- Christopher Rungkat mengomentari dihapusnya sistem zona di Davis Cup dua musim terakhir.
- Menurutnya, ini cukup menguntungkan pemain muda dari sisi pengalaman.
- Tapi di satu sisi, sistem zonasi ini dinilai tidak efisien.
SKOR.id - Sudah Dua edisi Davis Cup terakhir, Grup I dan Grup II tak lagi memakai sistem zona. Bahkan, seharusnya ini jadi musim ketiga jika saja tak ada pandemi Covid-19.
Sebagai catatan, gelaran Davis Cup yang berlangsung selama 2021 hanya melanjutkan turnamen yang terhenti pada 2020 gegara mengganasnya wabah corona.
Menurut pemain andalan Indonesia, Christopher Rungkat, ada plus-minus dihapusnya sistem zona di Grup I dan Grup II Davis Cup.
Keuntungannya, ini menjadi kesempatan bagi para pemain muda untuk menimba pengalaman lebih.
Dulu, setiap pemain Indonesia, terlalu sering hanya menghadapi pemain-pemain yang berasal dari kawasan Asia-Pasifik.
Kini, mereka dapat menjajal kekuatan pemain-pemain asal Eropa, Amerika Utara-Tengah-Karibia, maupun Amerika Selatan.
"Jadi ada bagusnya sistem zona ini dihilangkan dengan demikian ada kesempatan lebih bagi pemain muda menjajal pemain di luar Asia-Pasifik," kata sosok yang akrab disapa Christo ini.
"Ini tentu bagus buat mereka karena dapat menimba pengalaman lebih lagi."
Namun kerugiannya, tidak adanya sistem zona membuat gelaran Davis Cup tidak efisien.
Sebagai contoh, pada tahun lalu di pertandingan Grup II Davis Cup 2020, Indonesia harus berangkat ke Barbados hanya untuk menjalani pertandingan Davis Cup.
Tentu pemain harus melalui perjalanan beberapa hari sebelum sampai ke sana.
"Jadi cukup sayang ya, misalnya saja lawan Venezuela ini kami harus tandang," Christo mengungkapkan.
"Maka harus menempuh perjalanan berhari-hari untuk bisa mencapai ke sana."
Berita Tenis Lainnya:
Drawing Grup II Davis Cup 2022 zona Asia-Oseania, Christopher Rungkat Main di Laga Kedua
Cedera Pinggang, Langganan Tim Davis Cup Indonesia Ini Tumbang di Mandiri Tennis Open