<p><strong>SKOR.id</strong> – Kejutan besar terjadi di Pat Rafter Arena, Jumat (3/1/2025). Reilly Opelka mampu menyingkirkan peraih 24 gelar Grand Slam Novak Djokovic dari turnamen tenis Brisbane Internasional.&nbsp;</p><p>Petenis berpostur lebih dari 2 meter menang <i>straight set</i>, 7-6 (8-6), 6-3, atas Djokovic, yang merupakan unggulan pertama Brisbane International 2025 di perempat final.&nbsp;</p><p>Tentu tidak ada yang menyangka bahwa pada pertemuan pertamanya melawan salah satu petenis terbaik dalam sejarah, Opelka bisa meraih kemenangan. Namun, itulah yang terjadi di Brisbane.</p><p>Faktanya, Reilly Opelka saat ini berada di peringkat 293 dunia, jauh di bawah Novak Djokovic yang sekarang di posisi ketujuh. Kemenangannya pun otomatis tercatat dalam sejarah.</p><div class="raw-html-embed"><blockquote class="twitter-tweet"><p lang="en" dir="ltr">🇺🇸 Reilly Opelka (293) is the 2nd lowest ranked player to beat 🇷🇸 Novak Djokovic after his countryman 🇷🇸 Filip Krajinovic (319) at 2010 Belgrade<a href="https://twitter.com/hashtag/BrisbaneTennis?src=hash&amp;ref_src=twsrc%5Etfw">#BrisbaneTennis</a> <a href="https://t.co/4yZ9zrjg1F">pic.twitter.com/4yZ9zrjg1F</a></p>— TennisMyLife (@TennisMyLife68) <a href="https://twitter.com/TennisMyLife68/status/1875234564928630883?ref_src=twsrc%5Etfw">January 3, 2025</a></blockquote> <script async="" src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script></div><p>Atlet asal Amerika Serikat tersebut menjadi petenis peringkat terendah kedua yang mampu mengalahkan Djokovic pada sebuah pertandingan tenis profesional.&nbsp;</p><p>Sebelum Opelka, mantan petenis nomor satu dunia itu pernah ditaklukkan oleh lawan yang peringkatnya juga ada di luar 250 besar dunia, yakni Filip Krajinovic. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><p>Namun kekalahan mengejutkan tersebut terjadi 15 tahun silam atau pada musim 2010. Ketika itu, Novak Djokovic menyerah di perempat final Serbia Open dari Krajinovic yang ada di peringkat 319.</p><p>“Dia adalah pemain tenis terhebat yang pernah ada dalam olahraga ini. Faktanya, kami tidak rugi apa pun menghadapinya. Dia pemain terhebat sehingga Anda bisa masuk tanpa beban,” kata Opelka.&nbsp;</p><figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DEXUT7Uh-lc"></oembed></figure><p>“Anda akhirnya perlu mengambil lebih banyak risiko sebab itu satu-satunya kesempatan Anda. Jika Anda bermain di level normal atau bahkan di atas normal, dia tetap mampu mengalahkan Anda.”</p><p>Novak Djokovic sendiri mengapresiasi tinggi performa Reilly Opelka. Menurutnya, sang rival layak menang karena bermain sangat solid. Hal itu diungkapkannya melalui unggahan <i>story</i> di Instagram.</p><p>“Tenis yang luar biasa, Reilly. Benar-benar layak. Semoga beruntung,” tulis Djokovic menyertai foto dirinya memberikan selamat kepada Opelka atas kemenangannya.</p><p>Selanjutnya, di semifinal Brisbane International 2025, Opelka akan bertemu petenis asal Prancis, Giovanni Mpetshi Perricard, yang sukses menyingkirkan nama besar seperti Nick Kyrgios dan Frances Tiafoe. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/S29JmxNnQSI?si=tZIXn0clrRPwwL_1" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Petenis Reilly Opelka menyingkirkan unggulan pertama Novak Djokovic di babak perempat final Brisbane International 2025. 

Tennis

Reilly Opelka Jadi Petenis Peringkat Terendah Kedua yang Kalahkan Novak Djokovic

<p><strong>SKOR.id</strong> – Joao Fonseca menjadi buah bibir usai sukses menjuarai Next Gen ATP Finals akhir pekan lalu. Ia mampu menyamai pencapaian dua bintang tenis saat ini, Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz.</p><p>Fonseca meraih gelar Next Gen ATP Finals di Jeddah, Arab Saudi, (22/12/2024), pada usia 18 tahun. Umur yang sama seperti Sinner ketika menjadi kampiun edisi 2019 dan Alcaraz di musim 2021.</p><p>Petenis muda Brasil tersebut keluar sebagai juara berkat kemenangan atas Learner Tien dalam partai final, 2-4, 4-3 (10-8), 4-0, 4-2. Itu membuatnya tak sekalipun kalah dalam lima laga di turnamen. &nbsp;</p><p>Setelah mengamankan trofi Next Gen ATP Finals, Joao Fonseca mengungkap ambisi besarnya untuk dapat bersaing melawan Sinner dan Alcaraz.&nbsp;</p><p>Fonseca juga ingin mewujudkan mimpinya menjuarai turnamen Grand Slam serta menjadi Brasil pertama yang berstatus petenis nomor 1 dunia.</p><p>“Saya sangat bangga dengan diri saya. Namun, tentu saya ingin lebih. Impian saya adalah menjadi pemain nomor 1. Tapi sekarang, saya ingin lebih dulu menikmati momen dan bersyukur untuk tahun ini,” katanya.</p><figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DD5GvIEu_xr"></oembed></figure><p>Kesuksesannya di Jeddah membuat Joao Fonseca dibandingkan dengan Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz, yang sama-sama telah berhasil merengkuh beberapa trofi Grand Slam selepas menjuarai Next Gen.</p><p>“Ini tekanan bagus. Dengan memenangi Next Gen, artinya saya berada di jalur yang benar. Saya harap bisa melakukan hal yang sama atau bahkan lebih baik dari yang telah, sedang, dan akan mereka lakukan,” tutur Fonseca. &nbsp;&nbsp;</p><p>“Saya menantikan untuk bisa bertanding dengan mereka dan saya berharap mampu berkompetisi dalam laga-laga besar di Grand Slam. Itu yang ingin saya tuju,” atlet kelahiran Rio de Janeiro menambahkan. &nbsp;&nbsp;</p><p>Dan yang membuat momen Fonseca makin spesial adalah permainannya disaksikan langsung oleh Rafael Nadal. Petenis legendaris tersebut adalah salah satu inspirasi terbesar bagi sang bintang masa depan.</p><p>“Sebelum pertandingan, saya dapat kesempatan bertemu dan berbincang langsung dengan Rafa (Nadal), jadi saya terinspirasi juga darinya,” kata Fonseca.&nbsp;</p><p>“Saya ingin berterima kasih kepada Rafa karena telah berada di sini, dia adalah legenda olahraga ini, jadi sangat berarti bagi pemain muda seperti kami tampil di stadion dan disaksikan orang-orang luar biasa.” &nbsp;</p><p>Musim 2024 menjadi periode monumental dalam karier Joao Fonseca. Sebelum gelar Next Gen, ia berhasil menjuarai ATP Lexington Challenger di Amerika Serikat, Juli lalu. Serta tampil di kualifikasi Wimbledon dan US Open. &nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/q_-VIHsf8rw?si=TZba1IZ5Hnd4-aQi" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Setelah juara Next Gen ATP Finals 2024, petenis Joao Fonseca ingin bersaing dengan Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz di level tertinggi.

