SKOR.id – Olimpiade Paris 2024 tidak akan lama lagi berlangsung, tepatnya pada 26 Juli sampai 11 Agustus 2024 mendatang. Pesta olahraga multicabang empat tahunan itu belum digelar namun sejumlah kontroversi mulai mencuat. Kali ini datang dari tim Olimpiade Amerika Serikat (AS).
Semua berawal dari seragam tim atletik AS yang sangat menyerupai baju renang. Hal itu tak pelak memancing kritik dari para atlet karena dinilai menjurus ke “seksis”— tindakan, ucapan, atau praktik yang memiliki nilai lebih tinggi pada satu jenis kelamin dan merendahkan jenis kelamin lainnya.
“(Desain) itu tidak menghargai wanita,” demikian komentar Lauren Fleshman, juara Amerika Serikat di nomor lari 5.000 meter 2006 dan 2010, menggambarkan seragam Olimpiade yang dirilis Nike untuk cabang olahraga atletik, belum lama ini.
Brand asal Oregon, AS, tersebut beberapa waktu lalu menghadirkan pakaian atletik yang akan dikenakan oleh tim Amerika, selain yang dikenakan oleh negara-negara lain seperti Jerman, Cina, Kanada, Uganda. Juga tim bola basket nasional seperti Korea Selatan, Jepang, dan Spanyol.
Kritik terhadap seragam tim track and field AS datang segera setelah model yang dipilih diterbitkan. Yang wanita menyerupai baju renang, tanpa lengan, dan berpotongan tinggi di bagian selangkangan.
“Atlet wanita pasti mencurahkan perhatian besar pada area kemaluannya jika mengenakan seragam seperti itu,” ucap Fleshman, kepada The Walt Street Journal.
“Apalagi di panggung dunia, ketika meluapkan ekspresi kemenangan usai melampaui batas, yang mana ia seharusnya tidak khawatir dengan setiap gerakan tubuhnya. Jujur, (pakaian) itu kurang menghormati atlet wanita.”
Colleen Quigley, yang turun di Olimpiade Rio 2016 dan menempati posisi kedelapan dalam 3.000 lari gawang wanita, juga menyuarakan sentimen ini.
“Mereka (seragam itu) sama sekali tidak dibuat untuk pertunjukan. Tubuh kita semua berbeda, dan rasanya konyol mengharapkan kita berkompetisi di level tertinggi olahraga kita tanpa seragam yang pas,” ujarnya.
Pun begitu, ada juga suara-suara yang mendukung seragam Tim Atletik Wanita AS tersebut. Sebut saja peraih emas lompat galah wanita Olimpiade Tokyo 2020 yang juga atlet Nike, Katie Moon.
“Saya ingin memperjelas dengan mengatakan bahwa apa yang ditunjukkan pada manekin itu mengkhawatirkan, dan membenarkan tanggapan yang diterimanya,” tutur juara dunia lompat galah 2022 dan 2023 itu.
“Tapi saya juga pernah melihat orang-orang berkomentar seperti, ‘Mengapa mereka tidak sekalian membuatkan seragam pria untuk wanita?’
“Saya suka orang-orang yang membela wanita. Tetapi kami memiliki setidaknya 20 kombinasi seragam yang berbeda untuk bersaing dengan semua atasan dan bawahan yang tersedia.”
Moon pun menambahkan penjelasannya lewat unggahan di Instagram. “Ketika Anda menyerang dengan mengatakan sesuatu seperti itu ‘seksis’ (jika itu adalah satu-satunya pilihan kami, maka itu akan terjadi), bahkan jika itu dengan niat terbaik. Anda pada akhirnya menyerang keputusan kami sebagai wanita untuk memakainya,” ucapnya.
“Kami memiliki pilihan untuk mengenakan apa. Jika Anda merasa lebih baik mengenakan karung kentang atau baju renang selama kompetisi, kami harus mendukung otonomi.”
John Hoke selaku Chief Innovation Officer Nike, mengonfirmasi kepada New York Times bahwa dua seragam tim atletik AS yang dihadirkan hanyalah salah satu dari beberapa pilihan yang akan tersedia bagi para atlet.
“Pilihan dan opsi para atlet adalah kekuatan pendorong USATF dalam proses perencanaan bersama Nike,” kata seorang juru bicara Badan Atletik Amerika (USA Track & Field/USATF).