SKOR.id – Media sosial telah merevolusi lanskap komunikasi: sekitar 139 juta remaja (di sini didefinisikan sebagai generasi muda berusia 10 hingga 19 tahun) menggunakan Instagram dan 120,2 juta menggunakan Facebook di seluruh dunia pada tahun 2022
Orang-orang muda ini, yang terpaku pada layar ponsel, tablet, atau komputer, lebih cenderung minum alkohol, menggunakan narkoba, merokok, dan berpartisipasi dalam perilaku seksual berisiko. Itu terungkap dari hasil sebuah studi ilmiah baru-baru ini.
Misalnya, menghabiskan setidaknya dua jam sehari di media sosial melipatgandakan kemungkinan konsumsi alkohol, dibandingkan dengan konsumsi kurang dari dua jam sehari, para peneliti dari Mayo Clinic, Spanyol, melaporkannya dalam jurnal BMJ edisi 29 November 2023 lalu.
Remaja dan Penggunaan Jejaring Sosial
Hasilnya menunjukkan bahwa remaja sangat rentan terhadap penggambaran perilaku berisiko kesehatan di media sosial, seperti konsumsi alkohol atau pola makan yang tidak sehat, kata para peneliti.
“Perilaku eksperimental dan pengambilan risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masa remaja. Namun, mengingat perlindungan terhadap dunia digital masih terus berkembang, kehati-hatian mungkin diperlukan di sektor akademis, pemerintahan, layanan kesehatan, dan pendidikan sebelum risiko penggunaan media sosial oleh remaja meningkat,” demikian kesimpulan tim riset.
Dalam tinjauan tersebut, para peneliti Mayo Clinic menganalisis lebih dari 250 tindakan media sosial yang dilaporkan dalam 73 penelitian yang dilakukan antara tahun 1997 dan 2022, yang melibatkan 1,4 juta anak berusia 10 hingga 19 tahun. Riset ini berlangsung di Amerika Serikat (AS).
Kesimpulan
Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang sering atau setiap hari dikaitkan dengan peningkatan risiko penggunaan alkohol sebesar 48 persen, peningkatan risiko penggunaan narkoba sebesar 28 persen, dan peningkatan risiko merokok hingga 85 persen dibanding mereka yang jarang menjelajah jejaring sosial.
Media sosial juga tampaknya memengaruhi pilihan seksual remaja. Penggunaan media sosial yang sering atau setiap hari dikaitkan dengan peningkatan sebesar 77 persen dalam kemungkinan aktivitas seksual berisiko seperti sexting, seks transaksional, dan penggunaan kondom yang tidak konsisten. Demikian temuan para peneliti.
Penggunaan media sosial yang sering juga tampaknya meningkatkan risiko perilaku antisosial seperti penindasan, penyerangan fisik, dan perilaku agresif atau kriminal sebesar 73%, dan risiko perjudian hampir tiga kali lipat.
Variabel media sosial dikategorikan ke dalam waktu yang dihabiskan (misalnya, jam per hari), frekuensi penggunaan (misalnya, penggunaan harian, mingguan, atau keseluruhan), paparan terhadap konten yang menampilkan perilaku berisiko kesehatan (misalnya iklan alkohol di Facebook), dan aktivitas media lainnya (misalnya strategi mengelola kehadiran online).
Namun, para peneliti mengatakan diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui hubungan sebab akibat langsung antara penggunaan media sosial dan perilaku tidak sehat di kalangan remaja.
Mereka mencatat bahwa faktor lain, seperti perilaku orang tua, juga dapat mempengaruhi perilaku berisiko remaja.
“Artikel kami menemukan sebagian besar hubungan berbahaya antara penggunaan media sosial dan perilaku berisiko kesehatan remaja,” demikian kesimpulan para ahli.
“Namun, temuan ini sebagian besar didasarkan pada studi cross-sectional, menggunakan pengukuran penggunaan media sosial yang dilaporkan sendiri, dan memiliki risiko adanya perancu karena banyak faktor perancu yang belum disesuaikan.”
Dalam kesimpulan akhirnya, para peneliti mengungkapkan bila perilaku eksperimental dan berisiko merupakan bagian tak terpisahkan dari masa remaja.
Namun, karena perlindungan terhadap dunia digital masih terus berkembang, tindakan pencegahan mungkin diperlukan di sektor pendidikan, pemerintahan, kesehatan, dan lingkungan sebelum risiko penggunaan media sosial oleh individu dapat dipahami sepenuhnya, dalam hal ini para remaja.