- Persib Bandung menjadi juara Indonesia Super League 2014 dengan perjuangan yang tidak mudah.
- Mantan pemain Persib, Achmad Jufriyanto, menceritakan pengalaman unik yang ia rasakan bersama tim Maung Bandung.
- Jupe, sapaan Achmad Jufriyanto, mengisahkan perekrutan pemain asing dan laga paling tak terlupakan.
SKOR.id - Persib Bandung menjadi kampiun Indonesia Super League 2014, Achmad Jufriyanto mengisahkan perjalanan Maung Bandung menuju tangga juara.
7 November 2014 menjadi tanggal yang bersejarah bagi tim Persib Bandung.
Pasalnya, pada hari itu Persib berhasil merengkuh gelar juara Indonesia Super League 2014.
Itu adalah trofi liga pertama bagi Persib sejak terakhir kali diraih pada Liga Indonesia I 1994-1995.
Achmad Jufriyanto, bek yang menjadi bagian Persib kala menjadi juara, menuturkan kisah yang ia alami pada musim tersebut.
Jupe, sapaan Achmad Jufriyanto, bercerita banyak soal perekrutan pemain asing Persib dan pertandingan yang paling berkesan baginya.
Perekrutan pemain asing
Pada Indonesia Super League 2014, setiap tim diizinkan menggunakan jasa empat pilar impor, dengan komposisi tiga pemain asing non-Asia dan satu dari Asia.
Akan tetapi, Persib hanya memakai tiga pemain asing hingga musim tersebut berakhir.
Salah satu pemain asing yang merapat ke Persib adalah palang pintu dari Montenegro, Vladimir Vujovic.
Vlado menjalani musim pertamanya di Indonesia pada kala itu, Achmad Jufriyanto yang menjadi tandem di lini belakang menilai Vlado adalah pemain yang tepat didatangkan Persib.
"Ada cerita lucu waktu itu. Pernah waktu latihan, Pak Djadjang (Nurdjaman, pelatih Persib) agak sedikit jahil, dia nyuruh pemain untuk pakai kaki kiri, mungkin Pak Djadjang mau lihat long-passing dia dengan kaki kiri," tutur Achmad Jufriyanto kepada Skor.id.
"Tapi mungkin Vlado juga pintar kan, itu menunjukkan kalau Vlado ini termasuk stopper yang pintar. Jadi dia cuma membaca gestur pelatih seperti itu. Begitu bola dikasih sama Supardi, dia (Vlado) dorong bola ke kanan, dia long passing pakai kaki kanan. Suruh coba lagi, dia ulangi seperti itu," kata Jupe.
Tak perlu waktu lama, Vlado diberi kesempatan untuk tampil melawan tim Amerika Serikat, DC United, pada laga uji coba medio Desember 2013.
Pada pertandingan yang berakhir 2-1 untuk kemenangan Persib itu, Vlado tampil apik dan mampu meyakinkan tim pelatih dengan kemampuannya.
Jupe yang pada laga itu juga tampil, menjelaskan bahwa dirinya nyaman bermain dengan Vlado. Ia juga menilai Vlado piawai membaca permainan.
Perbedaan bahasa tak menjadi bagi Vlado. Ia juga cepat menyatu dengan pemain lokal yang ada di skuad Persib saat itu.
Walhasil, tak sampai seminggu setelah laga itu Vladimir Vujovic resmi disodori kontrak oleh Persib.
"Pertama kali datang waktu naik bus, Vlado bingung mau duduk di mana. Karena rata-rata sudah sepasang-sepasang duduknya. Akhirnya saya ajak duduk di samping saya," ucap Jupe.
"Saya mikirnya pemain ini kalau jadi kan akan berduet dengan saya. Jadi mulai dari hari pertama saya bangun chemistry, bahkan sejak dia masih trial," tutur pemain yang kini membela Bhayangkara FC itu.
Sementara untuk slot dua pemain asing Persib lainnya diisi oleh legiun asing asal Afrika, Djibril Coulibaly dan Makan Konate. Kedua pemain tersebut berada di bawah naungan agen yang sama.
Yang menarik, Persib pada awalnya hanya tertarik mendatangkan satu dari dua pemain tersebut.
"Dari cerita yang beredar, sebenarnya yang Persib mau itu Djibril Coulibaly. Tapi pihak dari agennya membuat syarat kalau mau Djibril harus bawa Konate," kata Jupe.
"Mau enggak mau Konate ikut direkrut Persib. Tapi ternyata Djibril kondisinya kurang baik selama satu musim, dan Konate justru di luar ekspektasi kami. Dia jadi tokoh sentral, kontribusinya lumayan besar buat tim," Jupe melanjutkan.
Djibril memang tak menunjukkan permainan terbaik selama bersama Persib. Namun, ada satu laga yang membuktikan bahwa Djibril adalah pemain penting.
"Meski dia cedera, dia tetap punya kontribusi. Contohnya pas kami lawan Barito Putera kami menang 2-0, dua gol dicetak Djibril dengan kondisi kaki dia yang cedera, tidak 100 persen. Itu luar biasa buat kami, poin away pula," tutur pemain 33 tahun itu.
Pada akhirnya, ketiga pemain asing tersebut menjadi bagian yang terbilang penting dalam kesuksesan Persib menjadi juara.
Vlado menjadi benteng pertahanan yang kokoh, Konate menjadi motor serangan, dan Djibril berkontribusi lewat gol yang ia ciptakan.
Mental juara Persib terlihat sejak fase grup
Jupe menilai skuad Persib Bandung kala itu diisi pemain-peman berkualitas. Namun, ada satu pertandingan yang membuat Jupe yakin timnya layak diunggulkan jadi juara.
