SKOR.id – Petenis putra nomor 1 dunia Jannik Sinner dapat lampu hijau bermain di Grand Slam US Open 2024 yang dimulai pekan depan, meskipun baru saja diketahui positif menggunakan steroid anabolik.
Berdasarkan hasil dua tesnya pada Maret lalu, yang terungkap Selasa (20/8/2024), ditemukan zat terlarang clostebol dalam tubuh Sinner saat bertanding dalam turnamen Indian Wells Masters.
Clostebol adalah anabolik yang dapat membantu pertumbuhan otot seseorang. Walau hasil tes dopingnya positif, Sinner, yang baru juara Cincinnati Masters 2024, terhindar dari jerat sanksi larangan bermain.
Badan Integritas Tenis Internasional (ITIA) menerima alasan Jannik Sinner bahwa zat tersebut secara tidak sengaja masuk sistem tubuhnya lewat spray yang dijual bebas d Italia dan digunakan fisioterapisnya untuk mengobati luka kecil.
“Setelah berkonsultasi dengan para ahli, yang menyimpulkan bahwa penjelasan pemain (Sinner) kredibel, ITIA tidak menentang permohonan banding pemain untuk mencabut skorsing sementara,” demikian bunyi pernyataan ITIA.
ITIA kemudian melakukan investigasi, termasuk wawancara mendalam dengan Sinner dan timnya. Setelah mendengar penjelasan mereka, ITIA menerima bahwa pelanggaran dilakukan tanpa sengaja.
Kasusnya pun telah dirujuk ke pengadilan independen guna mempertimbangkan fakta spesifik, meninjau keputusan antidoping lain, menentukan kesalahan, jika ada, yang ditanggung pemain sehingga keputusan yang diambil tepat.
Sidang diadakan di Sport Resolutions pada 15 Agustus 2024, yang darinya pengadilan independen sudah menetapkan temuan Tidak Ada Kesalahan atau Kelalaian terjadi dalam kasusnya.
“Kami menanggapi setiap hasil tes positif dengan sangat serius dan akan selalu menerapkan proses ketat yang ditetapkan WADA,” ujar CEO ITIA Karen Moorhouse.
“Setelah penyelidikan, ITIA menerima penjelasan pemain soal sumber clostebol, dan bahwa keberadaan zat tersebut tidak disengaja. Hal ini juga diterima oleh pengadilan,” tambahnya.
Keputusan ITIA tentu memunculkan pertanyaan. Bahkan sejumlah pemain melontarkan kritik, merasa ada standar ganda yang berlaku karena Sinner adalah pemain top.
Mereka mempertanyakan mengapa petenis Italia tetap diizinkan bermain dan kasusnya tak dipublikasikan hingga 20 Agustus. Perlakuan ITIA dirasa berbeda misalnya dengan kasus doping Simona Halep.
“Saya tidak berhubungan dengan otoritas dan tak mengetahui aturan dan regulasinya dengan cukup jelas. Sepertinya ada banyak inkonsistensi ketika otoritas mengumumkan sesuatu ke publik dan ketika mereka merahasiakannya sedikit lebih lama,” ujar mantan petenis Barbara Schett.
“Saya kenal Jannik, dan saya percaya 100 persen dia tidak akan pernah melakukan apa pun terkait doping dengan sengaja. Tapi kemudian saya melihat (kasus) Simona Halep, Jenson Brooksby, yang tidak diizinkan bermain. Ada ketidakkonsistenan yang besar (dalam penanganan kasus).”
Denis Shapovalov, mantan tunggal putra ranking 10 dunia, menjadi salah satu yang bersuara terkait kasus Jannik Sinner. Ia mengkritik bahwa pemain nomor 1 tersebut menerima perlakuan Istimewa.
“Tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan para pemain lain yang disanksi karena terkontaminasi zat terlarang saat ini. Aturan yang berbeda untuk pemain yang berbeda,” tulis Shapovalov di media sosialnya.
“Sejujurnya, tidak ada hubungannya dengan Jannik. Ini tentang bagaimana mereka (otoritas) menangani setiap situasi secara berbeda, tergantung siapa pemainnya. Tidak adil beberapa pemain dilarang bertahun-tahun, sementara yang lain dapat bermain karena hal yang sama.”
Mantan petenis ganda putri Inggris Tara Moore membandingkan kasusnya dengan Sinner. Ia sempat harus menepi dari lapangan selama 19 bulan akibat gagal tes antidoping sebelum dinyatakan bebas tahun lalu.
“Saya kira hanya citra pemain papan atas yang penting. Saya rasa hanya pendapat pengadilan independen tentang pemain top yang dianggap valid dan benar. Namun, mereka mempertanyakannya dalam kasus saya. Tidak masuk akal,” kata Moore.
Satu lagi pemain yang buka suara mengkritik keputusan ITIA adalah petenis eksentrik asal Australia, Nick Kyrgios. Menurutnya, penanganan mereka terhadap kasus Jannik Sinner menggelikan.
“Konyol, entah itu tak disengaja atau direncanakan. Anda telah dites (positif) dua kali dengan zat terlarang (steroid). Anda seharusnya tidak boleh (bertanding) selama dua tahun,” tulis sang finalis Wimbledon 2022 via media sosial.