- Terdapat beberapa derbi tim sekota yang terjadi di Indonesia.
- Tak jarang derbi-derbi itu sampai memakan korban karena rivalitas yang tinggi.
- Namun demikian, terdapat beberapa derbi tim sekota yang kini sudah punah.
SKOR.id - Derbi-derbi tim sekota kerap terjadi pada kompetisi sepak bola Indonesia, tetapi beberapa mulai berhilangan seiring dengan berkembangnya zaman.
Derbi merupakan salah satu pertandingan yang dinanti-nanti dalam pertandingan apapun termasuk sepak bola.
Dikatakan sebagai derbi karena biasanya pertemuan antara kedua tim memiliki nilai sejarah yang kental.
Beberapa tahun yang lalu, kompetisi sepak bola Indonesia banyak diwarnai dengan derbi-derbi tim sekota Mulai dari Jakarta sampai ke Papua.
Derbi-derbi tu tak jarang menimbulkan ketegagan antar klub maupun antar suporter.
Namun demikian, terdapat beberapa derbi panas di Indonesia yang saat ini sudah punah.
Berikut Skor.id meyajikan 5 derbi panas sekota di kompetisi sepak bola Indonesia yang kini sudah tiada.
1. Derbi Malang
Derbi Malang mempertemukan dua klub asal Kota Apel, yakni Arema Malang dan Persema Malang.
Derbi klasik ini muncul pada akhir tahun 90-an.
Pertemuan antara kedua tim kerap ditunggu-tunggu oleh publik Malang ketika keduanya masih berada di kasta teratas Liga Indonesia.
Namun, derbi ini sempat hilang pada tahun 2003-2005 karena Persema terdegradasi.
Pertemuan antara kedua tim kerap menghasilkan drama-drama di dalam dan di luar lapangan.
Para pemain tak jarang terlibat kericuhan karena panasnya tensi pertandingan.
Sayangnya, pada tahun 2014, Arema menjadi satu-satunya wakil Kota Malang di kompetisi kasta tertinggi Indonesia karena Persema dinyatakan sebagai klub amatir.
Kini duel antara kedua tim sudah tak terdengar lagi di Indonesia.
2. Derbi Jakarta
Derbi Jakarta mempertemukan antara dua klub Ibu Kota, yakni Persija Jakarta dan Persitara Jakarta Utara.
Derby ini sempat memanaskan persaingan kompetisi sepak bola Indonesia di era 2000-an. Tentunya ketika keduanya masih sama-sama berada di kompetisi kasta teratas.
Derby jakarta pertama kali digelar pada Rabu, 9 Desember 1987. Ketika itu Persija dan Persitara dipertemukan di Stadion Utama Senayan, Jakarta.
Kala itu, pertandingan berkesudahan dengan skor 1-1.
Sejak saat itu, kedua tim sama-sama memperebutkan gengsi status ibu kota. Setiap laga berjalan begitu panas dan dibumbui dengan militansi antar suporter.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu rivalitas ini mulai pudar, sebab saat ini hanya Persija saja yang bertahan di kasta tertinggi, sedangkan Persitara lebih sering berkompetisi di kasta kedua dan ketiga.
Bahkan pertemuan antara kedua tim terjadi 12 tahun yang lalu ketika keduanya masih berkompetisi di Liga Super Indonesia.
Kini, meskipun kedua tim tak pernah lagi saling bertemu, aroma rivalitas antar suporter kembali muncul sejak berdirinya Jakarta International Stadium yang digadang-gadang akan menjadi kandang Persija.
Pasalnya, lokasi JIS terletak di wilayah Persitara, yakni Jakarta Utara.
3. Derbi Tangerang
Derbi Tangerang mungkin menjadi salah satu derbi terpanas yang pernah ada di Indonesia.
Derbi ini mempertemukan dua klub kebanggaan warga Tangerang, yakni Persita dan Persikota.
Pada awalnya, Persita menjadi satu-satunya klub yang ada di Tangerang, tetapi pada tahun 1995, munculah Persikota karena adanya pemekaran Kota Tangerang.
Kondisi itu membuat para suporter dari Tangerang terbelah menjadi dua.
Setiap kedua tim saling bertemu,panasnya pertandingan tak terelakan. Terutama dari sisi suporter.
