- Agung Setyabudi, bek kanan timnas Indonesia di Piala Tiger 2002, menceritakan perjalanan tim Garuda.
- Langkah Indonesia terbilang mulus di fase grup, namun tak beruntung saat melawan Thailand di final.
- Agung menilai Indonesia hanya tak dinaungi dewi fortuna karena kalah adu penalti.
SKOR.id - Bek kanan timnas Indonesia di Piala Tiger 2002, Agung Setyabudi, menceritakan kilas balik di turnamen yang sekarang bernama Piala AFF itu.
Agung Setyabudi masih mengingat momen 12 tahun lalu ketika membela timnas Indonesia tampil di Piala Tiger 2002.
Menjadi tuan rumah, Agung Setyabudi ingat betul bagaimana motivasi para pemain timnas Indonesia.
Agung dan kolega pun bertekad meraih gelar pertama di Piala Tiger, apalagi bermain di depan publiknya sendiri.
Berita Kilas Balik Lainnya: Kilas Balik Piala Tiger 2002: Putu Gede Akui Timnas Indonesia Terlalu Percaya Diri
Akan tetapi langkah timnas Indonesia diawali dengan berat saat imbang 0-0 melawan Myanmar pada laga pertama Grup A.
Menurut Agung, hasil kurang baik itu terjadi karena Indonesia masih belum panas.
Grafik naik-turun dipertunjukkan timnas Indonesia di fase grup. Usai imbang lawan Myanmar, tim Garuda menggebuk 4-2 timnas Kamboja.
Namun demikian pada laga selanjutnya timnas Indonesia nyaris kalah dari Vietnam, beruntung Zaenal Arief bisa memaksakan skor imbang 2-2.
Pada laga terakhir fase grup, timnas Indonesia berpesta pora dengan menang 13-1 atas Filipina. Ini adalah kemenangan terbesar sepanjang keikutsertaan Indonesia di Piala Tiger/Piala AFF.
Indonesia berjumpa Malaysia yang lolos ke semifinal sebagai juara Grup B. Gol tunggal Bambang Pamungkas cukup untuk mengantar tim Merah Putih ke partai puncak.
Thailand sudah menunggu di partai final, Indonesia kembali berjumpa tim Gajah Putih setelah pada Piala Tiger 2000 juga berhadapan di laga terakhir.
Laga berjalan alot sepanjang 90 menit. Aksi susul-menyusul terjadi hingga waktu normal berakhir 2-2. Di babak tambahan pun kedua tim tak mampu mencetak gol.
Pertandingan harus dilanjutkan ke babak penalti. Di sinilah kegagalan Indonesia mencapai puncaknya.
Baca Juga: Kilas Balik Piala Tiger 2002: Indonesia dan Vietnam, Tim Paling Subur Tanpa Mental Juara
Dua dari empat eksekutor Indonesia gagal melaksanakan tugasnya, sementara Thailand hanya satu yang meleset. Thailand berhak menjadi juara setelah menang 6-4 atas Indonesia.
"Motivasi kami pengen juara Piala Tiger di Indonesia saat itu," ujar Agung Setyabudi kepada Skor.id, Senin (20/4/2020).
"Tapi kami kalah karena keberuntungan saja. Kalah adu penalti yang menurut saya kurang gentle," eks-pemain Arseto Solo itu menambahkan.
Melihat Thailand Sebagai Rival
Semangat untuk mengalahkan Thailand berlipat ganda setelah pada edisi sebelumnya Indonesia dibuat takluk 1-4 di partai final.
Agung Setyabudi menilai timnas Indonesia kala itu benar-benar memikirkan cara untuk mengalahkan Thailand.
Menurut Agung, tim lain kualitasnya di bawah Indonesia. Hanya Thailand yang seimbang atau satu tingkat di atas.
"Benar kami cuma melihat ke Thailand. Selain Thailand, tim lain kalah lawan kami. Tapi Vietnam juga bagus waktu itu," tutur Agung.
Baca Juga: Kilas Balik Piala Tiger 2002 : Timnas Indonesia Grogi dan Telat Panas
"Sayang kami hanya kalah penalti. Sebenarnya kami bisa mengimbangi Thailand, wong kami sudah benar-benar all-out," Agung mengatakan.
Soal eksekutor penalti, Agung mengungkapkan bahwa sebenarnya dia adalah penendang kelima timnas Indonesia.
Namun ia tak pernah menunaikan tugasnya karena dua eksekutor sebelumnya gagal berbuah gol.
Sepakan Sugiantoro mengenai mistar sedangkan lesatan Firmansyah melenceng dari sasaran.
"Itu (penalti) sudah kami latih sebelumnya. Selain itu juga ditawari, mau enggak menendang penalti. Ada juga yang enggak berani. Saya sendiri pilihan kelima," ucap Agung.
Ketegasan Ivan Kolev
Sosok Ivan Kolev di balik kemudi timnas Indonesia di Piala Tiger 2002 terkenal akan kedisiplinannya.
Bambang Pamungkas dalam blog pribadinya mengatakan Ivan Kolev sebagai pelatih "tak berprikemanusiaan" saking kerasnya dalam melatih pemain.
Hal itu juga diamini oleh Agung. Mantan kapten Persis Solo itu teringat satu momen saat berbicara tentang Kolev.
Baca Juga: Kilas Balik Piala Tiger 2002 : Timnas Indonesia Grogi dan Telat Panas
"Kolev pelatih yang enggak pandang bulu. Setiap jam 9 malam kamar setiap pemain ditelepon. Kalau tidak ada di kamar, pemain tersebut akan dihukum, kena denda atau enggak dimainkan," ucap Agung.
Agung mengaku pernah kena semprot Ivan Kolev. Penyebabnya, Agung bercanda yang kelewat batas dengan rekannya saat sesi latihan.
Namun lebih dari itu, Agung menilai Kolev adalah pemain yang tak memperlakukan semua pemain dengan sama. Tak ada anak emas.