- Bek timnas Indonesia, Charis Yulianto, menyebut kekalahan pada final Piala Tiger 2004 karena kalah mental.
- Charis Yulianto menilai Singapura punya tim solid dari pemain naturalisasi dalam Piala Tiger 2004.
- Salah satu penyerang terbaik pada Piala Tiger 2004, menurut Charis Yulianto adalah Agu Casmir.
SKOR.id - Timnas Indonesia harus kembali gigit jari dalam menggapai mimpi menjadi juara Piala Tiger pada edisi kelima atau edisi 2004.
Pada partai final Piala Tiger 2004, Timnas Indonesia harus tunduk oleh Singapura dengan skor agregat 2-5. Kalah di kandang dan tandang.
Dengan raihan ini, artinya timnas Indonesia sudah tiga kali secara beruntun harus puas menjadi runner-up. Sebelumnya dirasakannya pada Piala Tiger 2000 dan 2002.
Tidak berhasilnya timnas Indonesia pada Piala Tiger 2004, dikatakan Charis Yulianto, pemain bertahan ketika itu, sebuah kekalahan mental bertanding.
"Saya kebetulan waktu final itu kena akumulasi (kartu kuning) jadi sempat tidak main. Jadi dalam lini pertahanan itu banyak campuran pemain senior dan junior," kata Charis.
"Mungkin ketika ada perubahan pada lini pertahanan ini yang membuat sinerginya kurang solid atau rasa canggung yang dirasakan pemain," ia menambahkan.
Pemain pengganti Charis saat itu, Hamka Hamzah, sejatinya punya kualitas namun tidak tampil lepas seperti biasanya saat membela klub dalam kompetisi.
"Hamka Hamzah yang menggantikan posisi saya, tetapi yang pasti secara garis besar setiap posisi pada timnas kala itu sangat baik dan konsisten," ujarnya.
"Saya akui ketika final melawan Singapura itu memang mental sangat berpengaruh. Kami sudah kalah di kandang, lalu leg kedua kami bermain tandang," Charis menambahkan.
Mantan bek Persija ini mengungkapkan, pada Piala Tiger 2004 Singapura menjelma jadi tim yang tangguh dengan beberapa pemain naturalisasi.
Charis mengingat, ketika dirinya berhadapan dengan salah satu penyerang naturalisasi Singapura paling berbahaya, Agu Casmir.
"Saya akui Singapura ketika itu memang tim yang kuat dengan beberapa pemain naturalisasinya. Utamanya Agu Casmir," Charis mengenang.
"Dia salah satu penyerang terbaik, mempunyai kecepatan, dan naluri golnya sangat baik. Saya pikir dia salah satu striker terbaik di Piala Tiger 2004," katanya.
Lekaki yang kini berusia 41 tersebut juga tidak lupa memuji pelatihnya kala itu, Peter Withe. Menurutnya, membentuk tim kurang dari sebulan bukanlah hal mudah.
Namun, Peter Withe cukup berhasil menyatukan sebelas pemain di lapangan dengan satu kesatuan yang cukup solid, termasuk para pemain pelapis.
"Timnas di Piala Tiger 2004 itu dibentuk dengan persiapan yang sangat cepat, dan Liga Indonesia pun sedang berjalan," Charis mengenang.
"Sekitar hampir dua minggu saja tim terbentuk di bawah kepemimpinan Peter Withe," asisten pelatih Arema FC ini memungkasi ceritanya.
Berita Timnas Indonesia Lainnya:
Dokter Gadungan di PSS Sleman Terbongkar, Kiper Timnas Indonesia di Piala AFF 2020 Lega
Kilas Balik Piala Tiger 2004: Timnas Indonesia Gugurkan Harimau Malaya di Malaysia
Tanpa Top Skor Sementara Liga 1 2021-2022, Pelatih Timnas Indonesia Pede Tatap Piala AFF 2020