Petenis Muda Brasil Siap Ganggu Dominasi Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz

<p><strong>SKOR.id</strong> – Petenis Nick Kyrgios sangat vokal melontarkan kritik terkait kasus doping Jannik Sinner tahun ini. Dan ia kini mengincar pemain nomor satu dunia tersebut di Grand Slam Australian Open bulan depan.</p><p>Kyrgios sangat keras mengkritik Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) setelah menyatakan Sinner tidak bersalah atas kelalaian dua kali hasil tes dopingnya yang positif pada Maret 2024.</p><p>ITIA baru mengumumkan hal tersebut ke publik Agustus lalu. Banyak pihak merasa otoritas terkesan ingin melindungi pemain-pemain tertentu yang terjerat kasus doping.</p><p>Menurut Kyrgios, Sinner seharusnya dijatuhi sanksi berat meskipun zat terlarang clostebol masuk ke tubuh sang atlet akibat pijatan fisioterapis yang menggunakan semprotan steroid untuk mengobati luka dijarinya.</p><p>“Konyol, entah itu tak disengaja atau direncanakan. Anda dites dua kali dengan zat (steroid) terlarang…. Anda seharusnya tidak boleh bermain 2 tahun. Performa Anda meningkat,” tulis Kyrgios di media sosial <i>X</i>.</p><p>Petenis Australia tersebut juga blak-blakan mengkritik Jannik Sinner. Ia kesal karena juara dua kali Grand Slam asal Italia menempatkan dirinya sebagai korban dan mencoba mencari simpati penggemar.&nbsp;</p><p>“Begitu Anda tertangkap, Anda tidak bisa berlagak seperti korban. Bukankah Anda yang mempekerjakan tim Anda? Itulah yang membuat saya makin kesal,” tutur Kyrgios. &nbsp;</p><p>Nick Kyrgios yang bersiap <i>comeback</i> setelah menepi dua tahun akibat cedera lutut dan pergelangan tangan ingin sekali berhadapan dengan Sinner di lapangan. Ia berharap itu bisa terwujud di Australian Open 2025.</p><p>Jannik Sinner akan datang ke Melbourne sebagai juara bertahan Australian Open. Dan, bagi Kyrgios, itu momen tepat untuk memberinya mimpi buruk.&nbsp;</p><p>“Jujur saja, saya ingin tampil di sana dan sangat ingin melawan Sinner. Jika saya berhadapan dengannya di Australian Open, saya akan meminta semua orang di tribune menyerangnya,” kata Kyrgios.&nbsp;</p><p>“Saya akan membuatnya menjadi (pertandingan) heboh. Seluruh rasa hormat bakal sirna dan saya siap berusaha melakukan apa saja untuk bisa menang,” pungkasnya.</p><p>Sebelum Australian Open akhir Januari mendatang, Nick Kyrgios akan lebih dulu tampil di ajang ekshibisi World Tennis League 2024 di Abu Dhabi, 19-22 Desember ini serta turnamen Brisbane International 2025, di mana ia akan duet dengan Novak Djokovic di ganda putra.<span style="font-family:&quot;Calibri&quot;,sans-serif;"> &nbsp;&nbsp;</span></p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/PLHkBOsMyA4?si=G1K0V7XeOuzncR5i" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Petenis Nick Kyrgios adalah yang paling vokal mengkritik kasus doping pemain nomor 1 dunia Jannik Sinner.

Nick Kyrgios Ingin Beri Jannik Sinner Mimpi Buruk di Australian Open 2025

<p><strong>SKOR.id</strong> – Petenis Aldila Sutjiadi harus menjalani perawatan karena mengalami <i>sudden deafness</i> atau tuli mendadak. Hal ini diungkapkannya melalui unggahan di media sosial.&nbsp;</p><p>Dila mengatakan masalah tersebut dideritanya pada pekan lalu. Sudden deafness menyebabkan ia vertigo dan muntah. Alhasil sang atlet pun dibawa ke Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta Pusat.</p><p>“Dokter menjelaskan bahwa kondisi ini tidak memiliki penyebab yang pasti dan belum ada penyembuhan pasti juga. Saat ini, Dila sedang menjalani perawatan hyperbaric dan akupuntur, serta mengonsumsi obat-obatan dari dokter THT,” tulisnya dalam keterangan di Instagram.</p><p>Setelah mendapatkan perawatan medis, Aldila Sutjiadi mengaku keadaannya menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Tetapi perempuan 29 tahun ini masih perlu istirahat untuk bisa pulih 100 persen.&nbsp;</p><p>“Kondisi Dila sudah jauh lebih baik dibandingkan minggu lalu, namun pendengaran di telinga kanan masih bermasalah, dan keseimbangan tubuh belum sepenuhnya pulih,” Dila menuturkan.</p><p>“Karena itu, Dila masih disarankan untuk beristirahat dan melanjutkan perawatan yang dapat membantu pemulihan. Mohon doa dari teman-teman semua agar kondisi Dila bisa kembali normal dan bisa mempersiapkan diri untuk mengikuti turnamen pada tahun 2025.” &nbsp;</p><figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DDj1vDcPy20"></oembed></figure><p>Sebelum problem <i>sudden deafness</i>, petenis putri kebanggaan Indonesia ini mengalami cedera pergelangan tangan saat menjalani rangkaian turnamen tenis WTA di Cina sejak akhir September lalu.&nbsp;</p><p>Masalah tersebut membuat Dila terpaksa harus mengakhiri musim 2024 lebih cepat. Usai tampil di ajang WTA 1000 China Open dan Wuhan Open, ia lanjut bermain di Ningbo Open (WTA 500).</p><p>Selepas itu, Dila seharusnya melanjutkan musimnya dengan berlaga di Guangzhou Open (WTA 250) dan Hong Kong Open (WTA 250), yang berlangsung sepanjang Oktober. &nbsp;</p><p>Aldila Sutjiadi kini akan fokus pemulihan dan mempersiapkan diri menghadapi musim 2025 yang start pada Januari mendatang. Ia berharap bisa mewujudkan targetnya, yakni menjuarai turnamen Grand Slam serta tembus ranking 20 besar dunia.&nbsp;</p><p>Dila bermain di sektor ganda putri dan ganda campuran. Prestasi terbaiknya di Grand Slam adalah lolos ke babak semifinal ganda campuran, sebanyak tiga kali, masing-masing di French Open dan Wimbledon pada 2023 serta US Open 2024.&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/PLHkBOsMyA4?si=tswNfOeA2VaebZXR" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Petenis Aldila Sutjiadi harus dirawat di rumah sakit akibat menderita sudden deafness (tuli mendadak) pekan lalu.

Kondisi Aldila Sutjiadi Membaik Usai Alami Sudden Deafness

<p><strong>SKOR.id</strong> – Novak Djokovic siap berjuang memecahkan rekor Grand Slam di Australian Open 2025. Jika mampu, ia bakal menjadi petenis dengan raihan trofi terbanyak turnamen mayor.&nbsp;</p><p>Namun, itu bukan perkara mudah. Pasalnya Djokovic harus bersaing dengan rival-rival muda hebat seperti Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz, yang tampil luar biasa sepanjang 2024.</p><p>Mereka menjegal upaya Novak Djokovic menambah titel Grand Slam-ny musim lalu. Sinner menyingkirkan petenis 37 tahun itu di semifinal Australian Open dan Alcaraz mengalahkannya dalam final Wimbledon.</p><p>Kedua pemain tersebut sukses berjaya pada Grand Slam 2024. Sinner menjuarai Australian Open dan US Open, sedangkan Alcaraz jadi kampiun Wimbledon serta Roland Garros.</p><p>Musim 2024 menandai kali pertama Djokovic gagal meraih&nbsp; satu pun gelar Grand Slam sejak 2017. Meski demikian, ia berhasil mewujudkan mimpi meraih medali emas Olimpiade untuk Serbia di Paris, Prancis.</p><p>Selain para rival muda yang terus berprogres, Nole, sapaan akrab Novak Djokovic, juga bakal menghadapi sejumlah tantangan sepanjang 2025.</p><p>Jadwal padat, kebugaran, dan motivasi adalah beberapa di antaranya. Guna mengantisipasi yang pertama, Djokovic akan fokus mengikuti turnamen mayor atau Grand Slam dan event Masters 1000.</p><p>Tentu saja, target pertamanya adalah Grand Slam pembuka musim, Australian Open 2025, di Melbourne, pada 12-26 Januari. Nole bahkan merekrut Andy Murray sebagai pelatih.</p><p>Djokovic meminta Murray, yang adalah salah satu mantan rival beratnya, untuk membantu menghadapi Australian Open. Kombinasi ini telah membuat penggemar tenis antusias.</p><p>Satu tantangan besar lain bagi Novak Djokovic yakni menemukan motivasi lagi. Hal ini yang diungkapkan oleh pelatih tenis top Patrick Mouratoglou.</p><p>“Menguasai kembali Grand Slam adalah tantangan besar baginya sekarang karena tenis secara sensasional didominasi oleh Sinner dan Alcaraz. Merekrut Andy (sebagai pelatih) mungkin akan membantu Novak,” kata Mouratoglou dikutip dari <i>Tennis Majors</i>.</p><p>“Mereka selalu memiliki hubungan yang baik, sama-sama lahir pada tahun 1987 dan seusia, mereka telah saling berhadapan berkali-kali untuk waktu yang lama.”</p><p>“Saya meyakini yang dibutuhkan Novak hanyalah motivasi. Setelah merasa akhir Rafa (Nadal) sudah dekat, di awal 2024, dia tidak dapat menemukan motivasi lagi. Novak tidak kehilangan levelnya dalam dua bulan.”</p><p>“Motivasinya turun karena dia telah memenangkan pertarungan melawan Roger (Federer) dan Rafa, yang kini sudah pensiun. Dia meraih emas Olimpiade sebab itu satu-satunya yang belum diraih, jadi ada motivasi besar di sana.” &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><p>“Jadi dia membutuhkan motivasi seperti itu, pemicu emosional yang membuatnya ingin memenangkan segalanya, seperti yang telah dia lakukan sepanjang kariernya.” &nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/PLHkBOsMyA4?si=y41iHedflHrGJWb1" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Petenis Novak Djokovic akan berjuang untuk bisa kembali menjuarai turnamen Grand Slam setelah gagal melakukannya sepanjang 2024.

