- Sirkuit legendaris menjadi warna tersendiri dalam perjalanan panjang sejarah Formula 1.
- Beberapa di antaranya bisa kembali jika mampu meningkatkan keamanan.
- Lomba F1 di sirkuit legendaris menghadirkan atmosfer persaingan berbeda di antara para pembalap
SKOR.id – Banyak momen tercipta sepanjang penyelenggaraan Formula 1 (F1). Salah satunya sirkuit legendaris hingga membuat sebuah lomba jadi begitu ikonik.
Sayang, besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bisa menggelar F1 membuat pengelola kesulitan karena hal itu tak diimbangi dengan pemasukan yang mereka terima.
Imbasnya, tak sedikit sirkuit legendaris yang mundur sebagai tuan rumah. Mengutip dari Planetf1.com berikut 10 di antaranya:
1. Sirkuit Estoril (Portugal)
Sirkuit Estoril dibangun pada 1972. Namun, baru menggelar F1 pada 1984-1996. Selama fase itu, banyak momen besar tercipta di lintasan dan itu diingat sampai sekarang.
Saat jadi tuan rumah F1 untuk kali pertama, Niki Lauda mengamankan gelar ketiga sekaligus yang terakhir di Sirkuit Estoril usai unggul setengah poin atas Alain Prost.
Yang juga diingat publik adalah kemenangan pertama Ayrton Senna dalam F1 1985 di Sirkuit Estoril.
Berita Skorpedia Lain: Skorpedia: Stadion Sriwedari di Solo, Saksi Bisu PON I/1948
Selain itu, ada pula insiden bendera hitam untuk Nigel Mansell yang sangat terkenal lantaran mundur di pit lane usai melewatkan garasi.
Riccardo Patrese mengalami insiden mengerikan di Sirkuit Estoril, yakni terlempar ke udara setelah bertabrakan dengan Gerhard Berger pada F1 1992.
Pada F1 1996, Jacques Villeneuve menyalip Michael Schumacher dari sisi luar tikungan terakhir dan itu dikenang sebagai salah satu momen apik.
Kabarnya, F1 sedang berusaha mengembalikan Portugal dalam kalender balap. Tapi, bukan lagi di Sirkuit Estoril, melainkan Sirkuit Internasional Algarve.
2. Sirkuit Hockenheimring (Jerman)
Sirkuit Hockenheimring sejatinya belum lama menghilang dari kalender F1. Tapi, di sana, terdapat balapan yang luar biasa selama bertahun-tahun.
Memulai debutnya di F1 pada 1970, desain trek mampu menghadirkan tontonan menarik untuk fan. Dengan karakter stop and go, kemampuan pembalap sangat dituntut.
Sirkuit Hockenheimring di dominasi tiga sektor lurus dan di akhiri dengan tiga chiccane atau tikungan berkecepatan rendah dan satu berkecepatan tinggi.
Cuaca yang bisa berubah dengan cepat juga menambah sulit balapan Grand Prix (GP) Jerman hingga selalu dinanti pembalap dan fan.
Sayang, besarnya anggaran yang dibutuhkan untuk menggelar F1 di era modern, membuat pengelola Sirkuit Hockenheimring mundur dari kalender balap mulai tahun ini.
3. Sirkuit Clermont-Ferrand (Prancis)
Sirkuit Charade merupakan nama resmi dari Sirkuit Clermont-Ferrarnd. Dan, sudah dipastikan, para pembalap F1 tak akan lagi berlaga di sini.
Dalam sejarah F1, Sirkuit Clermont-Ferrarnd dianggap salah satu yang paling berbahaya. Selain dibangun di sisi gunung berapi, walau sudah tak aktif, venue ini punya 48 tikungan.
Jim Clark dari Lotus 25, menjadi pemenang pertama sekaligus yang terakhir di Sirkuit Clermont-Ferranf pada F1 1965 sebelum kembali pada 1969-1970, dan 1972.
Kemampuan pembalap sangat diuji di Sirkuit Charade. Tapi, setelah Jackie Stewart keluar sebagai pemenang pada F1 1972, lokasi ini menghilang dari F1.
4. Sirkuit Internasional Sepang (Malaysia)
Kurangnya minat dari masyarakat Malaysia dan sekitarnya untuk menyaksikan F1 membuat balapan F1 di Sirkuit Internasional Sepang menghilang dari kalender.
Minimnya pemasukan tak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh pengelola. Alhasil, lomba yang sudah dimulai dari 1999 itu dihentikan pada 2017.
Eddie Irvine yang memperkuat Ferrari, meraih kemenangan pada F1 1999. Sejak itu, Sepang tak pernah absen hingga Max Verstappen memenangi F1 2017 bersama Red Bull.
Cuaca yang berubah-ubah menambah nilai hiburan. Misalnya, Jenson Button yang menjejak podium pertama pada 2009 usai balapan dihentikan karena hujan lebat.
Dalam beberapa waktu terakhir, ada pembicaraan bahwa GP Malaysia di Sirkuit Internasional Sepang, bisa kembali.
