- Soeratin Sosrosoegondo adalah sosok pemimpin PSSI berjiwa nasionalisme tinggi.
- Ia mempunyai visi dan misi bahwa kehormatan bangsa bukan cuma urusan perang senjata semata, tetapi juga bisa disalurkan melalui olahraga.
- Selama memperjuangkan sepak bola Nusantara, Soeratin Sosrosoegondo bahkan sempat merelakan pekerjaan utamanya sebagai pegawai perusahaan konstruksi Belanda.
SKOR.id - Ketua Umum pertama PSSI, Ir. Soeratin Sosrosoegondo, adalah sosok orang yang senang dalam urusan berorganisasi.
Ia dikenal sebagai sosok yang mempunyai nasionalisme tinggi. Tentu tujuannya dalam berorganisasi untuk kemerdekaan Indonesia, yang pada saat itu dijajah Belanda.
Pada awal 1930, Soeratin Sosrosoegondo mempunyai visi dan misi untuk menyatukan rakyat Indonesia.
Berita PSSI Lain: Sositet Habiprojo, Lokasi Bersejarah PSSI yang Rata karena Agresi Belanda
Ia berpendapat bahwa kehormatan bangsa bukan cuma urusan perang senjata semata, tetapi juga bisa disalurkan melalui olahraga yang pada saat itu sangat ramai digandrungi di benua Eropa, yaitu sepak bola.
Atas dasar ide itulah, pada 19 April 1930, dibentuk Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia (sekarang Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia/PSSI).
Soeratin Sosrosoegondo akhirnya melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh sepak bola pribumi di Solo, Yogyakarta, Magelang, Jakarta, dan Bandung.
Dalam kongres pertama di Societit Hadiprojo, Yogyakarta, yang diikuti tujuh pengurus klub pribumi, di antaranya VIJ Jakarta (Voetbalbond Indonesische Jakarta), BIVB Bandung (Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond), IVBM (Indonesische Voetbalbond Magelang), MVB (Makassar Voetbal Bond), SIVB (Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond), VVB (Vorstenlandsche Voetbal Bond), dan PSM (Yogyakarta), Soeratin ditunjuk sebagai Ketua Umum pertama PSSI.
Dalam sejarahnya membangun sepak bola Tanah Air, Skor.id merangkum lima fakta menarik lelaki yang wafat pada usia 60 tahun itu. Berikut paparannya:
1. Sang Istri Adik Kandung Tokoh Pergerakan Nasional
R.A Srie Woelan adalah sosok wanita yang selalu setia menemani perjuangan Soeratin dalam membangun sepak bola juga persatuan Indonesia.
Ya, istri Soeratin itu merupakan adik kandung tokoh pergerakan nasional, Dr. Soetomo. Soetomo dikenal sebagai tokoh penting yang berhasil mendirikan Budi Utomo, pada tanggal 20 Mei 1908. Tanggal itu pun diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
2. Dapat Gelar Insinyur di Jerman
Soeratin juga salah satu pemuda yang intelektual. Setelah tamat dari Koningen Wihelmina School (KWS) di Jakarta pada 1920, ia langsung melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.
Tepatnya, Soeratin melanjutkan pendidikannya di sekolah tinggi teknik di Hecklenburg, Jerman.
Pada perantauannya itu, tujuh tahun ditempuh Soeratin untuk menyelesaikan pendidikannya untuk mendapatkan gelar Insinyur Sipil. Setahun setelah lulus, Soeratin kembali ke Indonesia.
3. Mendirikan Perusahaan Konstruksi
Selesai menimba ilmu, dengan titel tersebut, Soeratin sebenarnya sempat bekerja pada sebuah perusahaan konstruksi Belanda di Yogyakarta, Bouwkunding Bureu Sitsen en Lausada. Ia menjadi satu-satunya orang Indonesia yang duduk dalam jajaran petinggi perusahaan tersebut.
Digaji tinggi sebesar 1.000 gulden, ia juga beberapa kali turut andil dalam membangun beberapa infrastruktur di Nusantara, seperti membangun jembatan dan gedung di Tegal dan Bandung.
Namun, karena kecintaannya dengan Indonesia khususnya untuk membangun sepak bola Tanah Air, ia rela untuk keluar dari perusahaan tersebut dan membangun usaha konstruksi sendiri di Yogyakarta.
Pada saat itu, hanya satu yang menjadi tujuan dari seorang Soeratin, yaitu agar Indonesia melalui olahraga sepak bola, tidak menjadi pecundang di antara sejumlah negara besar di dunia.
Hebatnya, penghasilan yang didapatkan perusahaannya tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tapi juga untuk membantu kas PSSI.
Hingga pada 1937, Soeratin pindah ke kampung halamannya di Bandung untuk mengembangkan usahanya tersebut.
Namun kehidupan Soeratin berubah total, setelah kediamannya di Bandung diobrak-abrik Belanda.
4. Anggota Tentara Keamanan Rakyat dengan Pangkat Terakhir Letkol
Soeratin juga dikenal sebagai pejuang yang aktif dalam Tentara Keamanan Rakyat (sekarang TNI) dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel (Letkol).
Berpangkat Letkol, dirinya pernah ditugaskan Markas Besar TNI di Yogyakarta untuk menguasai beberapa pabrik kopi dan teh guna dijadikan pabrik persenjataan atau mesiu sebagai perlengkapan melawan agresi Belanda.
Hingga akhirnya ia dipercaya jadi kepala pabrik senjata di Jawa Barat. Memang kariernya sebagai TKR itu tidak berlangsung lama.
Soeratin yang saat itu usianya sudah berkepala empat harus pensiun dari militer, tepatnya setahun sebelum agresi militer Belanda selesai.
Berita PSSI Lain: 90 Tahun PSSI: Kabar Terkini 7 Klub Pendiri PSSI, Satu Sempat Mati Suri
5. Hobi Bermain Catur dan Tenis.
Berdasarkan keterangan dari cucu Soeratin, Ratnaningdiah Indrawati Santoso, eyangnya itu memiliki kegemaran bermain catur.
Seperti dituliskan dalam buku Soeratin Sosrosoegondo Menentang Penjajahan Belanda dengan Sepak Bola Kebangsaan karya Eddi Elison (2013), bahwa Soeratin pernah menjuarai pertandingan simultan dengan banyak kemenangan.
Selain itu, Soeratin juga hobi bermain tenis.