SKOR.id – Musisi senior dan penulis lagu asal Jerman, Peter Schilling, tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Lagu yang dirilisnya pada 1983 telah “mengambil alih” lagu resmi Euro 2024.
Lagu Major Tom yang menular telah bangkit dan berkumandang di stadion di antara ribuan fans negara tuan rumah Jerman.
Lebih dari 40 tahun setelah ditulis, kisah seorang astronot yang terlupakan telah menyelaraskan negara yang terpecah (Jerman Barat dan Timur).
Lagu ini menangkap era optimisme baru yang menyelimuti tim sepak bola nasionalnya.
“Ini gila bagi saya,” Schilling, yang kini berusia 68 tahun, mengatakan kepada The Athletic, “karena saya tidak pernah menyangka lagu itu memiliki kekuatan seperti ini.
“Major Tom telah menjadi lagu olahraga sebelumnya. Ada tim hoki es, Mannheim Eagles, yang sudah menggunakannya selama bertahun-tahun.”
“Ketika Borussia Dortmund memenangkan Liga Champions pada 1997, para penggemar mereka juga menyanyikannya. Namun gelombang popularitas ini sungguh luar biasa; itu luar biasa bagi saya.”
Ketika pertama kali keluar, Major Tom (Vollig Losgelost) — menggunakan judul lengkapnya, bagian kedua diterjemahkan sebagai “Sepenuhnya Terpisah”.
Lagu ini kemudian menjadi nomor satu di Jerman, Austria, Kanada, Swiss, dan bahkan hingga Bolivia.
Iramanya yang tidak teratur adalah inti dari musik keren Jerman tahun 1980-an dan puluhan tahun yang dihabiskan untuk membuat soundtrack berbagai bagian budaya populer.
Mulai dari film Atomic Blonde hingga drama TV Breaking Bad dan Deutschland ’83, tidak mengurangi daya menularnya. Lagu ini masih mampu berbicara kepada generasi baru.
Schilling tumbuh sebagai penggemar Bayern Munchen. Ia terpesona oleh pemain ternama Jerman Barat saat itu, Franz Beckenbauer.
“Itu adalah keanggunannya. Dia seperti pesepak bola tipe baru,” ujarnya.
Schilling ketika itu juga sempat merajut mimpi menjadi pemain sepak bola. Ia sempat menjalani trial dengan VfB Stuttgart, klub lokal besarnya.
Ia berposisi sebagai penyerang yang bermain di sisi kiri dan sempat ditawari kontrak.
Tetapi Schilling juga mencintai musik. Hingga pada suatu titik, pada akhir masa remajanya, dia harus mengambil pilihan.
“Saya mendapatkan tawaran dari label rekaman di Stuttgart,” kata Schilling, seraya menyebut sepak bola Jerman terlalu banyak pesaing.
“Saya tahu perkembangan saya sebagai pemain sepak bola akan berakhir karena ada pemain lain yang datang dengan kecepatan yang sama dan juga memiliki teknik yang sangat bagus.”
“Saya memutuskan dari lubuk hati saya bahwa musik adalah hal yang penting, jadi itu adalah arah yang logis. Tapi itu baru permulaan dan butuh 10 tahun sampai saya mencapai tujuan saya.”
Dan kini, di tahun 2024, musik dan sepak bola kembali terjalin dalam dirinya. Jerman memainkan pertandingan grup kedua mereka di turnamen ini di Stuttgart.
Sebelum dan sesudah kemenangan 2-0 atas Hungaria yang memastikan lolosnya mereka ke fase gugur.
Sebanyak 50.000 orang di dalam stadion menyanyikan lagu refrain Major Tom bersama-sama, sehingga bergema di seluruh kota yang terbakar matahari. Begini syairnya:
Vollig losgelost (Terpisah sepenuhnya)
Von der erde (Dari Bumi)
Schwebt das raumschiff (Pesawat Luar Angkasa mengapung)
Vollig schwerelos (Sama sekali tidak berbobot)
“Yang banyak orang tidak tahu adalah, dulu saya menulis lagu itu sekitar 800 meter dari stadion tersebut,” kata Schilling.
“Jadi, saya menonton hari itu dan ada banyak hal berbeda yang terjadi. Pertandingan, Jerman menang. Orang-orang. Tempat dimana lagu itu ditulis.”
“Dan kemudian ada saya, duduk di depan TV. Inilah intinya. Itu sebabnya saya mulai membuat musik. Ini dia.”
Lagu-lagu telah menggambarkan semangat turnamen sebelumnya, misalnya Three Lions (Football’s Coming Home) di Euro 1996 Inggris dan Wavin’ Flag pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Tapi ini berbeda, Major Tom tidak ditulis untuk turnamen ini maupun Timnas Jerman. Itu bahkan tidak ada hubungannya dengan sepak bola.
