SKOR.id – Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) terus mengembangkan pemanfaatan sport science dalam upaya meningkatkan performa atlet.
Ketua Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024 PBSI, M. Fadil Imran mengungkapkan bahwa upaya tersebut sudah mulai terlihat dari hasil turnamen yang diikuti para atlet di Benua Eropa.
“Sekarang trennya ke arah sana. Ada sport science, teknologi analisis video, database. Kita tidak boleh ketinggalan,” ujar Fadil.
“Talenta pemain adalah modal dasar. Ini harus dikembangkan dengan pendekatan yang modern, yakni penerapan sport science. Kita sudah mulai dan pelan tapi pasti kita lihat hasilnya di tour Eropa ini,” tambahnya.
Sejauh ini, Indonesia setidaknya mengamankan minimal satu gelar dari tiga turnamen yang telah dilangsungkan di Benua Eropa.
Gelar pertama direbut dalam turnamen Orleans Masters 2024 melalui ganda putri Meilysa Trias Puspitasari/Rachel Allesya Rose.
Sepekan kemudian, Indonesia sukses meraih titel juara umum dalam turnamen All England 2024 usai merebut dua gelar juara dan satu runner-up.
Jonatan Christie mampu keluar sebagai juara All England 2024 sektor tunggal putra usai mengalahkan kompatriotnya, Anthony Sinisuka Ginting.
Pencapaian Jonatan Christie disusul oleh Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang berhasil back-to-back juara di sektor ganda putra.
Terakhir, gelar juara dipersembahkan ganda putri Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto yang berhasil naik podium tertinggi di Swiss Open 2024. Prestasi Lanny/Ribka melengkapi pencapaian sebelumnya di Orleans Masters dan All England.
Fadil Imran melanjutkan, penerapan sport science nantinya menghasilkan pola latihan yang terukur dan tailor-made serta dapat dipantau secara real time.
“Kita tidak bisa lagi bilang, si A mainnya lagi jelek, si B tidak bugar. Ukurannya apa? Di sini pentingnya analisis performa menyediakan data kuantitatif dan real time. Ini penting karena jadwal turnamen yang padat sepanjang tahun,” Fadil menjelaskan.
“Atlet kita harus mendapat program latihan, bertanding, fisioterapi, nutrisi, dan recovery yang terukur sehingga penampilannya bisa stabil. Program itu dirancang per individu, karena tidak ada manusia yang sama,” tuturnya.
Menjelang perhelatan Olimpiade Paris 2024, PBSI pun melibatkan para pakar berpengalaman dari sejumlah kampus terkemuka untuk membantu mengembangkan pemanfaat sport science.
Seperti yang dilakukan Profesor Nicolaas C. Budhiparama, dokter spesialis orthopedi dan 1 traumatologi lulusan Universitas Leiden, Belanda.
Prof. Nicolaas dipilih PBSI menjadi direktur medis tim Olimpiade Paris 2024. Ia memimpin tim dokter, nutrisi, fisioterapi, dan masseur.
Pada bidang psikologi olahraga, PBSI menunjuk dua guru besar Psikologi Universitas Indonesia (UI), Profesor Hamdi Muluk dan Profesor M. Enoch Markum.
Keduanya dibantu oleh Lilik Sudarwati yang merupakan Ketua Ikatan Psikologi Olahraga (IPO).
PBSI juga mengajak M. Nanang Himawan Kusuma selaku dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, untuk menggawangi analisis performa.
“Tim Ad Hoc ini spirit-nya gotong royong, kolaborasi, dan soliditas. Saya bersyukur dan berterima kasih para pakar dan akademisi dari kampus bersedia terlibat,” lanjut Fadil.
“Saya berharap kolaborasi ini dapat menjadi cikal-bakal laboratorium dan PBSI dapat menjadi pelopor sport science di Indonesia.”
“Manfaat dan riset dan pengembangannya bisa dimanfaatkan oleh seluruh cabang olahraga. Tidak hanya untuk bulu tangkis. Pokoknya, untuk Merah Putih,” pungkasnya.