Sejumlah Tantangan Besar Menanti Novak Djokovic pada 2025

<p><strong>SKOR.id</strong> – Petenis Iga Swiatek menanggapi skandal doping yang baru-baru ini menjeratnya dengan kasus atlet-atlet lain. Menurut lima kali juara Grand Slam, sulit untuk membandingkan setiap perkara.</p><p>Seperti diketahui, Swiatek dinyatakan positif doping setelah hasil tes menyebutkan dirinya terkontaminasi zat terlarang trimetazidine pada Agustus lalu, menjelang Cincinnati Open 2024.&nbsp;</p><p>Hanya saja kasus tersebut baru diungkap Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) ke publik pekan lalu, di mana mantan petenis putri nomor 1 dunia itu dijatuhi suspensi larangan bertanding sebulan.&nbsp;</p><p>Hukuman terhadap Iga Swiatek tergolong ringan. ITIA beralasan mereka dapat menerima argumen sang atlet yang dianggap “tidak melakukan kesalahan atau kelalaian signifikan”.</p><p>Dalam pembelaannya, Swiatek menjelaskan bahwa trimetazidine masuk ke tubuhnya karena kontaminasi obat tidur nonresep yang biasa dikonsumsinya untuk mengatasi <i>jet lag</i> atau masalah insomnia.</p><p>Petenis kebangsaan Polandia tersebut dilarang bertanding sementara dari 12 September. Ia absen dari dua turnamen WTA 1000 di Beijing &nbsp;dan Wuhan sampai 13 Oktober.</p><p>Swiatek baru bermain lagi dalam WTA Finals di Riyadh, Arab Saudi, pada awal November usai suspensinya selesai, sebelum menutup musim 2024 dengan memperkuat negaranya di Billie Jean King Cup.</p><p>Doping yang menjerat Iga Swiatek bukanlah satu-satunya yang terjadi tahun ini. Sebelumnya, dunia tenis sudah dikejutkan dengan kasus serupa atas nama Jannik Sinner.</p><p>Petenis putra nomor 1 dunia tersebut bahkan dua kali dinyatakan positif doping ketika zat anabolic steroid clostebol ditemukan dalam tubuhnya pada Maret.</p><p>ITIA tidak memberi sanksi larangan bertanding kepada Sinner, sebab clostebol mengontaminasinya akibat obat yang digunakan fisioterapis sang atlet untuk mengobati luka di jarinya sebelum memijat.</p><figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DC6s5zIgSNH"></oembed></figure><p>Namun, Badan Anti-Doping Dunia (WADA) sudah mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrasi Olahraga (CAS). Artinya, Jannik Sinner belum benar-benar aman dari ancaman sanksi berat.</p><p>Penanganan kasus Swiatek dan Sinner memantik kontroversi karena ITIA tidak segera mengungkapnya ke publik. Mereka dianggap melakukan standar ganda, terkesan melindungi pemain-pemain top.</p><p>Inilah yang diprotes banyak pihak, termasuk Simona Halep. Mantan petenis putri nomor 1 dunia tersebut menilai ITIA tebang pilih dalam menangani kasus doping.&nbsp;</p><p>Ia membandingkan perkara Swiatek dan Sinner dengan kasusnya. Halep dinyatakan positif menggunakan zat doping darah Roxadustat di US Open 2022 dan diskors empat tahun pada September 2023.</p><p>Kemudian hukumannya direduksi menjadi sembilan bulan setelah banding Simona Halep diterima CAS. Ia mengkritik bahwa ketika dirinya dinyatakan positif, ITIA segera mengungkapnya kepada publik. &nbsp;&nbsp;</p><p>Iga Swiatek pun turut menanggapi kontroversi yang berkembang, bahwa ITIA dianggap memberi perlakuan berbeda untuk kasus doping pemain-pemain tertentu. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><p>“Saya tahu orang-orang merasa perlu secara otomatis membandingkan situasi seperti itu dengan (kasus) yang lain, yang sudah terjadi. Tetapi faktanya adalah masing-masing kasus tidak sama,” ujarnya dalam wawancara di stasiun televisi Polandia <i>TVN24</i>.</p><p>“Dan proses pembuktikan ketidakbersalahan juga akan berbeda. Sulit untuk membandingkan (kasus) saya dengan Sinner, dengan Halep, dengan Kamil Majchrzak, karena masing-masing dari kami kesulitan dengan masalah yang berbeda.”</p><p>Swiatek menambahkan jika pertanyaan konkret mengenai setiap masalah doping yang terjadi lebih tepat ditujukan kepada ITIA , selaku otoritas, alih-alih petenis.</p><p>“Nasib saya, sepreti nasib pemain lain (yang tersandung doping), ada di tangan mereka, dan mereka yang memutuskan bagaimana setiap kasus akan berakhir,” tutur Swiatek.&nbsp;</p><p>“Saya percaya prosesnya obyektif, bahwa semua dilakukan sesuai dengan regulasi dan tak seorang pun menghakimi pemain dengan cara ini atau itu karena posisinya. Namun, apakah benar demikian (perlakuannya berbeda), saya kira itu pertanyaan untuk ITIA.” &nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/KN2bB_EOj2I?si=OOTMcMVi3kCKIhKr" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Menurut Iga Swiatek sulit membandingkan setiap skandal doping yang menjerat para petenis, termasuk kasusnya.

Iga Swiatek Klaim Setiap Kasus Doping Tidak Sama

<p><strong>SKOR.id</strong> – Kasus doping Jannik Sinner memasuki babak baru. Petenis putra nomor 1 dunia ini kini masih menghadapi ketegangan untuk mengetahui apakah dijatuhi larangan bertanding dua tahun atau tidak.</p><p>Seperti diketahui, Sinner dinyatakan positif menggunakan steroid anabolik clostebol pada Maret lalu, tapi pengadilan independen menerima alasan bahwa ia terkontaminasi zat terlarang itu tanpa sengaja.</p><p>Clostebol dengan kadar minim ditemukan dalam tubuh Sinner sebagai akibat pijatan dari fisioterapis sang pemain, yang memakai semprotan mengandung steroid untuk mengobati luka di jarinya.</p><p>Namun Badan Anti-Doping Dunia (WADA) sudah mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), meminta agar petenis Italia itu dijatuhi skorsing hingga dua tahun.&nbsp;</p><p>“Menurut pandangan WADA, temuan ‘tak ada kesalahan atau kelalaian’ (dalam kasus Sinner) tidak benar berdasarkan aturan yang berlaku,” demikian bunyi pernyataan WADA.&nbsp;</p><p>“WADA meminta periode (sanksi) tidak boleh bermain antara satu dan dua tahun. WADA tidak mencari diskualifikasi atas hasil apa pun, kecuali yang sudah dijatuhkan oleh pengadilan tingkat pertama.”</p><p>Sidang CAS atas banding WADA tersebut tidak akan berlangsung sebelum Februari 2025. Ini artinya Jannik Sinner dapat tampil untuk mempertahankan gelar Grand Slam Australian Open pada Januari mendatang.</p><p>Namun, atlet 23 tahun tersebut berpotensi dilarang ikut tiga Grand Slam berikutnya, French Open atau Roland Garros, Wimbledon, dan US Open jika banding WADA berhasil.&nbsp;</p><p>Apabila itu terjadi, tentu saja akan menjadi pukulan telak bagi Sinner di saat kariernya tengah menanjak. Ia pun bisa kehilangan status sebagai petenis nomor 1 dunia karena tidak aktif bermain.</p><p>Jannik Sinner sendiri tidak menampik bahwa banding yang diajukan WADA cukup menyita perhatiannya. Namun, ia berusaha untuk tetap menjaga fokus pada hal-hal yang positif. &nbsp;</p><p>“Soal (banding) WADA, kita masih belum tahu apa-apa. Saya sudah berada di posisi ini tiga kali sepanjang tahun. Semuanya berjalan sangat baik, meskipun bermain dengan situasi ini jelas tidak ideal,” kata Sinner.</p><p>“Sedikit mengganggu pikiran. Terpenting adalah orang-orang yang mengenal saya percaya pada saya. Itu alasan saya terus bermain di level terbaik. Kadang hidup berjalan sulit dan Anda harus menghadapinya.” &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/ufl2LojeSQw?si=mZWBZezdPSL9Zt6F" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Sidang banding WADA atas kasus doping petenis putra nomor 1 dunia Jannik Sinner dijadwalkan sebelum French Open 2025.

