadi tuan rumah kejuaraan dunia, tetapi kalah dari Rusia.
“Catur telah meningkat popularitasnya pada tahun-tahun setelah kemenangan pertama Anand (jadi juara dunia),” kata Bharat Singh, sekretaris Federasi Catur Seluruh India.
"Permainan ini benar-benar berkembang pesat dalam enam atau tujuh tahun setelah sukses Anand tersebut," ia menambahkan.
Singh kemudian menyoroti fakta bahwa jumlah Grandmaster (GM) di India meningkat tiga kali lipat dalam jangka waktu tersebut, menjadi 27 GM menyusul sukses Anand.
Jumlah Master Catur Internasional di negara tersebut juga meningkat tiga kali lipat (menjadi 76) dalam periode yang sama, dan India berada di peringkat 10 teratas dunia.
Kesuksesan telah merata bagi pria dan wanita di India. Koneru Humpry, peringkat kelima duniadi sektor wanita, pun kini jadi anutan bagi pecatur wanita India.
“Pembukaan ekonomi India pada tahun 1991 memungkinkan lebih banyak pemain untuk bepergian ke luar negeri dan bermain di turnamen serta meningkatkan peringkat,” kata Devangshu Datta, seorang komentator dan jurnalis catur.
"Peningkatan penggunaan internet adalah alasan lain mengapa India melonjak beberapa tingkat begitu cepat dan mengapa Anand dan generasinya berhasil.”
“Sejak awal tahun 1990-an dan seterusnya, Anda memiliki basis data yang memungkinkan Anda menyelesaikan jutaan permainan hanya dengan mengklik mouse," Datta menuturkan.
Catur Jadi Kurikulum di Sekolah India
Permainan ini berkembang di tingkat akar rumput, dan sekarang menjadi kurikulum di negara bagian Tamil Nadu dan Gujarat, serta diajarkan di sekolah-sekolah di seluruh negeri. Klub pelatihan catur juga bermunculan dengan cepat.
"Kami menerima hingga 50 panggilan telepon tiap hari dari orangtua yang berminat," kata Dhanajay Ramraje, yang mengelola Klub Catur Chanakya di Mumbai.
Ramraje melatih anak-anak dalam permainan catur ini di rumah dan sekolah mereka, dengan biaya setara 30 dolar AS (Rp480.000) per jam.
Pada salah satu sesi latihan, sekelompok anak berkumpul di sekitar meja makan. Mata mereka terpaku dan berkonsentrasi, disertai dengan tatapan tajam ke bidak hitam dan putih di depan mereka.
Saat mereka bergantian menggerakkannya di papan, keheningan di ruangan itu diselingi dengan ketukan jam, dan sesekali desahan napas.
"Saya suka catur karena terkadang membantu otak saya," kata Namya Kumar, pecatur bocah berusia enam tahun, dan salah satu dari tiga gadis dalam kelompok tersebut.
Ia bertanding melawan Aadya Tekukar yang berusia empat tahun, yang mulai bermain pada usia dua tahun dan meskipun masih sangat muda, telah memenangkan banyak trofi.
Ikut menyaksikan ibunda dari Aadya, Dr. Shubangi Tekukar, yang kemudian berkata: "Catur membantu Anda mengambil keputusan yang baik dalam hidup Anda.”
"Ini adalah permainan yang memiliki banyak langkah dan dari situ Anda memilih satu langkah terbaik.”
“Seperti itu, dalam kehidupan Anda, catur juga membantu meningkatkan kemampuan Anda untuk membuat keputusan terbaik," ucap Tekukar.
Sedangkan Singh menjelaskan, nilai edukasi permainan ini jadi alasan mengapa banyak orangtua India mendorong anak-anak mereka untuk memainkan permainan ini.
Orang India menurutnya sangat menekankan pembelajaran anak-anak mereka, dan catur dianggap sebagai tambahan yang disambut baik.
"Persepsi umum adalah bahwa jika Anda bermain catur, itu akan membantu studi Anda, terutama dalam penalaran logis, matematika, fisika, dan ada survei yang membuktikan bahwa pemain catur adalah matematikawan yang lebih baik," ujar Singh.
Catur Diyakini Berasal dari India
Alasan lain mengapa beberapa orang mengatakan orang India memiliki ketertarikan pada permainan ini adalah karena secara luas diyakini bahwa permainan ini dimulai di negara tersebut.
"Saya pikir orang India memiliki semacam bakat untuk permainan ini, mungkin karena permainan ini berasal dari sini," kata Manuel Aaron, Master Catur Internasional pertama India, yang sedang menulis buku tentang sejarah permainan ini.
Salah satu teori adalah bahwa catur berevolusi dari permainan India, Chaturanga, yang berarti empat unit tentara, yang dimulai di negara itu pada abad ke-6.
"Chaturanga bukan permainan rakyat biasa," kata Aaron. "Itu adalah permainan untuk melatih orang dalam seni berperang. Buah caturnya adalah gajah, kuda, unta, dan prajurit infanteri, simbol tentara," ia menjelaskan.
Banyak juga yang percaya bahwa kaisar Mughal Akbar, Sultan Mughal ke-3, bermain catur langsung di halaman istananya, Fatehpur Sikri, di Agra pada abad ke-15.
“Legenda mengatakan bahwa dia (Akbar) duduk di tempat yang tinggi, dan menyaksikan hewan dan tentara sungguhan bergerak di sekitar papan raksasa,” kata Aaron.