SKOR.id – Panitia penyelenggara Kejuaraan Bulu Tangkis Junior Asia 2024 mengaku sudah melakukan prosedur sesuai standar operasional (SOP) saat berusaha menyelamatkan mendiang Zhang Zhi Jie.
Zhang Zhi Jie merupakan pebulu tangkis muda asal Cina yang meninggal dunia usai kolaps di tengah laga pada Minggu (30/6/2024) malam.
Saat kejadian, Zhang sedang menghadapi Kazuma Kawano dari Jepang di pertandingan terakhir penyisihan grup yang berlangsung di GOR Amongrogo, Yogyakarta.
Broto Happy selaku perwakilan penyelenggara mengatakan pihaknya sudah bekerja seusai standar operasional prosedur dengan memberikan pertolongan pertama kepada Zhang, mulai dari perawatan di lapangan sampai ke rumah sakit.
Bahkan dalam penentuan rumah sakit yang dipilih, yakni Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Dr. S Harjolukito juga sudah sesuai dengan rekomendasi Badminton Asia.
Hal tersebut terkait jarak dan fasilitas yang tersedia serta sudah dicantumkan dalam prospectus dan disetujui oleh referee.
“Prosedurnya tim medis dan dokter turnamen segera masuk untuk memberikan pertolongan pertama setelah call dari referee. Ini merupakan aturan sesuai SOP dan guidelines yang berlaku di setiap turnamen bulu tangkis internasional dari BWF dan Badminton Asia,” ujar Broto.
“Tim medis masuk arena untuk melakukan pemeriksaan survei awal dan pertolongan awal sesuai prosedur. Setelah diberikan pertolongan pertama, dokter turnamen memutuskan untuk melarikan Zhang ke rumah sakit rujukan yaitu Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Dr. S Harjolukito yang berjarak 4,7 km dengan durasi 10 menit.”
“Hanya memerlukan waktu 1 menit 20 detik pada saat dokter pertama kali masuk lapangan hingga memutuskan untuk segera dibawa ke ambulans,” Broto menjelaskan.
Sementara itu, dr. Imam Muslim, Sp.JP, Waka RSPAU dr. S. Hardjolukito menyatakan bahwa korban mengalami penurunan kesadaran dengan pernapasan tidak adekuat dan langsung dibawa ke RSPAU Dr S. Hardjolukito.
Sesampai di UGD RSPAU dr. S. Hardjolukito, korban dilakukan assesment dan ditemukan tidak ada nadi dan tidak ada napas spontan sehingga dilakukan prosedur pertolongan medis Pijat Jantung Luar.
“Prosedur Pijat Jantung Luar disertai alat bantu napas dilakukan selama 3 jam, korban tidak menunjukkan respon sirkulasi spontan dan mulai timbul tanda kematian sekunder,” ungkap Imam.
“Tim medis telah menyatakan korban meninggal dunia pada pukul 20.50 WIB kepada pihak official tim Cina.”
Adanya permintaan dari tim ofisial Cina agar korban ditransfer ke RSUP Dr. Sardjito untuk kemungkinan dilakukan tatalaksana lebih lanjut.
Dr. dr. Nahar Taufiq, Sp.JP (K) , Tim Medis RSUP Dr. Sardjito mengungkapkan korban tiba di UGD RSUP Dr Sardjito dalam kondisi tidak ada napas, tidak ada nadi disertai dengan tanda kematian sekunder. Di UGD RSUP Dr Sardjito, korban tetap dilakukan tindakan resusitasi jantung paru selama 1,5 jam.
Akan tetapi tetap tidak ada respons sirkulasi spontan, sehingga tidak dilakukan tatalaksana penanganan lebih lanjut. Setelah dilakukan penjelasan kepada official team China maka tindakan Pijat Jantung Luar dihentikan pada pukul 23.20 WIB.
“Dengan demikian, kesimpulan pemeriksaan dan penanganan korban baik di RSPAU Dr S. Hardjolukito maupun RSUP Dr Sardjito menunjukkan hasil yang sama yaitu korban mengalami henti jantung mendadak,” ujar Nahar.
Saat ini jenazah masih berada di Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito. Menunggu orang tuanya datang dari Cina. Proses pengembalian jenazah ke negara asal akan kami tanggung penuh dan kawal hingga selesai.
PBSI meminta kepada seluruh penggemar bulu tangkis di mana pun berada untuk tidak menyebarluaskan foto atau video yang memperlihatkan keadaan luka atau tidak pantas untuk menghormati perasaan keluarga dan tim Cina yang tengah berduka. Kita sama-sama saling menghormati dan berempati.
Terakhir, PBSI berharap aturan guidelines tentang tim medis yang tidak bisa serta masuk ke lapangan sebelum ada call dari referee bisa dikaji ulang.
“Kami akan membawa kasus ini ke BWF demi kebaikan dan keselamatan atlet di masa depan,” pungkas Broto.