Jannik Sinner Berpotensi Dilarang Ikuti Roland Garros, Wimbledon, dan US Open

<p><strong>SKOR.id </strong>- Petenis Spanyol, Carlos Alcaraz, meyakini dirinya bisa melengkapi koleksi gelar Grand Slam miliknya dengan menjuarai Australian Open</p><p>Sejauh ini, Carlos Alcaraz sudah menjuarai empat turnamen tenis Grand Slam sejak memulai karier profesionalnya pada musim 2018.</p><p>Petenis muda asal Spanyol tersebut mendapat gelar Grand Slam perdananya di US Open 2022 kala dirinya masih berusia 19 tahun.</p><p>Semusim berikutnya, Carlos Alcaraz sukses menjuarai Wimbledon 2023 usai memenangi duel lima set kontra Novak Djokovic di partai final.</p><p>Sedangkan pada musim 2024, mantan tunggal putra nomor satu dunia itu memenangi trofi di French Open serta mempertahankan gelar juara di Wimbledon.</p><p>Dengan kata lain, Carlos Alcaraz "tinggal" menjuarai Australian Open untuk melengkapi koleksi gelar turnamen tenis Grand Slam di kabinet pialanya.</p><div class="raw-html-embed"><a id="NOQoSRcITeBcecghVSt-bA" class="gie-slideshow" href="http://www.gettyimages.com/detail/1422964094" target="_blank" style="color:#a7a7a7;text-decoration:none;font-weight:normal !important;border:none;display:inline-block;">Embed from Getty Images</a><script>window.gie=window.gie||function(c){(gie.q=gie.q||[]).push(c)};gie(function(){gie.widgets.load({id:'NOQoSRcITeBcecghVSt-bA',sig:'Aollt-hVessV2ORCamvDh8zzghydR7JazoTvgFQGtms=',w:'594px',h:'395px',items:'1422964094,1548887843,2157129677,2162276649',caption: true ,tld:'com',is360: false })});</script><script src="//embed-cdn.gettyimages.com/widgets.js" charset="utf-8" async=""></script></div><p>Pemuda kelahiran El Palmar, Murcia tersebut pun meyakini bahwa dirinya suatu saat nanti bakal menjadi kampiun turnamen tenis Grand Slam di Melbourne.</p><p>“Saya yakin bakal jadi juara Australian Open, cepat atau lambat. Semoga saja itu terjadi pada tahun ini,” tutur Alcaraz.</p><p>“Bagi saya, sangat penting untuk melengkapinya (koleksi gelar Grand Slam) dengan memenangi turnamen yang masih tersisa (Australian Open).”</p><p>Pada sisi lain, menjuarai Australian Open dalam waktu dekat bisa membuat Carlos Alcaraz memecahkan rekor milik Rafael Nadal.</p><p>Rekor yang dimaksud adalah petenis tunggal putra yang paling cepat melengkapi gelar juara dari empat turnamen tenis Grand Slam berbeda.</p><p>Sekitar 14 tahun yang lalu, Rafael Nadal mampu "menamatkan" empat turnamen tenis Grand Slam saat berusia 24 tahun, tiga bulan, dan 10 hari.</p><p>Rafael Nadal meraih gelar Grand Slam perdananya di French Open 2005 sebelum menjuarai Wimbledon pada 2008 yang disusul Australian Open setahun kemudian.</p><p>Petenis yang baru saja memutuskan pensiun itu akhirnya melengkapi koleksi gelar Grand Slam dengan menjuarai US Open 2010.</p><p>Kans Carlos Alcaraz untuk memecahkan rekor milik Rafael Nadal pun terbilang cukup besar, apalagi dirinya masih berusia 21 tahun.</p><p>Kalaupun gagal menjuarai Australian Open pada tahun depan, Carlos Alcaraz masih berpeluang memecahkan rekor Rafael Nadal dengan menjuarai edisi 2026 atau 2027.</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/w0cSFhTHulM?si=y8kQmJo87jLUYGDz" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Sejauh ini, Carlos Alcaraz sudah mengoleksi 4 gelar grand slam yang diraih di US Open, French Open, dan dua kali Wimbledon.

Carlos Alcaraz Bertekad Lengkapi Gelar Grand Slam, Australian Open Jadi Keping Terakhir

<p><strong>SKOR.id</strong> – Skandal doping terjadi dalam dunia tenis sepanjang 2024 yang melibatkan dua nama top, Jannik Sinner dan Iga Swiatek. Kasus mereka memicu kontroversi karena penanganannya dinilai buruk.</p><p>Tak sedikit pihak, termasuk di kalangan atlet, mempertanyakan cara Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA), selaku otorita yang menangani kasus doping, dan merasa ada perlakuan berbeda untuk pemain top.</p><p>Kasus doping Sinner baru terungkap ke publik Agustus lalu. Petenis putra nomor 1 dunia tersebut dua kali dinyatakan positif menggunakan clostebol pada Maret.</p><p>Namun, ia tetap diizinkan bertanding sambil ITIA menyelesaikan penyelidikan. Akhirnya Sinner dibebaskan dari sanksi karena mereka menemukan “tidak ada kesalahan atau kelalaian” dari pihak pemain.</p><p>Pun demikian, Jannik Sinner belum sepenuhnya aman. Pasalnya Badan Anti-Doping Dunia (WADA) sudah banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Dan mereka mengajukan suspensi satu atau dua tahun.</p><p>Belum juga tuntas kasus Sinner, giliran Iga Swiatek yang tersandung doping. Hasil tes petenis putri nomor 2 dunia ini menyatakan dirinya positif trimetazidine. Sanksi yang diberikan ITIA tergolong ringan.&nbsp;</p><p>Swiatek, yang merupakan juara Grand Slam lima kali, hanya dijatuhi skorsing bertanding selama satu bulan. ITIA berargumen sang pemain “tidak melakukan kesalahan atau kelalaian signifikan”, seperti halnya Sinner. &nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><p>Banyak pihak mengkritik ITIA soal cara penanganan kasus Jannik Sinner dan Iga Swiatek. Mantan petenis Richard Gasquet mengatakan ada kebingunan tentang bagaimana kasus-kasus doping ditangani.&nbsp;</p><p>Menurut Gasquet, doping adalah sesuatu yang bisa terjadi dalam cabang olahraga apa pun, tak terkecuali tenis. Hanya saja persoalannya saat ini adalah standar penanganan dari otoritas berwenang. &nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><p>“Saya pikir semua olahraga pada suatu titik bisa memiliki kasus doping. Tenis termasuk. Dulu kerap terjadi dalam balap sepeda. Kini ada di tenis, segalanya mungkin terjadi,” kata Gasquet dikutip dari <i>La Depeche</i>.</p><p>“Yang membuat saya khawatir adalah kita (publik) tidak benar-benar memahami cara kerjanya. Anda baru tahu setelahnya. Umumnya ada tahapan persidangan, lalu hukuman yang dijatuhkan.”</p><p>Lebih lanjut empat kali semifinalis Grand Slam tersebut menjelaskan bahwa sekarang publik mengetahui semuanya di waktu yang bersamaan. Richard Gasquet mengatakan itu tidak normal dan tak sesuai standar.</p><p>“Saya kira kasusnya (Sinner) ditangani dengan buruk. Tiba-tiba Anda mendengar, ‘dia sudah diadili’. Lalu seperti tidak terjadi apa-apa. Peradilan olahraga benar-benar amatir,” tutur Gasquet.&nbsp;</p><p>Hal senada juga disampaikan mantan CEO Grand Slam Australian Open Paul McNamee. Ia berpandangan penanganan kasus doping Sinner dan Swiatek dilakukan secara ceroboh.&nbsp;</p><p>Menurut McNamee, yang juga mantan petenis, tidak ada transparansi dari ITIA atas kasus yang melibatkan dua petenis top ini. Dan ini bisa terus jadi sorotan selama Australian Open 2025, Januari nanti, di mana Sinner dan Swiatek akan bertanding. &nbsp;</p><p>“Jelas mereka punya aturan (soal doping). Saya hanya berpikir (jika) transparansi lebih awal dilakukan akan tepat. Saya ingin kasus-kasus ini cepat tuntas daripada terus berlarut Tapi kini justru muncul pertanyaan-pertanyaan,” kata McNamee. &nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/6zChQDfNZCE?si=C0aii0a9jyJYqX6k" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Penanganan kasus doping Jannik Sinner dan Iga Swiatek telah memunculkan kontroversi dalam dunia tenis.

