- Budiman Yunus pernah dua periode membela Persib Bandung namun tak menghasilkan gelar juara.
- Budiman mengungkapkan suka duka yang ia lalui kala menjadi pemain Persib dan bermain bersama para senior.
- Asisten pelatih Persib itu mengungkapkan awalnya dia mendapat uang saku sebesar Rp50 ribu tiap kali latihan.
SKOR.id - Budiman Yunus menceritakan perjalanan kariernya sejak ditempa oleh Persib Bandung hingga menyeberang ke dua tim rival.
Satu-satunya tim besar di Liga Indonesia yang tidak bisa diberikan gelar juara oleh Budiman Yunus adalah Persib Bandung. Di Persib, Budiman benar-benar apes.
Berbeda kala dia mengusung Mastrans Bandung Raya dan Persija Jakarta. Kedua rival Maung Bandung itu diantarkannya ke podium juara.
Berita Persib Lainnya: Tangan Dingin Budiman Yunus Lahirkan Wonderkid di Persib dan Arema
Mastrans Bandung Raya menjadi juara Liga Indonesia II pada 1995-1996. Sementara Macan Kemayoran diantar jadi jawara Liga Indonesia VII/2001.
"Mungkin rezekinya memang di dua klub tersebut. Ketiga bergabung, kedua klub tersebut lagi di puncak prestasi," kata Budiman kepada Skor.id, Minggu (3/5/2020).
Sesunguhnya tim berjulukan Pangeran Biru bukan klub yang asing buat Budiman. Dua kali, Budiman menggunakan baju kebesaran Persib.
Kali pertama pada 1989. Kualitas teknik Budiman menarik pemandu bakat Persib untuk kemudian merekomendasikannya jadi bagian tim.
Perjalanan kariernya pun dimulai lewat polesan trio pelatih Persib Ade Dana, Dede Rusli, dan Indra Thohir. Di Subang, di kawah candradimuka Persib, Budiman ditempa dan dimatangkan.
"Semua sesi latihan saya ikuti. Engggak pernah sekali pun absen. Malu kalau kalah semangat sama para senior seperti Yusuf Bachtiar atau Sutiono Lamso," kata Budiman.
Sebagai junior, pria kelahiran Bandung, 5 Agustus 1972 itu memang harus punya semangat lebih. Jika tidak ia bakal terdepak, karena di luar banyak pemain menunggu panggilan.
"Di situ, ibaratnya saya berlatih dari nol. Saya belajar banyak dari pelatih dan pemain senior agar bisa mengimbangi mereka," Budiman bercerita.
Jatuh bangun, pahit getir, suka duka harus ditelan Budiman tanpa protes. Karena dia tahu, semua pemain inti merasakan apa yang dialaminya.
"Susah senang kami bersama. Bahkan kiper juga enggak protes tanpa pelatih kiper. Semuanya dibawa senang," ujar pemain jebolan UNI Bandung itu.
Begitu pun soal uang saku, Budiman tidak pernah memikirkan sama sekali. Sudah jadi anggota Persib saja sangat disyukuri olehnya.
"Zaman itu enggak ada gaji, apalagi kontrak, karena Persib tim amatir. Saya hanya terima uang latihan per hari Rp50 ribu," tutur Budiman.
"Tapi saya tetap happy dan bangga jadi pemain Persib. Bahkan dengan uang latihan itu, saya bisa bantu orang tua," Budiman menambahkan.
Kalau akhirnya Budiman menyebrang ke Bandung Raya pada Liga Indonesia perdana, itu bukan karena ia tidak cinta Persib.
Justru dia cinta Persib dan tidak bisa melupakan kebersamaan yang kuat di tim Maung Bandung.
"Bukan juga karena uang. Tapi karena kesempatan bermain sangat terbuka di Bandung Raya. Di Persib kesempatannya kecil karena banyak pemain hebat," Budiman melanjutkan.
Buktinya dia kembali lagi bergabung dengan Maung Bandung di Liga Indonesia VIII/2002.
Berita Persib Lainnya: Pelatih Persib Kecewa Berat Ajax Amsterdam Gagal Juara Liga Belanda
Adalah Deny Syamsudin, pelatih Persib kala itu, yang memintanya membantu Persib usai memberikan gelar juara bagi Persija.
"Ya, akhirnya saya kembali lagi ke Persib. Tapi sayangnya saya gagal memberi gelar juara buat tim yang sudah membentuk saya sejak muda," Budiman mengakhiri ceritanya.