Segala macam elemen harus bertabrakan pada saat yang tepat untuk menciptakan sebuah fenomena.
Awal Ketenaran Kembali Major Tom
Maret 2024 lalu, Adidas meluncurkan seragam Jerman baru dengan kampanye pemasaran yang sangat tajam dan sempurna, mempermainkan stereotip nasional.
Itulah awal dari menggemanya kembali lagu tersebut di Euro 2024. Lagu yang menyentuh hati.
Dan terpenting, kampanye Adidas tersebut menggunakan Major Tom karya Schilling sebagai soundtrack-nya.
“Adidas adalah dasar dari keseluruhan kesuksesan,” kata Schilling. “Tiba-tiba, para pendukung sangat menyukainya.”
“Seorang suporter Jerman bernama Max Kirchi membuat petisi online agar lagu tersebut menjadi musik tujuan tim nasional Jerman.”
“Dalam beberapa jam, 70.000 penggemar telah menandatanganinya,” kata Schilling.
Dalam petisinya, Kirchi menulis bahwa “Terlepas dari apakah Anda antusias dengan jersey tersebut atau tidak, semua orang bisa setuju bahwa lagu tersebut cocok dengan perasaan awal yang baru (untuk) tim nasional Jerman.”
Hingga tulisan ini dibuat, petisi tersebut telah ditandatangani lebih dari 300.000 orang. Kirchi menangkap suasananya.
“Tiba-tiba DFB mendatangi kami untuk menggunakan lagu tersebut karena mereka memperhatikan apa yang terjadi dengan para penggemar,” ujar Schilling.
“Seorang karyawan DFB mengatakan kepada saya bahwa selama 20 tahun kariernya di DFB, dia belum pernah melihat hal seperti ini.”
Deutsche Fussball-Bund (DFB) adalah Asosiasi Sepak Bola Jerman. Selama 10 tahun terakhir, hubungan mereka dengan masyarakat tidak mudah.
Sejak Jerman menjuarai Piala Dunia 2014 di Brasil, skandal, komersialisasi berlebihan, dan penampilan buruk Die Mannschaft telah membuat mereka dan para penggemar terpisah.
Jerman tersingkir pada babak penyisihan grup Piala Dunia berturut-turut pada 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar.
Itu adalah capaian terendah dalam sejarah bagi negara yang telah memenangkan empat Piala Dunia dan mencapai empat final.
Penonton televisi domestik Tim Nasional Jerman berkurang separuhnya di antara kedua turnamen tersebut, dari 22 juta menjadi hanya lebih dari 11 juta orang.
Masalah-masalah sosial yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan Piala Dunia 2022 di Qatar juga terlibat di dalamnya.
Banyak warga Jerman yang menuntut agar tim tersebut tidak ambil bagian sama sekali. Mereka tersingkir. Itu buruk. Segalanya menjadi lebih buruk.
Merangkul Major Tom telah menjadi cara bagi DFB untuk berhubungan kembali dengan para suporter Der Panzer dan menunjukkan bahwa mereka memberikan perhatian.
Mereka mengadopsi lagu tersebut sebagai musik tujuan mereka, “torhymne” mereka, pada bulan Maret 2024 lalu.
UEFA, badan sepak bola Eropa dan penyelenggara Euro, telah melarang Jerman untuk menggunakannya di turnamen tersebut.
UEFA bersikeras bahwa hanya lagu berlisensi resmi yang boleh digunakan, tetapi Major Tom tetap dimainkan sebelum dan sesudah pertandingan.
Lagu tersebut telah menggantikan Kernkraft 400 milik Zombie Nation yang telah digunakan sejak 2019. Schilling pun dengan senang hati memberikan izinnya.
“DFB mengatakan kepada saya bahwa ada jarak antara fans dan tim dan lagu itu dapat membantu mengubah itu dan membuat mereka jadi lebih dekat lagi,” katanya.
“DFB dapat menunjukkan kepada para pendukungnya: lihat, kami mendengarkan Anda, kepentingan Anda penting bagi kami.”
“Dan mereka bisa menunjukkannya melalui contoh lagunya. Jadi, saya melakukan sedikit hal untuk memberikan percikan awal pada cerita yang terjadi sekarang.”
“Saya sangat bangga bisa melakukan itu,” ujar Schilling.
Jerman dengan cepat mulai membaik. Kemenangan luar biasa atas Prancis dan Belanda dalam dua pertandingan persahabatan Maret lalu menciptakan momentum dan keyakinan di Euro 2024.
Ini merupakan turnamen internasional putra pertama yang diadakan di Jerman dalam 18 tahun.
Euro 2024 berpotensi menghasilkan euforia yang dibangkitkan oleh penyelenggaraan Piala Dunia 2006 ketika tuan rumah hanya menjadi semifinalis.