ITIA Dinilai Ceroboh Tangani Kasus Doping Jannik Sinner dan Iga Swiatek

<p><strong>SKOR.id</strong> – Doping lagi-lagi menjadi topik hangat dalam olahraga tenis menyusul kasus teranyar yang menjerat Iga Swiatek. Pemilik lima gelar Grand Slam ini dinyatakan positif menggunakan zat terlarang.</p><p>Hasil tes Swiatek terbukti positif trimetazidine, zat yang ditemukan sebagai kontaminan dalam obat tidur melatonin yang dikonsumsinya. Akibat pelanggaran tersebut, ia dijatuhi skorsing satu bulan.&nbsp;</p><p>Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) memberi hukuman paling ringan terhadap tunggal putri nomor dua dunia itu karena menilai tidak ada kesalahan serta kelalaian signifikan yang dilakukan.</p><p>Tentu saja ini segera memicu kontroversi. Terlebih sanksi yang diberikan tergolong sangat ringan dan kasus Swiatek muncul tak lama usai petenis top lainnya, Jannik Sinner, juga dinyatakan positif doping.</p><p>Namun, bukan hanya Swiatek dan Sinner petenis elite berstatus juara Grand Slam yang pernah melanggar aturan doping. Beberapa nama besar pun pernah tersandung masalah memalukan tersebut.</p><p><strong>1) Iga Swiatek (2024)</strong></p><p>Kasus doping terbaru dalam yang menjerat pemilik gelar Grand Slam kembali terjadi setelah Iga Swiatek dijatuhi larangan bertanding satu bulan akibat terbukti positif TMZ atau trimetazidine.</p><p>Empat kali juara Grand Slam French Open dan sekali US Open tersebut dinyatakan positif sesaat sebelum Cincinnati Open 2024, Agustus lalu dan diskors sementara dari 12 September-4 Oktober.</p><p>Lalu Swiatek banding dan berhasil. Argumen atlet Polandia itu bahwa obat melatoninnya terkontaminasi trimetazidine diterima. Ini memungkinkannya kembali untuk tampil di WTA Finals dan Billi Jean King Cup.</p><p>Setelah divonis melakukan ‘kesalahan yang tidak fatal’ oleh ITIA, Iga Swiatek dijatuhi sanksi satu bulan. Dengan demikian, ia akan dapat bermain kembali&nbsp;pada awal musim 2025. &nbsp;&nbsp;</p><p><strong>2) Jannik Sinner (2024)</strong></p><p>Pada Agustus 2024 dunia tenis dikejutkan dengan kasus doping yang menimpa Jannik Sinner. Petenis putra nomor 1 dunia dua kali dinyatakan positif menggunakan steroid clostebol yang dilarang, Maret lalu.</p><p>Kabar tersebut muncul hanya beberapa hari sebelum Grand Slam US Open. Kasus Sinner baru terungkap belakangan usai sang petenis sukses banding dan akhirnya dinyatakan tidak bersalah oleh ITIA.&nbsp;</p><p>Juara Grand Slam Australian Open 2024 itu terbebas dari sanksi karena ITIA menilai kandungan clostebol masuk ke tubuh sang petenis tanpa sengaja saat dipijat oleh fisioterpisnya.</p><p>Namun Badan Anti-Doping Dunia (WADA) sudah mengumumkan banding atas putusan ITIA. Ini artinya Jannik Sinner masih berpotensi menghadapi hukuman berat.&nbsp;</p><p><strong>3) Simona Halep (2022)</strong></p><p>Simona Halep seperti tersambar petir saat karier tenisnya terancam setelah pada Oktober 2022 dinyatakan positif memakai obat anti-anemia roxadustat dalam Grand Slam US Open tahun itu.</p><p>Akibatnya, mantan petenis putri nomor 1 dunia asal Rumania tersebut diskors sementara dari olahraga. Pada akhirnya Halep dijatuhi sanksi berat, larangan bertanding selama empat tahun pada September 2023. &nbsp;</p><p>Juara Grand Slam French Open 2018 dan Wimbledon 2019 ini terus mengeklaim tes dilakukan usai dirinya menerima zat dari eks pelatihnya, Patrick Mouratoglou, dan mengajukan banding ke CAS, Februari 2024.</p><p>Perjuangan Simona Halep berbuah hasil. CAS mengurangi masa suspensinya menjadi sembilan bulan. Ia <i>comeback</i> di Miami Open pada Maret lalu, tetapi belum mampu mengembalikan performanya. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><p><strong>4) Maria Sharapova (2016)</strong></p><p>Maria Sharapova mengakui dirinya telah melakukan kesalahan besar sekaligus konyol usai terbukti positif menggunakan meldonium pada Grand Slam Australian Open 2016.&nbsp;</p><p>Sang petenis Rusia lupa mengecek daftar terbaru obat yang dilarang Badan Anti-Doping Dunia (WADA). Di dalamnya ternyata ada meldonium, obat jantung yang sudah dikonsumsinya selama satu dekade.</p><p>Sharapova awalnya dilarang bertanding selama dua tahun pada Juni 2016. Tetapi setelah banding ke CAS, sanksi untuk juara Grand Slam lima kali tersebut direduksi menjadi 15 bulan.</p><p>Mantan tunggal putri nomor 1 dunia kemudian kembali meramaikan persaingan pada April 2017. Namun, ia gagal tampil maksimal dan memilih pensiun akhir Februari 2020.</p><p><strong>5) Marin Cilic (2013)</strong></p><p>Marin Cilic membantah dirinya melakukan pelanggaran setelah dinyatakan positif memakai nikethamide, stimulan yang membantu fungsi pernapasan, dalam Munich Open pada 2013.&nbsp;</p><p>Petenis putra Kroasia tersebut mengeklaim zat terlarang itu terdapat dalam tablet glukosa yang dibawanya ke Prancis dan ITF menerima alasannya bahwa tidak ada kesalahan yang disengaja.&nbsp;</p><p>Namun federasi tetap mengganjarnya larangan bertanding selama sembilan bulan. Cilic, mantan petenis putra nomor tiga dunia, berhasil mengajukan banding untuk mengurangi skorsnya menjadi empat bulan.</p><p>Ia kembali mengikuti tur pada Oktober 2013. Kurang satu tahun setelah tersandung skandal doping, Marin Cilic meraih satu-satunya titel Grand Slam dalam kariernya, yakni US Open 2014.</p><p><strong>6) Martina Hingis (2007)</strong></p><p>C<i>omeback</i> dari pensiunnya pada 2005, karier Martina Hingis tidak berjalan mulus. Musim 2007, pemilik lima trofi Grand Slam sektor tunggal putri ini terbukti positif memakai zat terlarang benzoylecgonine.</p><p>Hingis lalu mengajukan banding atas keputusan ITF yang mencabut peringkat dunianya dan memberikan larangan bertanding selama dua tahun dari Oktober 2007, meski akhirnya ditolak.</p><p>Mantan petenis putri nomor satu dunia asal Swiss tersebut terus menyatakan dirinya tidak bersalah. Kasus Martina Hingis berubah lagi ketika hasil tes pribadi terhadap sampelnya negatif.</p><p>Pun begitu, ia memilih tetap gantung raket hingga pada musim 2013 kembali dari masa pensiun untuk kali kedua. Hingis sukses menyabet total 10 gelar Grand Slam di nomor ganda putri dan ganda campuran. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><p><strong>7) Petr Korda (1998)</strong> &nbsp;&nbsp;</p><p>Petr Korda merupakan juara Grand Slam Australian Open 1998. Selang beberapa bulan setelah merengkuh titel major pertama dan terakhirnya itu, petenis putra asal Ceko terbukti doping.</p><p>Korda dinyatakan positif menggunakan steroid nandrolone yang dilarang ketika tampil dalam Grand Slam Wimbledon 1998. Ia pun terlibat pertarungan legal dengan sejumlah otoritas.</p><p>Usai keluar-masuk pengadilan selama sembilan bulan yang melibatkan Federasi Tenis Internasional (ITF), Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), Pengadilan Tinggi Inggris, Korda akhirnya diskors selama satu tahun.</p><p>Sanksi mantan tunggal putra nomor 2 dunia tersebut aktif pada 1 September 1999. Namun, sebelum masa hukumannya dimulai Petr Korda gantung raket usai gagal dalam kualifikasi Wimbledon di tahun yang sama. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/ufl2LojeSQw?si=Hbs9fuJHaVzIhjPY" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Beberapa petenis top dunia dengan gelar Grand Slam ternyata pernah terjerat skandal doping dalam kariernya.