Suporter Persita yang bernama Benteng Viola kerap terlibat bentrokan dengan suporter Persikota, Benteng Mania.
Bahkan, tanpa adanya pertandingan kedua suporter kerap bersitegang satu sama lain.
Tak jarang bentrokan itu menimbulkan korban luka-luka bahkan sampai meninggal.
Sampai-sampai Majelis Ulama Indonesa (MUI) menerbitkan fatwa haram terhadap digelarnya laga Persita kontra Persikota.
Berkat adanya fatwa haram itu kericuhan antar kedua suporter pun perlahan mereda.
Hingga pada akhirnya rivalitas mulai tidak terlihat lantaran kedua tim sudah jarang bertemu.
Persita saat ini berada di Liga 1, sedangkan Persikota berada di kompetisi Liga 3.
4. Derbi Bandung
Derbi Bandung mungkin menjadi salah satu derbi yang sudah jarang sekali terdengar di telinga para pecinta sepak bola Tanah Air.
Sebab, Derbi ini sudah lama sekali tidak terjadi.
Derbi Bandung mempertemukan antara Persib dan Persikab.
Keduanya pernah saling berhadapan pada tahun 1996 dan tahun 2001.
Salah satu laga yang mungkin paling diingat adalah ketika Persikab mampu mengalahkan Persib pada 11 November 1999.
Ketika itu, Persib kalah dari Persikab dengan skor tipis 0-1.
Namun demikian, Derbi Bandung ini tidak terlalu bertahan lama karena dapat dibilang hanya Persib Bandung yang bertahan di kasta tertinggi Liga Indonesia.
Sebenarnya Derbi Bandung sempat mencuat lagi ketika muncul klub Pelta Bandung Raya yang dulunya bernama Pelita Jaya.
Namun, lagi-lagi derbi ini tidak berjalan lama karena Pelita Bandung Raya berganti-ganti nama sekaligus berganti homebase.
5. Derbi Surabaya
Berbeda dengan derbi-derbi sebelumnya yang mempertemukan dua tim. Derbi Surabaya justru terjadi karena adanya pertemuan dari tiga tim.
Tiga tim itu adalah Persebaya Surabaya, Mitra Surabaya, dan Assyabaab Salim Group Surabaya (ASGS).
Pada era Galatama, Mitra Surabaya sudah kerap bertemu dengan ASGS di era Galatama. Sedangkan Persebaya berada di kompetisi perserikatan.
Hingga pada akhirnya pada tahun 1994, Galatama dan Perserikata dilebur menjadi satu dan menghasilkan Divisi Utama Liga Indonesia.
Ketiga tim pun akhirnya bertemu satu sama lain.
Menariknya, ketiga tim itu mmiliki warna kebanggaan yang sama, yaitu hijau, dan memiliki kandang yang sama, yaitu Gelora 10 November, Surabaya.
Namun demikian, dapat dikatakan tidak ada rivalitas yang panas antar ketiga tim tersebut.
Bahkan kabarnya suporter dari ketiga tim itu orang-orang yang sama, tetapi memang pertandingan akan lebih banyak disaksikan ketika Mitra bertemu dengan Persebaya.
Sayangnya, Derbi Surabaya hanya bertahan beberapa tahun saja. Sebab, satu per satu klub itu mulai berjatuhan.
Mitra Surabaya mulai kesulitan finansial karena mengalami kergian, sedangkan ASGS harus terdegradasi.
Setelah terdegradasi, Salim Group selaku pemilik ASGS akhirnya turut membubarkan tim seiring dengan terjadinya krisis moneter yang melanda Tanah Air pada tahun 1997.
Kemudian pada tahun 1999, Mitra Surabaya pamit dari kompetisi kasta tertinggi karena terdegradasi. Sejak terdegradasi itu, Mitra Surabaya diambil alih oleh pengusaha asal Kalimantan Tengah, HB Sulaiman.
Akhirnya Mitra Surabaya pun berganti nama menjadi Mitra Kalteng Putra.
Sementara klub Surabaya yang masih bertahan hingga saat ini hanyalah Persebaya Surabaya.
Berita Skor 5 Lainnya:
Skor 5: Pelatih Futsal Karismatik dari Indonesia
Skor 5: GOAT Bulu Tangkis Indonesia dari Masing-masing Nomor
Skor 5: Kiper Timnas Indonesia yang Tampil di Piala Asia