- Sebagai salah satu kekuatan bulu tangkis dunia, Indonesia punya banyak pemain dengan prestasi gemilang.
- Dari berbagai pebulu tangkis hebat yang pernah dimiliki Indonesia, beberapa di antaranya layak mendapat predikat terbaik sepanjang masa (GOAT).
- Berikut adalah GOAT bulu tangkis Indonesia untuk masing-masing nomor pertandingan.
SKOR.id - Sebagai salah satu kekuatan bulu tangkis dunia, Indonesia seolah tak pernah kehabisan talenta brilian dari cabang olahraga tersebut.
Dari masa ke masa, Indonesia selalu melahirkan pebulu tangkis hebat yang mampu meraih prestasi tingkat dunia.
Dalam rangka World Badminton Day pada Selasa (5/7/2022), Skor telah merangkum terbaik sepanjang masa alias Greatest of All Time (GOAT) yang pernah dimiliki Indonesia.
Pada artikel ini, status GOAT disematkan kepada wakil Merah Putih di masing-masing nomor pertandingan bulu tangkis. Berikut daftarnya.
Tunggal Putra: Taufik Hidayat
Indonesia punya banyak pemain tunggal putra dengan prestasi mentereng di berbagai era. Akan tetapi, status GOAT rasanya layak disandang oleh Taufik Hidayat.
Sebagai pebulu tangkis, prestasi Taufik Hidayat terbilang komplet. Ia hampir meraih segalanya di dunia bulu tangkis.
Dalam level dunia, Taufik pernah meraih medali emas Olimpiade (2004), juara dunia (2005), serta dua kali mengantar Indonesia meraih Thomas Cup (2000 dan 2002).
Pria kelahiran 10 Agustus 1981 tersebut juga pernah menyandang status tunggal putra nomor satu dunia pada awal milenium baru.
Selayaknya GOAT, Taufik Hidayat juga punya "signature" yang membuat sosoknya makin ikonik. Dalam hal ini, ia punya gerakan backand smash yang sangat khas.
Tunggal Putri: Susy Susanti
Rasanya tak sulit untuk menyematkan status GOAT tunggal putri Indonesia kepada sosok Susy Susanti.
Perempuan kelahiran 11 Februari 1971 itu pernah meraih medali emas Olimpiade (1992), Kejuaraan Dunia (1993), serta Piala Dunia (1989, 1993, 1994, 1996, dan 1997).
Dari turnamen beregu, Susy Susanti juga jadi bagian dari keberhasilan Indonesia menjuarai Uber Cup (1994 dan 1996) serta Sudirman Cup 1989.
Dalam suatu masa, Susy Susanti pernah begitu dominan dan menyandang status tunggal putri nomor satu dunia selama 181 pekan atau lebih dari tiga tahun.
Kehebatan istri Alan Budikusuma ini pun sudah diakui dunia. Ia bahkan sudah masuk dalam hall of fame bulu tangkis dunia pada 2004.
Ganda Putra: Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky
#ThrowbackThursday | #BadmintonIcons
This week’s Genius in Action stars Ricky Subagja and Rexy Mainaky ???????? get a rally going in a game during their heyday.
Can you tell the year? ???? pic.twitter.com/89YosXTe51— BWF (@bwfmedia) September 10, 2020
Sulit memilih GOAT ganda putra Indonesia. Namun, dari banyak duo hebat yang mewakili Merah-Putih, Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky adalah terbaik dari yang terbaik.
Selama bermain bersama, Ricky/Rexy pernah memenangi medali emas Olimpiade (1996), Kejuaraan Dunia (1995), serta Piala Dunia (1993, 1995, dan 1997)
Duo R juga mengantar Indonesia meraih quattrick juara Thomas Cup (1994, 1996, 1998, dan 2000). Sayang, mereka tak lagi ambil bagian saat Merah Putih juara edisi 2002.
Selain faktor prestasi, Ricky/Rexy juga dikenang berkat gaya main cepat dan ofensif yang kelak jadi dasar permainan ganda putra modern.
Nama Ricky Soebagdja dan Rexy Mainaky pun telah diabadikan dalam daftar hall of fame bulu tangkis dunia pada 2009.
Ganda Putri: Christina Finarsih/Lili Tampi
Sukacita Lily Tampi & Finarsih usai memastikan kemenangan INA atas CHN di final Uber Cup 1996.
Sejak itu Uber Cup belum mampir lagi ke Jakarta.
Foto: J. Sihombing pic.twitter.com/kHYEmg1kEV— Mohamad Susilo (@susilo) May 20, 2022
Salah satu era keemasan bulu tangkis Indonesia terjadi pada 1990-an. Saat itu, skuad Merah Putih memiliki sejumlah pemain berbakat dari kategori putra maupun putri.
Dari nomor ganda putri, Christina Finarsih/Lili Tampi jadi salah satu yang terbaik. Mereka memenangi Piala Dunia 1994 serta jadi bagian tim kala meraih Uber Cup 1994 dan 1996.
Jika dilihat dari pencapaian, prestasi Christina Finarsih/Lili Tampi sejatinya beda-beda tipis dengan Zelin Resiana/Eliza Nathanael yang merupakan rekan seangkatan.
Namun, Finarsih/Lili Tampi sedikit di atas karena pernah jadi runner up Kejuaraan Dunia 1995 berbanding Zelin/Eliza yang "hanya" meraih perunggu pada 1997.
Pada sisi lain, Finarsih/Lili Tampi yang tak pernah meraih medali Olimpiade membuat predikat GOAT ganda putri Indonesia untuk mereka masih terbuka untuk diperdebatkan.
Ganda Campuran: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir
Bisa dibilang, ganda campuran bukan nomor yang jadi andalan Indonesia untuk meraih prestasi. Namun, hal itu berubah setelah kehadiran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Ganda campuran Indonesia sejatinya mulai kembali disorot kala Liliyana Natsir berpartner dengan Nova Widianto. Mereka dua kali jadi juara dunia (2005 dan 2007).
Akan tetapi, prestasi yang lebih "lengkap" mampu diraih Liliyana Natsir saat berpasangan dengan Tontowi Ahmad mulai 2010 menyusul pensiunnya Nova Widianto.
Bersama Tontowi Ahmad, Liliyana Natsir kembali mencicipi gelar juara dunia pada 2013 dan 2017. Bahkan, Owi/Butet mampu meraih medali emas Olimpiade pada 2016.
Mereka pun tercatat sebagai ganda campuran pertama asal Indonesia yang dapat medali emas Olimpiade melebihi raihan perak Nova/Butet (2008) dan Tri Kusharjanto/Minarti Timur (2000)
Berita Bulu Tangkis Lainnya:
Update Ranking BWF Pekan Ke-27: Apri/Fadia Meroket, Fajar/Rian Tembus Top 5
Parade Foto: Tepok Bulu '22, Laga Bulu Tangkis Hura-hura yang Digarap Serius