7 Petenis Juara Grand Slam yang Tersandung Kasus Doping, Iga Swiatek Masuk Daftar

Column 1

Column 2

Column 3

fb.svg

twitter.svg

instagram.svg

tiktok.svg

youtube.svg

Social Media

new log.svg

Column 4

Column 5

Column 6

Column 7

thumbnail_IMG_20240716_180209_682_3ff35bf453.jpg

IMG_20240716_180209_682_3ff35bf453.jpg

Sports Update

Tennis 365

tennis365.com

<p><strong>SKOR.id</strong> – Carlos Alcaraz akan mengarungi tahun baru ini dengan sebuah terobosan. Petenis putra nomor 3 dunia tersebut membuat penyesuaian pada raketnya untuk musim 2025.&nbsp;</p><p>Hal itu diungkapkan oleh anggota baru dalam tim kepelatihannya, Samuel Lopez. Ia menjelaskan bahwa Alcaraz telah melakukan perubahan raket signifikan, yang bisa memberikan keuntungan di lapangan.&nbsp;</p><p>Kendati sudah menjadi salah satu pemain tersukses dalam beberapa tahun terakhir, dengan raihan empat gelar Grand Slam, Carlitos, sapaan akrab Alcaraz, ingin terus berprogres.</p><p>Karena itu, petenis 21 tahun kebangsaan Spanyol tersebut tak segan-segan melakukan penyesuaian demi bisa tetap berada di performa terbaiknya dan tentunya meraih lebih banyak trofi di musim 2025.&nbsp;</p><p>Dalam wawancara dengan media Spanyol, <i>Marca</i>, Samuel Lopez mengonfirmasi Carlos Alcaraz bakal bertanding dengan raket yang lebih berat sepanjang 12 bulan ke depan.&nbsp;</p><p>Selama latihan pramusim, Carlitos pun sudah mulai beradaptasi dengan menggunakan raket Babolat yang bagian lehernya dirancang lebih berat lima gram daripada yang dipakainya tahun lalu.</p><div class="raw-html-embed"><blockquote class="instagram-media" data-instgrm-permalink="https://www.instagram.com/p/DDu1-O0OxAv/?utm_source=ig_embed&amp;utm_campaign=loading" data-instgrm-version="14" style=" background:#FFF; border:0; border-radius:3px; box-shadow:0 0 1px 0 rgba(0,0,0,0.5),0 1px 10px 0 rgba(0,0,0,0.15); margin: 1px; max-width:540px; min-width:326px; padding:0; width:99.375%; width:-webkit-calc(100% - 2px); width:calc(100% - 2px);"><div style="padding:16px;"> <a href="https://www.instagram.com/p/DDu1-O0OxAv/?utm_source=ig_embed&amp;utm_campaign=loading" style=" background:#FFFFFF; line-height:0; padding:0 0; text-align:center; text-decoration:none; width:100%;" target="_blank"> <div style=" display: flex; flex-direction: row; align-items: center;"> <div style="background-color: #F4F4F4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 40px; margin-right: 14px; width: 40px;"></div> <div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center;"> <div style=" background-color: #F4F4F4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; width: 100px;"></div> <div style=" background-color: #F4F4F4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; width: 60px;"></div></div></div><div style="padding: 19% 0;"></div> <div style="display:block; height:50px; margin:0 auto 12px; width:50px;"><svg width="50px" height="50px" viewBox="0 0 60 60" version="1.1" xmlns="https://www.w3.org/2000/svg" xmlns:xlink="https://www.w3.org/1999/xlink"><g stroke="none" stroke-width="1" fill="none" fill-rule="evenodd"><g transform="translate(-511.000000, -20.000000)" fill="#000000"><g><path d="M556.869,30.41 C554.814,30.41 553.148,32.076 553.148,34.131 C553.148,36.186 554.814,37.852 556.869,37.852 C558.924,37.852 560.59,36.186 560.59,34.131 C560.59,32.076 558.924,30.41 556.869,30.41 M541,60.657 C535.114,60.657 530.342,55.887 530.342,50 C530.342,44.114 535.114,39.342 541,39.342 C546.887,39.342 551.658,44.114 551.658,50 C551.658,55.887 546.887,60.657 541,60.657 M541,33.886 C532.1,33.886 524.886,41.1 524.886,50 C524.886,58.899 532.1,66.113 541,66.113 C549.9,66.113 557.115,58.899 557.115,50 C557.115,41.1 549.9,33.886 541,33.886 M565.378,62.101 C565.244,65.022 564.756,66.606 564.346,67.663 C563.803,69.06 563.154,70.057 562.106,71.106 C561.058,72.155 560.06,72.803 558.662,73.347 C557.607,73.757 556.021,74.244 553.102,74.378 C549.944,74.521 548.997,74.552 541,74.552 C533.003,74.552 532.056,74.521 528.898,74.378 C525.979,74.244 524.393,73.757 523.338,73.347 C521.94,72.803 520.942,72.155 519.894,71.106 C518.846,70.057 518.197,69.06 517.654,67.663 C517.244,66.606 516.755,65.022 516.623,62.101 C516.479,58.943 516.448,57.996 516.448,50 C516.448,42.003 516.479,41.056 516.623,37.899 C516.755,34.978 517.244,33.391 517.654,32.338 C518.197,30.938 518.846,29.942 519.894,28.894 C520.942,27.846 521.94,27.196 523.338,26.654 C524.393,26.244 525.979,25.756 528.898,25.623 C532.057,25.479 533.004,25.448 541,25.448 C548.997,25.448 549.943,25.479 553.102,25.623 C556.021,25.756 557.607,26.244 558.662,26.654 C560.06,27.196 561.058,27.846 562.106,28.894 C563.154,29.942 563.803,30.938 564.346,32.338 C564.756,33.391 565.244,34.978 565.378,37.899 C565.522,41.056 565.552,42.003 565.552,50 C565.552,57.996 565.522,58.943 565.378,62.101 M570.82,37.631 C570.674,34.438 570.167,32.258 569.425,30.349 C568.659,28.377 567.633,26.702 565.965,25.035 C564.297,23.368 562.623,22.342 560.652,21.575 C558.743,20.834 556.562,20.326 553.369,20.18 C550.169,20.033 549.148,20 541,20 C532.853,20 531.831,20.033 528.631,20.18 C525.438,20.326 523.257,20.834 521.349,21.575 C519.376,22.342 517.703,23.368 516.035,25.035 C514.368,26.702 513.342,28.377 512.574,30.349 C511.834,32.258 511.326,34.438 511.181,37.631 C511.035,40.831 511,41.851 511,50 C511,58.147 511.035,59.17 511.181,62.369 C511.326,65.562 511.834,67.743 512.574,69.651 C513.342,71.625 514.368,73.296 516.035,74.965 C517.703,76.634 519.376,77.658 521.349,78.425 C523.257,79.167 525.438,79.673 528.631,79.82 C531.831,79.965 532.853,80.001 541,80.001 C549.148,80.001 550.169,79.965 553.369,79.82 C556.562,79.673 558.743,79.167 560.652,78.425 C562.623,77.658 564.297,76.634 565.965,74.965 C567.633,73.296 568.659,71.625 569.425,69.651 C570.167,67.743 570.674,65.562 570.82,62.369 C570.966,59.17 571,58.147 571,50 C571,41.851 570.966,40.831 570.82,37.631"></path></g></g></g></svg></div><div style="padding-top: 8px;"> <div style=" color:#3897f0; font-family:Arial,sans-serif; font-size:14px; font-style:normal; font-weight:550; line-height:18px;">View this post on Instagram</div></div><div style="padding: 12.5% 0;"></div> <div style="display: flex; flex-direction: row; margin-bottom: 14px; align-items: center;"><div> <div style="background-color: #F4F4F4; border-radius: 50%; height: 12.5px; width: 12.5px; transform: translateX(0px) translateY(7px);"></div> <div style="background-color: #F4F4F4; height: 12.5px; transform: rotate(-45deg) translateX(3px) translateY(1px); width: 12.5px; flex-grow: 0; margin-right: 14px; margin-left: 2px;"></div> <div style="background-color: #F4F4F4; border-radius: 50%; height: 12.5px; width: 12.5px; transform: translateX(9px) translateY(-18px);"></div></div><div style="margin-left: 8px;"> <div style=" background-color: #F4F4F4; border-radius: 50%; flex-grow: 0; height: 20px; width: 20px;"></div> <div style=" width: 0; height: 0; border-top: 2px solid transparent; border-left: 6px solid #f4f4f4; border-bottom: 2px solid transparent; transform: translateX(16px) translateY(-4px) rotate(30deg)"></div></div><div style="margin-left: auto;"> <div style=" width: 0px; border-top: 8px solid #F4F4F4; border-right: 8px solid transparent; transform: translateY(16px);"></div> <div style=" background-color: #F4F4F4; flex-grow: 0; height: 12px; width: 16px; transform: translateY(-4px);"></div> <div style=" width: 0; height: 0; border-top: 8px solid #F4F4F4; border-left: 8px solid transparent; transform: translateY(-4px) translateX(8px);"></div></div></div> <div style="display: flex; flex-direction: column; flex-grow: 1; justify-content: center; margin-bottom: 24px;"> <div style=" background-color: #F4F4F4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; margin-bottom: 6px; width: 224px;"></div> <div style=" background-color: #F4F4F4; border-radius: 4px; flex-grow: 0; height: 14px; width: 144px;"></div></div></a><p style=" color:#c9c8cd; font-family:Arial,sans-serif; font-size:14px; line-height:17px; margin-bottom:0; margin-top:8px; overflow:hidden; padding:8px 0 7px; text-align:center; text-overflow:ellipsis; white-space:nowrap;"><a href="https://www.instagram.com/p/DDu1-O0OxAv/?utm_source=ig_embed&amp;utm_campaign=loading" style=" color:#c9c8cd; font-family:Arial,sans-serif; font-size:14px; font-style:normal; font-weight:normal; line-height:17px; text-decoration:none;" target="_blank">A post shared by Carlos Alcaraz Garfia (@carlitosalcarazz)</a></p></div></blockquote>
<script async="" src="//www.instagram.com/embed.js"></script></div><p>Menurut Lopez, Juan Carlos Ferrero, selaku kepala pelatih, ingin memaksimalkan tenaga dan kekuatan Alcaraz, dan itu berarti meningkatkan kecepatan dengan pukulan. Caranya denga menambah berat raket.</p><p>“Ini merupakan bantuan ekstra dalam memukul. Dengan akselerasi yang dimilikinya, dia bakal menambah kekuatan dan bobot bola,” Lopez menjelaskan.</p><p>“Dengan kualitas pukulannya, dengan raket yang lebih berat, cukup menyentuh bola di depan, Anda akan lebih bisa memanfaatkan kekuatan yang Anda miliki.”&nbsp;</p><p>Sebelumnya, Juan Carlos Ferrero mengungkapkan bahwa salah satu fokus pembenahan selama pramusim yakni servis Alcaraz. Ia ingin itu menjadi senjata lainnya sang anak asuh pada 2025.</p><p>Australian Open, 12-26 Januari 2025, adalah ‘medan tempur’ perdana Carlos Alcaraz tahun ini. Targetnya jelas untuk memenangi turnamen Grand Slam pembuka musim tersebut, demi melengkapi trofi mayor.</p><p>Sejauh ini, dari empat Grand Slam, hanya titel Australian Open yang belum direngkuh Carlitos. Tiga lainnya, yaitu French Open, Wimbledon, dan juga US Open sudah berhasil ditaklukkannya. &nbsp;&nbsp;</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/gMWbqLtnf48?si=SqgxQz4GPdvy8MiB" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Penggunaan raket dengan bobot lebih berat diyakini bisa maksimalkan kekuatan pukulan petenis Carlos Alcaraz. 

