SKOR.id – Atlet lari maraton Eliud Kipchoge siap menghadapi Olimpiade Paris 2024. Gelaran bergengsi di ibu kota Prancis akan menjadi penampilan terakhirnya dalam multievent olahraga terbesar itu.
Kipchoge yang kini berusia 39 tahun telah tampil di Olimpiade sejak edisi 2004 di Athena, Yunani. Dan, ia selalu berhasil menyumbangkan medali bagi negaranya, Kenya, dalam setiap partisipasinya.
Di Athena, dua dekade silam, Eliud Kipchoge menyabet medali perunggu. Lalu ia mengklaim perak pada Olimpiade 2008 di Beijing, Cina. Namun, sang atlet gagal lolos ke London 2012.
Kekecewaan pada 2012 mampu dibayar lunas Kipchoge dengan meraih emas di Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan Tokyo 2020. Kini, sang legenda berpeluang hat-trick dan itu yang ditargetkan olehnya.
Paris bakal menandai partisipasi kelima Eliud Kipchoge dalam Olimpiade. Dan, ia ingin menutup kariernya yang mengesankan dengan maksimal.
Pelari juara dunia 2003 ini bertekad untuk menorehkan rekor dan sejarah sebagai orang pertama yang memenangi medali emas maraton Olimpiade tiga kali beruntun (hat-trick) di Paris, 10 Agustus mendatang.
“Tujuan saya adalah menginspirasi sebanyak mungkin orang. Saya mengincar tiga medali emas (Olimpiade) berturut-turut. Itu yang ada dalam pirkiran saya,” ujar Kipchoge dalam podcast LOAF beberapa waktu lalu.
“Saya akan mencoba yang terbaik untuk mendorong diri saya sendiri demi memenangkannya tiga kali dan memberi tahu generasi berikutnya bahwa durabilitas adalah kuncinya.”
“Anda dapat membuat tujuan, mengejarnya dan menjadikan itu kenyataan. Pada 2012 saya gagal meraih slot di Olimpiade London. Lalu saya pindah dari lari lintasan dan beralih ke jalanan (maraton).”
“Lari 10k, 15k, half marathon dan akhirnya transisi penuh ke maraton. Saya mengambil keputusan. Tidak mundur, tidak menyerah. Saya fokus pada tujuan dan itulah sebabnya saya bisa ada di posisi ini sekarang.”
Eliud Kipchoge menatap Paris 2024 usai raihan mengecewakan dalam Tokyo Marathon 2024, Maret lalu, di mana ia hanya finis ke-10. Ini adalah hasil terburuknya di event mayor sepanjang kariernya.
Akibat kegagalan itu, Kipchoge menerima banyak komentar negatif. Namun, yang paling buruk adalah ia dituduh terlibat dalam kematian juniornya, Kelvin Kiptum, akibat kecelakaan mobil pada Februari lalu.
“Saya menerima banyak komentar buruk (di internet). Mereka mengancam akan membakar rumah saya, bahkan keluarga saya,” ungkap Kipchoge, yang terpukul saat mengetahui Kiptum, sang kolega, meninggal.
Kini, tantangan baru sudah menanti di depan mata, yakni Olimpiade Paris 2024. Ia ingin mewujudkan mimpi untuk bisa kembali mempersembahkan emas bagi Kenya dan mencatatkan namanya dalam sejarah.
“Adalah mimpinya untuk membuat sejarah. Padahal selama lebih dari 20 tahun, dia sudah menorehkan histori,” ujar Patrick Sang, pelatih Kipchoge.