5. Sirkuit Brand Hatch (Inggris)
Sirkuit Brands Hatch telah memperlihatkan banyak aksi di lintasan F1 antara 1964-1986 yang menjadi tuan rumah 12 GP Inggris dan dua GP Eropa.
Desain tikungan yang menurun di Paddock Hill Bend dianggap sebagai cara sempurna untuk memulai lomba. Sayang, untuk era modern trek ini dinilai sangat sempit.
Panjang sirkuit yang ikonik ini juga sangat pendek, hanya 3,9 km, hingga dianggap kurang sesuai untuk sebuah lomba.
Saat ini, F1 GP Inggris digelar di Sirkuit Silverstone. Namun, dalam situasi tidak pasti apakah bakal berlanjut atau tidak.
6. Sirkuit Osterreichring (Austria)
Sirkuit Osterreichring sebenarnya masih ada dalam kalender balap F1. Hanya, berubah menjadi Sirkuit Red Bull Ring, termasuk desain trek.
Kali pertama Sirkuit Osterreichring menjadi tuan rumah GP Austria adalah 1970 dengan tikungan berkecepatan tinggi mendominasi.
Hanya ada sedikit ruang untuk membuat kesalahan di tikungan yang melalui Pegunungan Styrian. Sirkuit Osterreichring memiliki panjang 5,9 km.
Berita Skorpedia Lain: Skorpedia: Mengenal Formula 1, Ajang Balap Mobil nan Kompleks
Sayang, venue ini hanya menggelar balapan hingga 1987 lantaran kurangnya fitur keamanan hingga membuat para peserta khawatir.
Usai berubah nama jadi Sirkuit Red Bull Ring, arena ini kembali ke kalender F1 2016. Desainer trek terkenal asal Jerman, Hermann Tilke, membuat sirkuit jauh lebih aman.
7. Sirkuit Watkins Glen (Amerika Serikat)
Pada 1959 dan 1960, GP AS mengalami kesulitan. Tapi begitu F1 digelar di Sirkuit Watkins Glen, tahun berikutnya, mereka seolah menemukan rumah hingga 1980.
Dengan karakter sirkuit yang cepat menjadikan lomba di Sirkuit Watkins Glen, penuh tantangan sekaligus sensasi tersendiri untuk para pembalap.
Sayangnya, lomba di Sirkuit Watkins Glen tergerus waktu lantaran faktor keamanan hingga tak memungkinkan kembali ke kalender F1.
8. Sirkuit Jalan Raya Adelaide (Australia)
Saat ini, F1 GP Australia berlangsung di sirkuit jalan raya, dengan mengambil salah satu kawasan di Albert Park, Melbourne.
Tapi, Negeri Kangguru tersebut memiliki sejarah pada era 90-an di mana menggelar F1 di Sirkuit Jalan Raya Adelaide.
Beberapa momen penting terjadi di sana, seperti perebutan gelar F1 1994 antara Michael Schumacher dan Damon Hill yang berakhir kontroversi.
Selain itu, momen bersejarah ketika Ayrton Senna membuat Alain Prost gagal meraih kemenangan pada balapan terakhirnya dalam F1 1993.
F1 1995 menjadi musim terakhir Adelaide menggelar balapan. Kini, GP Australia diselenggarakan di sirkuit jalan raya Albert Park.
9. Sirkuit Imola (Italia)
Ada banyak persaingan ketat yang terjadi di Sirkuit Imola, termasuk di dalamnya, insiden-insiden besar yang melibatkan pembalap ternama.
Salah satu yang paling diingat adalah kematian tragis Ayrton Senna dan Roland Ratzenberger pada F1 1994.
Sirkuit Imola juga menghadirkan kenangan untuk penggemar Michael Schumacher dan Fernando Alonso, tepatnya pada F1 2005 dan 2006.
Pada 2006, Sirkuit Imola mundur dari kalender balap F1. Meski begitu, peluang untuk kembali menggelar lomba jet dasar, sangat terbuka.
10. Sirkuit Nurburgring (Jerman)
Sirkuit Nurburgring identik dengan puncak kejayaan F1 di masa lalu. Tata letak aslinya memiliki panjang lebih dari 22,5 km dengan 160 tikungan.
Beragam rintangan diklaim tersaji di Sirkuit Nurburgring. Tapi, di sisi lain, dianggap sangat berbahaya hingga tak memiliki tempat dalam F1.
Atas dasar keselamatan pula, juara dunia F1 tiga kali, Sir Jackie Stewart, menyebutnya dengan istilah Neraka Hijau karena membahayakan.
Niki Lauda hampir kehilangan nyawanya dalam kebakaran hebat setelah mobil yang dikendarai menabrak dinding lintasan pada 1976.
Momen tersebut sekaligus menjadi penanda berakhirnya gelaran F1 di sana.
Nurburgring GP Strecke dibangun dan menjadi tuan rumah GP Jerman pada 1984. Berlokasi di sisi selatan Nordschleife, trek ini dianggap lebih aman.
Tapi, dalam sisi balapan, Nurburgring GP Strecke dinilai sama dengan pendahulunya, Sirkuit Nurburgring.