Itu terjadi pada 13 April 2014, kala Persib menjamu Arema FC di Stadion Si Jalak Harupat, Soreang Kabupaten Bandung.
"Ceritanya agak unik waktu itu, mungkin satu jam sebelum kick-off kami terjebak macet di luar stadion. Untuk sampai ke stadion kami harus membelah alang-alang dengan berjalan kaki. Pas kami masuk, pihak Arema sudah pemanasan. Kami pun pemanasan seadanya, mungkin enggak sampai 15 menit," tutur Jupe.
Kondisi yang serbaberantakan berpengaruh pada permainan Persib Bandung. Pada interval pertama, Persib tertinggal akibat dua gol yang dilesatkan Samsul Arif pada menit ke-19 dan Gustavo Lopez pada menit ke-41.
Tapi keajaiban terjadi pada babak kedua, Persib menunjukkan perbaikan permainan hingga akhirnya berhasil comeback.
"Babak pertama kami tertinggal 0-2 di kandang, kacaulah pikiran dan situasi kami saat itu, tapi babak kedua kami bisa membalikkan keadaan dan menang 3-2. Nah dari situ saya yakin tim ini bisa juara karena mental kami bagus," ucapnya.
Djibril Coulibaly, Firman Utina, dan Makan Konate menjadi pahlawan Persib Bandung dengan tiga gol yang mereka cetak.
Detik-detik yang menentukan
Persib Bandung lolos ke babak 8 besar setelah menduduki peringkat kedua Grup Barat ISL 2014 .
Di babak 8 besar, Persib memuncaki klasemen Grup B mengungguli Pelita Bandung Raya, Mitra Kukar, dan Persebaya ISL.
Persib kembali berjumpa Arema pada babak semifinal, kali ini tim besutan Djadjang Nurdjaman berhasil menang 3-1 lewat babak tambahan.
Tim Maung Bandung pun berhak tampil di partai final dan menghadapi Persipura Jayapura di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang.
Pertandingan Persipura vs Persib berlangsung seru sejak menit pertama. Tim Mutiara Hitam unggul lebih dulu melalui Ian Louis Kabes pada menit kelima.
Gol bunuh diri Immanuel Wanggai pada injury time babak pertama membuat Persib menyamakan kedudukan menjadi 1-1.
Kondisi berat dialami Persipura ketika Bio Paulin mendapat kartu merah pada menit ke-45+2.
Persib yang unggul jumlah pemain sukses membalikkan keadaan lewat gol Muhammad Ridwan pada menit ke-52.
Namun, 10 menit jelang bubar Persipura memaksakan kedudukan imbang 2-2 berkat gol Boaz Solossa.
Pertandingan kemudian berlanjut ke babak tambahan, Persib menyusul bermain dengan 10 pemain setelah Vladimir Vujovic mendapat kartu merah pada babak pertama extra time.
Tak ada gol yang tercipta di babak tambahan hingga tim juara harus ditentukan melalui adu tendangan penalti.
Tiga dari empat eksekutor penalti Persipura sukses melaksanakan tugasnya, yakni Boaz Solossa, Yohanes Pahabol, dan Robertino Pugliara. Hanya Nelson Alom yang gagal menjaringkan bola.
Di kubu Persib, kelima algojo tak menemui halangan dalam eksekusi. Achmad Jufriyanto menjadi penendang terakhir yang menentukan gelar juara bagi Persib.
"Secara tim kami sudah disiapkan kalau terjdi adu penalti. Tapi orang-orangnya, pelatih punya algojo yang sudah ditunjuk," kata Achmad Jufriyanto.
"Kalau soal saya, saya enggak tau sudah dipersiapkan atau enggak. Tapi mungkin kalau Vladimir enggak kartu merah, mungkin dia yang menendang," Jupe menambahkan.
Jupe sempat ditanya oleh Djadjang Nurdjaman soal kesiapannya mengambil tendangan penalti. Pemain asal Tangerang, Banten, itu pun mengaku siap.
Jupe sadar beban berat ada di pundaknya. Jika eksekusinya berhasil, Persib bisa meraih gelar juara. Namun jika gagal, ia bisa mendapat hujatan dari suporter Persib yang terkenal militan.
"Pasti ada perasaan deg-degan. Cuma satu-satunya yang bisa menenangkan saya bahwa kalau saya enggak masuk, masih ada lagi penendang berikutnya," kata Jupe.
Dengan kegagalan penalti Nelson Alom, Persib memang unggul 4-3 atas Persipura. Jika penalti Jupe gagal, kondisi masih seimbang.
"Tapi itu satu di antara ribuan pikiran khawatir yang saya punya. Jadi itu saja yang menenangkan saya, yang lainnya misalkan kalau enggak masuk gimana, keluarga saya gimana, Persib gimana," tuturnya.
Selain bermodal keyakinan dan percaya diri, Jupe juga kerap mengeksekusi penalti di sesi latihan Persib.
Sudut kanan kiper menjadi andalan Jupe dalam mengeksekusi penalti. Itu tak ia ubah hingga ke partai final tersebut.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Kilas Balik Lainnya:
Kilas Balik Final Copa Indonesia 2007: Kala Ferry Rotinsulu Bikin Tiga Algojo Persipura Mati Kutu
Kilas Balik Galatama Edisi Pertama, Dibuka Menteri Orba tetapi Bukan Menpora
Kilas Balik Piala AFC 2013: Kontras Nasib antara Semen Padang dan Persibo Bojonegoro