Faktor lainnya adalah perubahan jersey. Seragam kandang Jerman selalu berwarna putih.
Perubahannya secara tradisional berwarna hijau atau merah dan hitam. Namun versi tahun ini berwarna merah muda.
Dan, setelah dirilis, versi tersebut dianggap mewakili generasi penggemar baru dan sebagai perayaan Jerman yang modern dan beragam.
Beberapa tradisionalis mengamuk. Menurut mereka ini mirip dengan perang budaya.
Pada akhirnya, ini menjadi jersey tandang dengan penjualan tercepat dalam sejarah tim. Keberhasilannya telah memperdalam rasa pembaruan dan perubahan.
Major Tom dan Schilling terikat dengan optimisme itu.
Ketika skuad terakhir Jerman asuhan pelatih Julian Nagelsmann untuk Euro 2024 terungkap, DFB memutuskan mengumumkan banyak pemain yang dimasukkan secara individu.
Itu adalah langkah non-tradisional lainnya. Sekali lagi, itu populer.
Maximilian Mittelstadt, bek sayap Stuttgart yang performanya meningkat drastis musim lalu untuk mendapatkan tempat di tim Jerman, jadi simbol dari kebijakan seleksi baru yang lebih meritokratis.
Ia juga mencetak gol pertama yang menggunakan Major Tom sebagai musiknya dalam pertandingan melawan Belanda.
Schilling memfilmkan sketsa yang mengonfirmasi bahwa Mittelstadt telah masuk skuad Jerman di Euro 2024.
Bagi mereka yang bertanya-tanya tentang hubungannya dengan lagu David Bowie, Space Oddity, tahun 1969, yang juga memiliki astronot bernama Major Tom, Schilling sebenarnya terinspirasi oleh film Stanley Kubrick dari tahun sebelumnya, 2001: A Space Odyssey.
Seperti Bowie, Schilling sangat terpengaruh oleh film Kubrick dan ketika dia berbicara dengan The Athletic melalui Zoom, dia memiliki latar belakang galaksi bintang dan cahaya.
“Saya melihat tahun 2001 pada tahun 1970 dan itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya,” kata Schilling.
“Saya berusia 13 tahun ketika pendaratan pertama di bulan terjadi pada 1969. Saya ingat menontonnya di TV dan melihat orang-orang itu, yang begitu jauh, berjalan ke sana. Itu sangat menarik.”
Kedua lagu tersebut sangat berbeda. Begitu pula dengan dua Major Tom versi Bowie dan Schilling.
Dalam keduanya, dia adalah seorang astronot yang terputus dari Bumi dan melayang lebih jauh ke luar angkasa.
Bowie sedang menuju bencana tanpa menyadarinya. Anehnya, Schilling merasa optimistis dalam menghadapi malapetaka yang menurutnya tidak bisa dihindari.
Far beneath the ship the world is mourning,
They don’t realise he’s alive,
No one understands, but Major Tom sees
Now the light commands, this is my home
I’m coming home
Artinya kurang lebih:
Jauh di bawah kapal dunia sedang berduka,
Mereka tidak menyadari dia masih hidup,
Tidak ada yang mengerti, tapi Major Tom melihatnya
Sekarang lampunya memberi perintah, ini rumahku
Aku pulang
Lagu itu sendiri disatukan dalam beberapa bagian.
Setelah menikmati kesuksesan terobosan dengan single berjudul Only Dreams, Schilling terdorong untuk melangkah lebih jauh ke jalur kreatif tersebut.
“Saya memiliki riff gitar lama yang sudah saya lupakan,” katanya. “Saya telah menulis melodi dan melodi itu juga tergeletak di mana-mana.”
“Saya ingat menulis liriknya sekitar empat atau lima jam. Ketika semua disatukan, semua bagian kecil itu, semuanya berhasil,” ucapnya.
“Saat kami memainkannya pertama kali di studio, orang-orang meneteskan air mata. Saya tercengang dengan reaksi terhadap lagu tersebut."
Masyarakat Jerman sedang dalam masa transisi. Mereka sedang mengalami perubahan dan belum tentu dengan cara yang nyaman.
Dalam konteks itu, mungkin Major Tom menawarkan sesuatu yang familiar, penuh euforia, dan menenteramkan.
Atau bisa saja matahari sedang terbit, sepak bolanya bagus, dan Schilling menulis lagu yang sangat menarik. Untuk orang yang berbeda, alasan yang berbeda.
“Beberapa hal terjadi dan tidak direncanakan,” kata Schilling. “Saya senang merasakan kondisi ini."
"Anda tahu. Jutaan penulis lagu dari generasi ke generasi di seluruh dunia dan dari generasi ke generasi pasti ingin merasakan momen seperti ini dengan salah satu lagu mereka.”
“Dan saya memilikinya. Itu terjadi pada saya,” ucap Schilling, bangga.