SKOR.id – Tim Nasional (Timnas) Bola Basket Putri Indonesia mereguk sukses sepanjang 2023. Banyak yang menilai itu berkat hadirnya pemain naturalisasi. Anggapan ini tidak dibantah Christopher Tanuwidjaja.
Manajer Timnas Basket Putri Indonesia tersebut mengakui jika prestasi yang telah diraih Srikandi Merah Putih sepanjang tahun ini tak lepas berkat kehadiran mereka. Tanpa pemain naturalisasi sangat sulit untuk berprogres.
Untuk diketahui, Henny Sutjiono dan kolega sukses menyabet medali emas SEA Games 2023 Kamboja. Itu sejarah karena pertama kalinya Timnas Basket Putri Indonesia menjuarai pesta olahraga se-Asia Tenggara.
Torehan sejarah di Kamboja disusul prestasi berikutnya yang dibukukan di Thailand, Agustus lalu. Skuad Merah Putih berhasil menjadi kampiun Piala Asia FIBA Divisi B 2023. Ini membuat tim promosi ke Divisi A.
Hebatnya lagi, dua pencapaian tersebut dicetak dengan rekor bersih, tanpa kekalahan. Dalam SEA Games, Indonesia menyapu bersih enam kemenangan. Lalu, Piala Asia FIBA Divisi B dengan rapor 5-0.
Kemampuan Timnas Basket Putri Indonesia menjuarai dua event tersebut dianggap banyak pihak berkat hadirnya pemain naturalisasi di roster, dalam hal ini Kimberley Pierre-Louis dan Peyton Whitted.
“Memang itu salah satu cara. Saya jujur aja, kalau nggak naturalisasi nggak bisa (juara). Kenapa? 2019 itu pertama kali saya pegang timnas putri. Kita di SEA Games (Vietnam) hanya kalah dari dua tim, Thailand dan Filipina. Dua tim itu pakai (pemain) naturalisasi, kita pure lokal. Masa selanjutnya mau ‘digebuk’ lagi,” jelas Christopher Tanuwidjaja dalam podcast Skor Hoops baru-baru ini.
“Kenapa naturalisasi? Karena memang zamannya sudah begini. Sekarang lihat Yordania saja sudah pakai naturalisasi yang nggak tanggung-tanggung. Kamboja semua naturalisasi, ya memang eranya seperti ini.”
Meski begitu, Koh Itop, sapaan akrab Christopher Tanuwidjaja, tidak senang jika para pemain naturalisasi dianggap sebagai orang asing. Menurutnya, mereka telah berkorban banyak untuk bergabung.
“Kalau (pemain) naturalisasi itu dibilang asing, saya bisa terima. Mereka sudah berkorban luar biasa untuk datang ke sini, melepas kewarganegaraan aslinya, menjadi orang Indonesia. Itu sebuah pengorbanan,” tuturnya.
“Tapi kalau mereka (pemain) naturalisasi dan kita bergantung kepada mereka, ya jelas. Kalau dianggap kerugian, salah. Kalau kerugian kita nggak dapat medali. Kalau kita naturalisasi dan nggak dapat apa-apa, baru rugi.”