Raket Lebih Berat Jadi Senjata Carlos Alcaraz Hadapi Musim 2025

<p><strong>SKOR.id</strong> – Rafael Nadal memainkan pertandingan tenis terakhirnya pada 19 November 2024 saat turut memperkuat Spanyol di ajang Davis Cup. Setelah itu, ia gantung raket.&nbsp;</p><p>Nadal tak menyesali keputusannya untuk pensiun. Meski bukan perkara mudah, ia mengaku sangat siap mengakhiri kariernya yang terbentang lebih dari dua dekade.</p><p>“Saya sudah siap untuk itu. Penting bagi saya siap 100 persen. Satu setengah tahun terakhir sangatlah sulit karena saya tidak bisa berlatih dan berkompetisi secara rutin dan sesuai standar saya,” kata Nadal kepada <i>The National</i>.&nbsp;</p><p>“Saya 100 persen berdamai dengan diri sendiri sehingga saya mencoba yang terbaik sampai di hari terakhir. Saya pikir kini saya merasa puas dengan diri saya sendiri,” tambahnya. &nbsp;</p><p>Pun demikian, sekitar satu bulan setelah resmi pensiun sebagai petenis profesional, pemilik 22 gelar Grand Slam tersebut mengungkapkan satu penyesalan besar yang tak pernah berhasil diraihnya sepanjang karier.</p><p>Rafael Nadal menyebut ATP Finals sebagai satu-satunya turnamen prestisius yang disesalinya karena tidak pernah dapat dimenangkan dalam kariernya yang luar biasa.</p><p>Ia sebenarnya 17 kali lolos ke turnamen penutup musim yang mempertemukan delapan petenis putra peringkat teratas. Tetapi hanya 11 di antaranya yang diikuti Nadal. Selebihnya ia mesti absen akibat cedera. &nbsp;&nbsp;</p><p>Sepanjang penampilannya di ATP Finals, atlet 38 tahun tersebut dua kali mampu mencapai partai puncak, 2010 dan 2013. Rafa, sapaan akrab Nadal, takluk dari Roger Federer di final pertamanya lalu kalah lawan Novak Djokovic.&nbsp;</p><p>“Tentu saja saya ingin menjuarai ATP Finals sekali, itu mungkin satu-satunya turnamen penting yang tidak pernah saya menangkan,” Nadal menuturkan.&nbsp;</p><p>Rafa merasa sejumlah faktor membuatnya kesulitan untuk dapat merengkuh gelar ATP Finals. Kondisi fisik yang tidak 100 persen menjadi salah satunya.&nbsp;</p><p>“Saya sedikit kurang beruntung karena di akhir musim saya tidak berada dalam kondisi fisik terbaik, sering kali karena cedera,” ujar atlet kelahiran Mallorca, Spanyol tersebut.&nbsp;</p><p>“Lalu saya menghadapi lawan-lawan yang hebat dan saya memainkan semua ATP Final di lapangan indoor yang cepat, lapangan hard indoor, dan pada awal-awal karier di permukaan karpet indoor.”</p><p>“Namun tidak ada yang perlu dikeluhkan (tentang itu). Jika Anda bertanya (turnamen) apa yang ingin sekali saya menangi, tentu itu adalah ATP Finals. Saya punya peluang, saya tak dapat mengonversinya. Yah, tidak apa-apa,” pungkasnya.</p><p><strong>Rapor Rafael Nadal di ATP Finals:</strong></p><p><strong>2005:</strong> Mundur (cedera kaki kiri)<br><strong>2006:</strong> Semifinal (kalah vs Roger Federer: 4-6, 5-7)<br><strong>2007: </strong>Semifinal (kalah vs Roger Federer: 4-6, 1-6)<br><strong>2008: </strong>Mundur (cedera lutut)<br><strong>2009: </strong>Fase Grup (peringkat ke-4 Grup B)<br><strong>2010:</strong> &nbsp;Final (kalah vs Roger Federer: 3-6, 6-3, 1-6)<br><strong>2011:</strong> Fase Grup (peringkat ke-3 Grup B)<br><strong>2012:</strong> Mundur (cedera lutut kiri)<br><strong>2013: </strong>Final (kalah vs Novak Djokovic: 3-6, 4-6)<br><strong>2014: </strong>Mundur (operasi usus buntu)<br><strong>2015: </strong>Semifinal (kalah vs Novak Djokovic: 3-6, 3-6)<br><strong>2016:</strong> Mundur (cedera pergelangan tangan kiri)<br><strong>2017:</strong> Fase Grup (mundur karena cedera lutut)<br><strong>2018:</strong> Mundur (cedera perut)<br><strong>2019:</strong> Fase Grup (peringkat ke-3 Grup Andre Agassi)<br><strong>2020:</strong> Semifinal (kalah dari Daniel Medvedev: 6-2, 6-7 (4-7), 3-6)<br><strong>2022: </strong>Fase Grup (peringkat ke-4 Grup Hijau)</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/gMWbqLtnf48?si=Md8MsSVO0uWOMqKb" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Petenis legendaris Rafael Nadal ungkap penyesalannya karena tidak pernah berhasil menjuarai salah satu turnamen prestisius.

