- Berikut ini Skor.id menguraikan tentang Hustle Culture, "penyakit" pada orang yang kecanduan bekerja.
- Hustle Culture bisa dialami oleh siapa saja yang bekerja, tanpa terkecuali Skorer, jadi harus diwaspadai.
- Pada kesempatan ini Skor.id juga memuat efek dari Hustle Culture hingga cara menghindarinya.
SKOR.id - Ada istilah populer yang menyebut bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika seseorang bekerja keras.
Tapi, pada kenyataannya bekerja keras saja tidak cukup. Malah, kecanduan kerja atau gila kerja malah merugikan.
Untuk itu, pada kesempatan ini Skor.id hendak mengenalkan Skorer pada Hustle Culture, yang dilansir dari PGSG.
Apa itu Hustle Culture?
Hustle Culture bisa dibilang sebagai budaya terburu-buru yang dapat diartikan terlalu berlebihan dalam bekerja, atau begitu menggilai kerja, hingga profuktivitas yang buruk.
Mereka yang disebut Hustle Culture adalah seseorang yang bekerja terus-menerus, berusaha mencurahkan waktu sebanyak mungkin untuk bekerja.
Hustle Culture tampak seperti motivasi berlebih untuk menghasilkan imbalan atau pencapaian. Bagi mereka, bekerja lebih lama akan memberi keuntungan lebih banyak.
Akhirnya, bekerja keras sangat disukai hingga mengorbankan banyak hal dan dapat berakibat pada buruknya kesehatan mental, peningkatan kecemasan, dan depresi.
Hustle Culture sebagai gaya hidup
Bagi "penderita" Hustle Culture, semakin banyak bekerja maka semakin dihargai. Tidak ada orang yang tak mau dipuji, sehingga Hustle Culture pun menjadi gaya hidup.
Di sosial media, bahkan banyak akun yang seolah mempromosikan Hustle Culture. Kebanyakan kutipan motivasi pengorbanan diri menjadi senjata andalannya.
Mantan penderita pun mengakui setelah "menjadi" Hustle Culture, perasaan dalam diri menjadi tidak terkontrol seperti marah pada diri sendiri.
Dan lebih parahnya, ketikan Hustle Culture sudah menjadi gaya hidup, seseorang akan mulai merasa bagaimana aktivitas yang benar dalam menjalani kehidupan.
Pola Pikir Hustle Culture
Penderita Hustle Culture memiliki pola pikir bahwa pekerjaan adalah identitas mereka. Pekerjaan mereka membuat mereka menjadi diri mereka sendiri.
Mereka selalu mendorong agar bekerja lebih dari orang lainnya. Percaya semakin banyak pekerjaan yang dilakukan, semakin cepat imbalan datang.
Pola pikir Hustle Culture bisa timbul setelah bekerja berjam-jam, membuat tentang cukup tidur dan banyak bekerja.
Kemudian mengaku lelah tetapi memaksakan diri untuk mengatasinya, menyebut beberapa cangkir kopi bisa membuatnya terus bekerja, dan percaya istirahat itu buang-buang waktu.
Bagi penderita Hustle Culture, tidak ada pembagian aturan jam kerja dan jam istirahat, melainkan setiap saat waktu bisa digunakan untuk bekerja.
Efek Hustle Culture
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS), bekerja terlalu banyak dapat menurunkan produktivitas hingga 68 persen.
Masalah lain yang bisa menjadi efek dari Hustle Culture adalah kelelahan dan stres kronis, depresi dan kecemasan, serta penyakit kardiovaskular.
Studi juga menunjukkan bahwa kecanduan bekerja dapat memngaruhi kualitas hidup seseorang.
Cara menghindari Hustle Culture
Langkah pertama adalah menyadari apa yang Skorer lakukan dan arti kesejahteraan. Pola pikir harus berubah. Sadari terlalu banyak bekerja bisa berbahaya.
Tertuama saat merasa kelelahan, tidak tampil sebaik yang diharapkan, dan terjadi penurunan pada produktivitas serta kesehatan.
Kedua, belajar bagaimana menetapkan batasan. Jam kerja sangat penting, sebab ada waktunya seseorang harus mengabaikan perkerjaan dan berisitirahat.
Ketiga, beristirahatlah dengan baik. Pelajari cara menetapkan batasan kemampuan sebab dengan itu seseorang bisa tahu kapan mesti beristirahat.
Terakhir, hilangkan pikiran terkait rasa bersalah berlebihan, juga "kebisingan" dari luar yang terlalu menekan Skorer dalam bekerja.
Follow dan subscribe akun media sosial Skor.id di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube,
LinkedIn, TikTok, Helo, Pinterest, serta dengarkan Podcast kami di Spotify.
View this post on Instagram
Berita Bugar Lainnya:
Jarang Disadari, Berikut 5 Manfaat Mandi Pagi dengan Air Dingin
10 Manfaat Mengonsumsi Kerang, Salah Satunya Meningkatkan Kesuburan