Rafael Nadal Ternyata Sisakan Satu Penyesalan Usai Pensiun dari Tenis

<p><strong>SKOR.id</strong> - Mantan petenis tunggal putri nomor satu dunia, Simona Halep, secara resmi menarik diri dari turnamen Grand Slam Australian Open 2025.</p><p>Hal itu dilakukan Simona Halep karena kondisi tubuhnya yang tak memungkinkan untuk bermain secara kompetitif dalam waktu dekat, termasuk untuk mengikuti babak kualifikasi Australian Open 2025.</p><p>Lewat sebuah <i>Instastories</i> yang diunggah Kamis (26/12/2025), petenis 33 tahun itu mengaku merasakan sakit di area lutut dan bahu usai tampil dalam laga ekshibisi di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.</p><p>Usai berdiskusi dengan tim medis, Simona Halep memutuskan absen dari Australian Open 2025 serta ASB Classic 2025 (WTA 250) yang dijadikannya ajang pemanasan sebelum tampil di Melbourne.</p><p>“Setelah bermain di Abu Dhabi, sayangnya saya Kembali merasakan sakit di area lutut dan bahu,” tulis petenis asal Rumania itu.</p><p>“Setelah berdiskusi panjang dengan tim, kami sepakat untuk menunda awal musim saya. Ini tentu saja bukan sesuatu yang saya inginkan.”</p><figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DC7_Lo_tvxN"></oembed></figure><p>Lebih lanjut, Halep menyampaikan ucapan terima kasih untuk penyelenggara ASB Classic 2025 dan Australian Open 2025 yang telah memberinya tiket <i>wild card</i>.</p><p>Pemilik dua gelar Grand Slam itu pun memohon maaf karena akhirnya tak bisa berpartisipasi dalam kedua turnamen tersebut.&nbsp;</p><p>Dengan demikian, Simona Halep harus menunda momentum <i>comeback</i>-nya di turnamen tenis Grand Slam setelah terakhir kali bermain di babak pertama US Open 2022.</p><p>Simona Halep sendiri sudah melewatkan delapan turnamen Grand Slam sepanjang musim kompetisi 2023–2024 usai tersandung kasus doping.</p><p>Petenis yang saat ini menduduki peringkat 877 WTA itu sebelumnya gagal melewati prosedur tes doping dalam ajang US Open 2022.</p><p>Alhasil, Halep mendapat hukuman larangan bertanding selama empat tahun yang berlaku sejak Oktober 2022. Ia pun mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).</p><p>Setelah menjalani rangkaian sidang yang panjang hingga awal 2024, masa hukuman Halep pada akhirnya dikurangi hingga menjadi sembilan bulan.</p><p>Simona Halep pun menandai <i>comeback</i>-nya di turnamen tenis kompetitif dengan mengikuti Miami Open 2024 (WTA 1000) pada Maret lalu.&nbsp;</p><p>Sayang, absen dalam waktu lama sangat memengaruhi performa Halep sehingga membuatnya tersingkir prematur di Miami Open 2024 dan beberapa turnamen yang diikutinya tahun ini.</p><p>Setelah memutuskan mundur dari ASB Classic 2025 dan Australian Open 2025, Simona Halep berencana untuk tampil di Transylvania Open 2025 (WTA 250) yang digelar awal Februari nanti.</p><p>Simona Halep pun berharap dapat tampil dengan kondisi maksimal dalam ajang Transylvania Open 2025 yang digelar di negaranya sendiri, Cluj-Napoca, Rumania.</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/PLHkBOsMyA4?si=5h4in5HTn3KsoiIB" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Simona Halep terakhir kali bermain dalam turnamen tenis Grand Slam saat tersingkir pada babak pertama US Open 2022.

Batal Ikut Australian Open 2025 karena Cedera, Comeback Simona Halep ke Arena Grand Slam Tertunda

<p><strong>SKOR.id</strong> - Untuk kali pertama dalam kariernya, Aryna Sabalenka bakal mengawali musim dengan status tunggal putri nomor satu dunia.</p><p>Aryna Sabalenka pun sudah tak sabar menatap musim 2025 di mana dirinya akan memulai aksinya di Brisbane International 2025 (WTA 500) mulai Senin (30/12/2024) nanti.</p><p>Petenis Belarus itu pun mengaku tengah berada dalam kondisi yang lebih segar usai menghabiskan masa libur kompetisi dengan tinggal di rumahnya yang ada di Florida, Amerika Serikat.</p><p>Setelah merasa cukup melepas penat dan rasa kangen di rumahnya, Aryna Sabalenka terbang ke Uni Emirat Arab untuk menjalani latihan pra-musim di Dubai maupun Abu Dhabi.</p><p>Sabalenka sendiri sudah tiba di Brisbane, Australia pada Selasa (24/12/2024) dan mengaku sudah berada dalam kondisi siap untuk berlaga.</p><p>“Saya merasa segar dan siap untuk beraksi. Saya cinta Australian dan selalu datang ke sini dengan rasa lapar. Saya bersiap sebaik mungkin,” tuturnya.</p><p>“Penonton sangat luar biasa di sini. Saya merasa dapat dukungan di sini dan saya pikir itu hal terbaik tentang Australia di mana orangnya amat sangat menyukai tenis.”</p><p>“Ketika mereka bersorak untuk Anda, Anda akan merasakannya dan saya mencintai hal tersebut,” Sabalenka melanjutkan.</p><figure class="media"><oembed url="https://www.instagram.com/p/DEBvZMczh1l"></oembed></figure><p>Pada edisi sebelumnya, Aryna Sabalenka tampil cukup apik di Brisbane International 2024 dengan meraih kemenangan di empat laga perdana tanpa kehilangan satu set pun.</p><p>Sayang, petenis 26 tahun tersebut gagal mengamankan gelar juara usai kalah 0-6, 3-6 dari Elena Rybakina (Kazakhstan) pada partai final.</p><p>Akan tetapi, kekalahan itu berhasil ditebus Sabalenka dengan meraih gelar juara di turnamen tenis Grand Slam Australian Open 2024 yang digelar di Melbourne.</p><p>“Saya punya banyak memori indah di Brisbane dan saya sudah tak sabar untuk bermain. Pada akhirnya, saya memang dapat hasil yang tak diinginkan tetapi saya akan mencoba yang terbaik tahun ini,” katanya.&nbsp;</p><p>“Saya bekerja keras untuk beberapa hal sepanjang pra-musim. Turnamen pertama sebelum Grand Slam adalah ajang di mana Anda bisa mencobanya (hasil latihan) dan melihat apa yang berhasil atau tidak.”</p><p>Saat ditanya apa saja hal yang harus ditingkatkan dari penampilannya di atas lapangan, Sabalenka mengaku jika dirinya masih perlu banyak peningkatan.</p><p>Salah satu hal yang ingin diperbaikinya adalah permainan <i>netting. </i>Bahkan, ia merasa servisnya belum terlalu baik dan perlu ditingkatkan.</p><p>“Saya pikir kuncinya adalah jangan fokus pada hasil akhir. Fokuslah kepada diri sendiri dan bagaimana caranya meningkatkan permainan,” tuturnya.</p><p>“Lakukan yang terbaik setiap Anda berada di atas lapangan. Pada dasarnya, hanya itu yang bisa Anda lakukan.”</p><p>“Kendalikan apa yang bisa Anda kendalikan, lakukan apa saja &nbsp;yang Anda bisa, dan lihat apa yang akan terjadi di akhir turnamen,” Aryna Sabelnka memungkasi.</p><div class="raw-html-embed"><iframe width="560" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/PLHkBOsMyA4?si=5h4in5HTn3KsoiIB" title="YouTube video player" frameborder="0" allow="accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture; web-share" referrerpolicy="strict-origin-when-cross-origin" allowfullscreen=""></iframe></div>

Meski berstatus tunggal putri nomor satu dunia, Aryna Sabalenka merasa masih banyak hal yang perlu ditingkatkan dirinya.

wtatennis.com

Aryna Sabalenka Antusias Sambut Musim 2025, Siap Awali Perjuangan di Brisbane

DISKORD kali ini membahas Liga 1 musim 2023/2024 sudah bergulir sebanyak 2 pekan. Mulai dari keputusan-keputusan wasit hingga review match di pekan sebelumnya. 


Liga 1 Baru 2 Pekan, Keputusan Wasit Banyak Dipertanyakan? - DISKORD

Indonesia akan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17, bertepatan dengan konser musik band internasional Coldplay di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Lantas, stadion mana yang akan dipilih menjadi venue Piala Dunia U-17? Apakah JIS? Simak obrolan lengkapnya di DISKORD episode kali ini. 

Raket Lebih Berat Jadi Senjata Carlos Alcaraz Hadapi Musim 2025

Raket Lebih Berat Jadi Senjata Carlos Alcaraz Hadapi Musim 2025

Rafael Nadal Ternyata Sisakan Satu Penyesalan Usai Pensiun dari Tenis

Batal Ikut Australian Open 2025 karena Cedera, Comeback Simona Halep ke Arena Grand Slam Tertunda

Aryna Sabalenka Antusias Sambut Musim 2025, Siap Awali Perjuangan di Brisbane

VIDEOS

TENIS

Reilly Opelka Jadi Petenis Peringkat Terendah Kedua yang Kalahkan Novak Djokovic

Petenis Muda Brasil Siap Ganggu Dominasi Jannik Sinner dan Carlos Alcaraz

Nick Kyrgios Ingin Beri Jannik Sinner Mimpi Buruk di Australian Open 2025

Kondisi Aldila Sutjiadi Membaik Usai Alami Sudden Deafness

Sejumlah Tantangan Besar Menanti Novak Djokovic pada 2025

Iga Swiatek Klaim Setiap Kasus Doping Tidak Sama

Jannik Sinner Berpotensi Dilarang Ikuti Roland Garros, Wimbledon, dan US Open

Carlos Alcaraz Bertekad Lengkapi Gelar Grand Slam, Australian Open Jadi Keping Terakhir

ITIA Dinilai Ceroboh Tangani Kasus Doping Jannik Sinner dan Iga Swiatek

7 Petenis Juara Grand Slam yang Tersandung Kasus Doping, Iga Swiatek Masuk Daftar